Deprecated: rtrim(): Passing null to parameter #1 ($string) of type string is deprecated in /home/fpikundip/public_html/wp-includes/formatting.php on line 2819

Deprecated: rtrim(): Passing null to parameter #1 ($string) of type string is deprecated in /home/fpikundip/public_html/wp-includes/formatting.php on line 2819
Manfaat Keahlian Menyelam dan Peluang Kerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

Manfaat Keahlian Menyelam dan Peluang Kerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

FPIK, SEMARANG – Salah satu program yang dimiliki Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) yaitu program training dan sertifikasi Selam Keahlian di Kepulauan Karimunjawa Jepara. Program yang sudah berjalan empat tahun sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 melalui kerja sama dengan Kwansei Gakuin University (KGU) Jepang cukup diminati para mahasiswa reguler maupun mahasiswa asing.

“Program training yang disebut Introduction to Scientific Diving ini sudah berjalan 4 tahun sejak 2016 hingga 2019 dan berhenti karena pandemi virus corona (Covid-19)”, jelas Dr. Munasik dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Kelautan FPIK UNDIP dalam wawancara pada Sabtu (19/6/2021). Beliau menambahkan kegiatan training ini adalah Kuliah Musim panas, Summer Course dihargai dengan 1-2 Satuan Kredit Semester (SKS).

Disampaikan pula bahwa capaian pembelajaran dari kegiatan ini adalah mahasiswa mampu menyelam SCUBA dan tersertifikasi sebagai Open Water Diver dari Association of Diving School International ADS-I. Di samping itu dosen-dosen juga memberikan materi kuliah tentang ekosistem kelautan tropis yaitu terumbu karang, mangrove dan lamun.

“Selain memberikan Training Scuba Diving, kita juga mendidik mereka untuk peduli terhadap ekosistem laut, mengunjungi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil dan terlibat dalam perbaikan terumbu karang”, imbuhnya.

Keahlian menyelam inilah yang membuat mahasiswa FPIK UNDIP diminta bantuan oleh Tim SAR daerah Jawa Tengah untuk membantu operasi pencarian korban tenggelam perahu wisata yang terbalik di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Boyolali pada pertengahan bulan Mei yang lalu. Juga beberapa kegiatan kemanusiaan lainnya yang berhubungan dengan kecelakaan di dalam air.

Foto: Seorang mahasiswa FPIK sedang melakukan scuba water entry di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara

FPIK UNDIP memiliki 6 departemen, meliputi Departemen Akuakultur, Departemen Sumber Daya Akuatik, Departemen Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan, Departemen Oseanografi dan Departemen Teknologi Hasil Perikanan. Didukung dengan pengajar yang berkompetensi dengan kualifikasi 55 diantaranya bergelar doktor yang diperkuat oleh 19 Guru Besar aktif saat ini.

Alumni FPIK UNDIP telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan diberbagai bidang baik di pemerintahan, pendidikan, kesehatan, TNI, perusahaan swasta, BUMN maupun wirausahawan. Tidak sedikit pula lulusan FPIK UNDIP yang memegang posisi strategis seperti Sakina Roselasari sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah, kemudian Ir. Haris Muhtadi sebagai Direktur Marketing Aquafeed sekaligus Ketua GPMT, ditambah lagi A. Karding sebagai politisi, Benaya Semeon aktif di Wildlife Conservation Society (WCS), Widhya Nugroho Satrioajie, S.Pi., M.Si. sebagai Peneliti Ahli Muda Pusat Penelitian Biologi di Cibinong Science Center LIPI, Herda Bolly sebagai Quality Control di perusahaan makanan asing Belanda, Kharisma R. Dahono sebagai Manager Bank Mandiri, dan Sudiarso sebagai pengusaha PT Kurinia Mitra Makmur.

