FPIK UNDIP Aplikasikan “Kampus Merdeka” Sejak Dulu, Terbukti dari Kisah Yelfia
FPIK, SEMARANG - Program Kampus Merdeka – Merdeka Belajar yang telah diberlakukan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Nadiem Makariem sejak tahun 2019 terus dikembangkan di berbagai perguruan tinggi. Tidak terkecuali Universitas Diponegoro (UNDIP), khususnya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Program tersebut sesuai dengan tujuan UNDIP sebagai universitas riset yaitu untuk menghasilkan lulusan yang COMPLETE, dan unggul di kancah nasional maupun internasional.
Upaya FPIK dalam mendukung program Kampus Merdeka – Merdeka Belajar sudah diaplikasikan sejak lama. Tidak sedikit hubungan kerjasama yang telah dilakukan FPIK bersama kampus-kampus luar negeri, selain itu jejak prestasi alumni yang meningkatkan kredibilitas FPIK di masyarakat. Salah satu alumni FPIK, bernama Yelfia, yang berhasil menjadi role model dalam dunia bisnis makanan olahan ikan. Dahulu Yelfia adalah mahasiswa Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP. Berkat kegigihan, keuletan, motivasi, semangat inovasi belajar dan jiwa wirausahanya, kini Yelfia berhasil merintis usaha makanan olahan ikan berlabel MaRiSa Food yang justru secara akademik berada di luar disiplin ilmunya. Usaha makanan olahan ikan yang dijalani Yelfia ini, masuk dalam kategori disiplin ilmu Teknologi Hasil Perikanan.
Yelfia mengaku keberhasilannya dalam merintis usaha ini tidak luput dari peran FPIK UNDIP dalam membimbingnya ketika duduk di bangku kuliah. “Ya benar sekali, waktu saya kuliah, saya tertarik sekali dengan mata kuliah kewirausahaan, dari situ saya belajar banyak,” kata Yelfia.
Di tangan Yelfia, ikan lele menjadi berbagai macam produk olahan yang menarik. Ia mendirikan MaRiSa Food pada tahun 2011 dengan membuat produk makanan berbahan dasar ikan lele. Awalnya ia mengolah lele menjadi abon lele saja namun kini telah berkembang menghasilkan berbagai produk olahan ikan seperti ladrik, kripik kulit, fillet crispy, bakso, fish roll, nugget, tahu bakso, pastel abon dan otak-otak.
“Usaha yang saya jalani sekarang tidak terlepas dari latar belakang pendidikan di Jurusan Perikanan. Lulus kuliah saya bekerja di perusahaan swasta nasional, yang bergerak dibidang pengolahan ikan. Tiga tahun bekerja di sana, saya resign kemudian 1,5 tahun berikutnya saya mulai merintis usaha olahan ikan berbekal pengalaman kerja dan ilmu akademis yang dimiliki. Tentu modalnya adalah kesabaran, keuletan, terus berinovasi dan selalu konsisten untuk menghasilkan produk yang hiegenis, aman dan bergizi,” tuturnya.
Foto: Dua varian produk MaRISa Food
“Awal-awal pemasaran produk MaRISa Food dari rumah ke rumah, melalui media sosial, selanjutnya mendapatkan izin Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT) dan bergabung dalam program Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Purbalingga hingga pada akhirnya bisa memasuki toko-toko modern. Produk kami tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti borax, MSG dan bahan pengawet lainnya, sehingga terjamin mutunya dan aman dikonsumsi. Kedepan saya berharap tidak hanya mengolah ikan lele tetapi juga bervariasi dan berinovasi mengolah jenis ikan yang lain,” lanjutnya.
Yelfia mengatakan FPIK merupakan jurusan yang yang sesuai dengan passion-nya, ia masuk melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) angkatan tahun 2002 dan lulus pada tahun 2006. “Pengalaman menjadi mahasiswa UNDIP tentunya banyak sekali, terutama mendapatkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat dan saya butuhkan dalam dunia kerja, saya mempunyai fighting spirit, berjuang dalam keterbatasan, membagi waktu antara menjadi akademisi dan berorganisasi,” ungkapnya.
Program Kampus Merdeka – Merdeka Belajar merupakan bentuk dukungan institusi termasuk perguruan tinggi dalam menjalankan program Kampus Merdeka. Diharapkan dengan diadakan program seperti ini bisa membantu pemerintah dalam menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berprestasi. (Kutipan dari: undip.ac.id | Adm)