“Ini menunjukkan bahwa lulusan FPIK UNDIP memiliki peluang untuk bekerja di berbagai bidang”, ungkap Dekan FPIK UNDIP Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D pada wawancara terpisah pada Minggu (20/6/2021). Lebih lanjut Prof. Tri Winarni menyampaikan bahwa mahasiswa tidak hanya belajar yang berkaitan dengan keilmuan, tetapi juga diberikan materi yang berkaitan dengan manajemen dan bisnis. “Sehingga lulusan FPIK UNDIP tidak sebatas menyelami perairan, namun mampu berselancar ke berbagai dunia kerja dan memiliki banyak peluang diantaranya menjadi peneliti, pendidik, pengembang akuakultur, konsultan, ahli konservasi, instruktur akuakultur, manajer, pengusaha hingga anggota parlemen”, pungkasnya. (Utami | Tim Humas UNDIP)

Mahasiswa FPIK dan Mahasiswa Jepang Perbaiki Terumbu Karang di Karimunjawa

Mahasiswa FPIK dan Mahasiswa Jepang Perbaiki Terumbu Karang di Karimunjawa

FPIK, SEMARANG – Kegiatan kuliah sekaligus training dan sertifikasi Selam Keahlian yang digelar Program Studi (Prodi) Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara patut didukung. Pasalnya, program yang sudah berjalan empat tahun sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 melalui kerja sama dengan Kwansei Gakuin University (KGU) Jepang cukup diminati para mahasiswa reguler maupun mahasiswa asing.

Dosen Ilmu Kelautan FPIK UNDIP, Dr Munasik, saat diwawancara melalui telepon, Jumat (19/6/2021), mengatakan program training yang disebut Introduction to Scientific Diving ini sudah berjalan 4 tahun sejak 2016, 2017,2018, 2019 dan berhenti karena pandemi virus corona (Covid-19).

Beliau mengatakan, kegiatan training ini adalah Kuliah Musim Panas, Summer Course dihargai dengan 1-2 Satuan Kredit Semester (SKS). “Awalnya, pada tahun 2016 Prodi Ilmu Kelautan mengeluarkan transfer kredit 1 SKS untuk mahasiswa Jepang. Karena berlangsung lebih dari 10 hari, mahasiswa Jepang yang mengikuti training dan kemudian mendapatkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dari Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK),” tambah Munasik.

Dijelaskan juga, capaian pembelajaran dari kegiatan ini adalah mahasiswa mampu menyelam SCUBA dan tersertifikasi sebagai Open Water Diver dari Association of Diving School International (ADS-I). Di samping itu dosen-dosen juga memberikan materi kuliah tentang ekosistem kelautan tropis yaitu terumbu karang, mangrove dan lamun. “Kita juga mendidik mereka untuk peduli terhadap ekosistem laut, mengunjungi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil dan terlibat dalam perbaikan terumbu karang,” jelasnya.

Mahasiswa juga diajak melakukan transplantasi karang pada substrat terumbu buatan APR (Artificial Patch Reef) yang telah disiapkan.  Setiap penyelam yang melakukan transplantasi karang memasang tanda, tagging nama sehingga menyerupai program coral adoption. “Ternyata para penyelam memiliki kesan yang mendalam terhadap kegiatan ini dan berharap fragmen karang hasil transplantasinya dapat tumbuh dan di kemudian hari mereka dapat menyaksikan hasil pertumbuhan koloni karangnya. Ini akan mendorong program wisata partisipatif, wisatawan akan berminat untuk kunjungan berikutnya,” kata Koordinator Artificial Habitat Research Group UNDIP ini.

Foto: Dr. Ir. Munasik, M.Sc

Menurut dosen Program Studi Ilmu Kelautan ini, program wisata terumbu buatan tersebut akan berpotensi sebagai objek wisata alternatif bawah air dan akan berdampak terhadap variasi obyek wisata di Karimunjawa karena dapat dipasang di berbagai lokasi perairan dangkal pulau-pulau kecil di Karimunjawa.  Program ini juga berbasis masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam penyediaan bibit fragmen karang untuk diadopsi oleh wisatawan. “Atraksi wisata bawah air ini juga dapat mendidik masyarakat dan wisatawan untuk sadar lingkungan. Dan tentunya obyek wisata terumbu buatan dapat berkontribusi memperbaiki ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan,” ujarnya.

Foto: Pemasangan Artificial Patch Reef oleh UNDIP dan KGU 

Mengapa memilih Karimunjawa? Munasik mengatakan, karena di sana merupakan satu-satunya situs ekosistem laut tropis yang lengkap dan masih terjaga. Ia juga bercerita, ketika berkunjung ke KGU Senda Jepang, di awal 2018, program ini sangat terkenal dan menjadi favorit bagi mahasiswa KGU, di samping mahal juga sangat menantang. Mereka harus bisa berenang dan sehat.

Hasilnya, mahasiswa asing yang mengikuti untuk Scientific Diving ini dari tahun ke tahun meningkat dari 4 mahasiswa dengan 2 profesor pendamping dan admin kemudian meningkat sampai 8 orang ditambah pendamping. “Program ini, seharusnya menjadi model paket pariwisata edu-ekowisata yang khas Karimunjawa sehingga akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat Karimunjawa. Karena kami memadukan training selam, kuliah koralogi dan ecotourism. Apa itu, hasil produk riset kami yang disebut dengan terumbu buatan APR bisa menjadi atraksi wisata bawah air yang baru bagi wisatawan,” harapnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Times Higher Education Asia University Rankings 2021: UNDIP Nomor 6 di Indonesia

Times Higher Education Asia University Rankings 2021: UNDIP Nomor 6 di Indonesia

FPIK, SEMARANG -​ Times Higher Education (THE) kembali mengeluarkan hasil pemeringkatan untuk tingkat Asia pada awal Juni 2021. Hasilnya menempatkan Universitas Diponegoro (UNDIP) pada posisi ke-6 di Indonesia dan 401+ di Asia. The Times Higher Education Asia University Rankings 2021 menggunakan 13 indikator kinerja yang juga digunakan untuk melakukan pemeringkatan global dengan memberikan pembobotan yang dikalibrasi secara khusus untuk dapat merefleksikan prioritas-prioritas lembaga pendidikan di Asia.

Ketatnya penilaian yang dilakukan THE membuat hanya 9 perguruan tinggi di Indonesia yang berhasil masuk pemeringkatan berdasar urutan peringkatnya adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Padjajaran, Universitas Telkom dan Universitas Brawijaya. Universitas Indonesia berada posisi puncak dengan total nilai 32,9. THE melakukan penilaian terhadap 13 indikator kinerja meliputi empat misi utama pendidikan tinggi yaitu pengajaran, penelitian, alih pengetahuan kepada masyarakat luas dan kiprah internasional. Tahun ini, UNDIP berhasil meraih nilai yang cukup tinggi pada sitasi dan penelitian.

UNDIP berada pada posisi 401+ dengan nilaii range keseluruhan (overall) 12,9-21,6 dan overall calculation 19,8. Sitasi 15; industry income (alih pengetahuan ke dunia industri); 43,2, international outlook (dihitung berdasar rasio jumlah pengajar, mahasiswa, staf asing serta kerja sama internasional) 26,5; penelitian 12,8 dan pengajaran 24,9.

Kepala Kantor Pemeringkatan UNDIP, Prof. Dr. Denny Nugroho, ST., M.Si, mengatakan bahwa THE mengacu pada urutan huruf (alphabet) untuk kelompok peringkat rentang yang sama yaitu 401+ dengan nilai skor overall 12,9-21,6. Sedangkan jika dilakukan perhitungan dan analisis data berdasarkan indikator Citation (30%), Industry income (7,5%), International outlook (7,5%), Research (30%), Teaching (25%), maka nilai skor total UNDIP adalah 19,8 sehingga berada pada urutan ke-6 nasional.

“Kami sudah melakukan perhitungan dan mengurutkan berdasarkan nilai skor totalnya. Bila tidak cermat dan hati-hati kita bisa keliru memaknainya. Beberapa media biasanya hanya melihat urutan yang ada di website untuk melihat urutan pemeringkatannya,” kata Prof. Denny Nugroho, Minggu (6/6/2021).

Hasil pemeringkatan saat ini menjadi salah satu acuan penting yang dipakai pelajar dan keluarganya dalam memilih universitas. Pemerintah dan kalangan perguruan tinggi juga menjadikan hasil pemeringkatan THE sebagai acuan berbagai kebijakan. Tingginya kebutuhan atas hasil pemeringkatan dibuktikan dengan jumlah kunjungan yang tinggi terhadap website THE World University Rankings, di mana dalam setahun jumlah kunjungan mencapai hampir 30 juta.

Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum, menegaskan perguruan tinggi yang saat ini dipimpinnya terus melakukan penyempurnaan agar kualifikasi lulusan dan proses pembelajarannya makin membaik dan sesuai dengan cita-cita yang digariskan. “Kami terus mendorong kualifikasi para dosen dengan program one professor one candidate. Untuk riset, bukan hanya dosen dan peneliti yang terus menghasilkan karya ilmiah bereputasi, mahasiswa juga kita dorong dan fasilitasi supaya bisa menghasilkan karya inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat,” kata Prof Yos Johan.

Kinerja universitas merupakan hal yang penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, serta pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai gambaran betapa pentingnya penguatan lembaga pendidikan tinggi, pemerintah Jepang mengumumkan rencana meningkatkan alokasi dana abadi sebesar £70 billion untuk penelitian di universitas untuk merespons kinerja peringkat universitas-universitas negeri matahari terbit yang sempat turun pada beberapa tahun belakangan ini. (Adm, Dhany dan Tim Humas)

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

FPIK, SEMARANG -​ Peristiwa tenggelamnya perahu di Waduk Kedung Ombo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali menarik rasa kemanusiaan bagi setiap orang. Salah satunya tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP). Mereka adalah Abat (23) Nabil (20), dan Zigro (23) yang tergabung di UKSA-387 (Unit Kegiatan Selam Air) UNDIP.

Pada Minggu (16/5/2021) pukul 09.30 WIB, Abat dan Nabil melakukan penyelaman di lokasi terbaliknya perahu wisata, sementara Zigro siap siaga di daratan area waduk untuk melakukan monitoring dan komunikasi dengan kedua rekannya selama penyelaman. Terjun menyelam di Waduk Kedung Ombo menjadi pengalaman petama dalam operasi SAR (Search and Rescue) pencarian korban tenggelam.

Mahasiswa FPIK UNDIP itu menceritakan kali pertama mendapat kabar dari seorang senior UKSA yang saat ini bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah untuk bergabung dalam operasi SAR di Kedung Ombo. Saat kejadian, SARDA Jateng sedang membutuhkan tenaga penyelam untuk pencarian korban tenggelam.

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP yang tergabung dalam UKSA-387 terjun dalam operasi pencarian dan penyelamatan korban tenggelam di Waduk Kedung Ombo. (Sumber: iNewsJateng.id)

Nabil dan Abat melakukan penyelaman selama sekitar 25 menit di kedalaman 25 meter. “Di kedalaman 15 meter ke permukaan visibiltasnya kurang bagus, kemudian selama menyelam kami ikutin jalur pasang di dasar, saat itu juga kami menemukan kerudung anak kecil berwarna abu-abu,” kata Nabil. “Namun kami kurang tahu juga apakah kerudung tersebut milik korban,” tambah mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan ini. “Jadi untuk relasi dengan SAR sudah lama. Terutama terkait dengan yang evakuasi di perairan, dari Tim SAR Jateng, kita sering dilibatkan,” jelas Nabil. Saat terjadi musibah kecelakaan pesawat Lion Air pada 29 Oktober 2018, di Laut Jawa sebelah utara Karawang Jawa Barat, UKSA-387 juga mengirim personelnya ke sana. “Kami menerjunkan anggota ke sana. Sebenarnya sudah sangat sering kami ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyelamatan dan pencarian.”

Foto: Aktivitas tim SAR bersama UKSA-387 dalam pencarian korban tenggelam di area waduk. (Sumber: UKSA-387)

Mendengar kisah ketiga mahasiswa FPIK UNDIP ini, Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum memberikan apresiasi kepada para mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UKSA-387. Aksi yang dilakukan oleh personel UKSA-387 dipandang Rektor sebagai kepedulian terhadap masalah kemanusiaan dan patut dijadikan contoh.

Sebagai bentuk apresiasi, Kamis (27/5/2021) Rektor memberikan piagam resmi dari UNDIP yang menyatakan mereka sebagai “Pahlawan Kemanusiaan”. Piagam tersebut diberikan secara langsung oleh Rektor kepada kepada Muhammad Ramadhan (S1 Oseanografi 2016), Bariq Nabil Ramadhan (S1 Ilmu Kelautan 2018, dan Zigro Taqwagie (S1 Ilmu Kelautan 2019).

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP sedang menerima penghargaan dari Rektor Universitas Diponegoro.

Dalam pernyataannya, Prof Yos memuji tindakan yang dilakukan anggota UKSA-387 UNDIP. “Universitas menghargai yang Anda lakukan. Karena lebih mementingkan keselamatan jiwa orang lain. Kalian memiliki jiwa kepedulian kepada orang lain. Selaku Rektor saya berterima kasih Anda telah memberi contoh yang baik kepada mahasiswa lain dan orang lain,” kata Rektor.

Rektor mengatakan, semua kegiatan mahasiswa dan dosen di bidang kemanusiaan merupakan bentuk nyata dari Tri Dharma UNDIP kepada masyarakat. Karena itu, universitas pun selalu mendukung dan mendorong civitas akademika untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan.

UKSA-387 UNDIP berdiri sejak Maret 1987. Saat ini jumlah anggota aktifnya sekitar 25 orang.  Ada lima peminatan di dalam wadah UKM ini, yakni scientific diving (kegiatan penyelaman yang berhubungan dengan ilmiah), underwater photographyunderwater work (berhubungan dengan pekerja komersial), SAR, dan kejuaraan (atlet). Para anggota UKSA semuanya memiliki lisensi selam.

Untuk pelatihan, khususnya yang berhubungan dengan SAR, dilakukan oleh kakak-kakak senior. ‘’Kita dilatih untuk mencari korban di dalam air, penyelamatan pertama pada korban yang ditemukan, dan lain-lain. Sehingga tim terbiasa membantu kecelakaan di dalam air,” Zigro menuturkan. Sementera itu Nabil menambahkan, jika dalam setiap terjun ikut evakuasi korban di perairan, UKSA-387 punya alat sendiri. ‘’Kita punya alat selam sendiri, ketika dapat panggilan, maka kita siapkan alat sendiri. Kita juga punya base camp sendiri. Namun kalau perahu karet memang belum ada. Kalau di lapangan, ada tim SAR maka kita pakai kapal mereka,’’ jelas Nabil yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua dalam UKSA-387 ini.

Untuk latihan, tim memiliki jadwal yang kontinyu. Biasanya, tim berlatih di kolam renang Kodam IV/Diponegoro dan juga di sejumlah perairan. Keanggotaan UKSA terbuka bagi mahasiswa Undip dari semua fakultas. Dikutip dari manunggal.undip.ac.id, lahirnya UKM UKSA-387 karena besarnya keinginan dan rasa penasaran serta kuatnya jiwa berpetualang di bawah air. Alumni pertama UKSA-387 di antaranya Gatot (Fakultas Hukum), Antok (FPIK), Rifki (Fakultas Kedokteran) & beberapa mahasiswa dari jurusan Teknik Sipil, yang bersepakat untuk membentuk UKM selam.

Pada masa-masa awal ini hampir setiap bulan UKSA-387 mengadakan ekspedisi ke berbagai pulau di jawa seperti Kepulauan Karimunjawa, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Bawean, dan Kepulauan Seribu. Ekspedisi tak jarang pula dilakukan di luar Pulau Jawa seperti di Sanur, Nusa Penida di Pulau Bali, dan Gili Air, Trawangan, Meno, Sugiri, dan Lombok Timur, di Pulau Lombok. (Adm & Tim Humas)

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Cetak Lulusan Berkualitas

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Cetak Lulusan Berkualitas

FPIK, SEMARANG – Program Studi Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) berkomitmen menghasilkan profil lulusan berkualifikasi COMPLETE dengan Standar KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) Level 6 serta SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) yang terpercaya.

Sebagai perguruan tinggi berbadan hukum, UNDIP tidak hanya berusaha mencetak mahasiswa yang mandiri, mumpuni serta tangguh dalam ilmu pengetahuan; jati diri UNDIP juga diwujudkan dalam profil lulusan yang COMPLETE.

Konsepsi profil COMPLETE adalah target yang ingin dicapai Kampus Diponegoro untuk menghasilkan lulusan yang mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis dengan baik (Communicator),  Professional (bekerja sesuai prinsip, pengembangan berdasar prestasi dan menjunjung tinggi kode etik), memiliki jiwa kepemimpinan, yang proaktif serta bisa memotivasi dan bekerjasama (Leader), memiliki ketrampilan berwirausaha, inovatif, mandiri (Entrepreneur), sekaligus menjadi Thinker yang selalu berpikir kritis, terus belajar dan meneliti; serta mampu berperan menjadi agen perubahan (Educator).

Ketua Program Studi THP FPIK UNDIP, Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc, menyatakan komitmen mencetak lulusan dengan profil COMPLETE berlaku di semua program studi yang ada di Kampus Diponegoro. Untuk Program Studi THP, selain diakui masuk dalam Level 6 KKNI, juga diberikan SKPI kepada lulusannya. “SKPI atau Diploma Supplement adalah surat pernyataan resmi berisi informasi tentang pencapaian akademik atau kualifikasi dari lulusan pendidikan tinggi bergelar yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. SKPI bukan ijazah, namun dapat membantu pemegangnya mendapatkan pengakuan atau rekognisi,” kata Eko Nurcahya Dewi, Kamis (6/5/2021).

Beliau menegaskan bahwa SKPI adalah dokumen tambahan, bukan pengganti ijazah. Adapun informasi yang ada di dalamnya selain pencapaian akademik, juga ada deskripsi capaian pembelajaran lulusan pada jenjang KKNI yang relevan dan dalam suatu format standar yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. “Memang SKPI bukan dokumen yang secara otomatis pemegangnya mendapat pengakuan, tapi akan membantu identifikasi profil lulusan dan kualifikasinya,” dia menambahkan.

Foto: Aktitvitas praktikum mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP 

Program Studi THP FPIK UNDIP yang berdiri tahun 2002, sejak tahun 2012 sudah mengantongi Akreditas A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi). Penetapan status akreditasi terbaru berdasarkan SK No 5053/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2017 yang berlaku sampai dengan 27 Desember tahun 2022.

Melihat kekayaan sumberdaya perairan Indonesia yang melimpah baik hewan maupun tumbuhan yang berasal dari hasil tangkapan maupun budidaya, Program Studi THP UNDIP intensif melakukan penelitian terhadap organisme ikan, udang, rumput laut, bakau dan lainnya agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku produk-produk bernilai tinggi yang mampu bersaing di pasar global. “Penelitian kami mencakup produk-produk perikanan, baik produk pangan maupun non-pangan. Cakupan produk perikanan ini sangat luas, tidak hanya produk pangan saja, ada produk-produk farmasi, kerajinan serta pemanfaatan limbahnya,” dia menegaskan.

Adapun pelaksanaan pengajaran dan riset di Program Studi THP didukung dosen yang terdiri dari 3 profesor, 3 doktor, dan 3 kandidat doktor serta 7 magister.  Proses belajar mengajarnya juga didukung tersedianya laboratorium yang lengkap, yaitu laboratorium pengolahan, laboratorium produksi dan pengemasan, laboratorium analisa mutu dan laboratorium mikrobiologi. Tersedia juga laboratorium terpadu UNDIP di Semarang, dan mini plant industri perikanan di Marine Science Technopark UNDIP Teluk Awur, Jepara.

Saat ini, Program Studi THP FPIK UNDIP melaksanakan Program Kurikulum Merdeka Merdeka Belajar seperti Kampus Mengajar. Dalam konteks ini, setiap kegiatan mahasiswa di luar Kampus akan dikonversikan dengan mata kuliah yang ada di program studi. Kurikulum terbaru yang dipakai saat ini merupakan hasil evaluasi dari kurikulum sebelumnya berdasarkan masukan dari stakeholder yang ada. “Kurikulum selalu diperbarui setiap 5 tahun untuk menyesuaikan dengan tuntutan pengguna atau stakeholder,” tukasnya. (Tim Humas UNDIP)

Prof Tri Winarni: Menyulap Kesan Maskulin di FPIK UNDIP

Prof Tri Winarni: Menyulap Kesan Maskulin di FPIK UNDIP

FPIK, SEMARANG – Momentum dilantiknya Prof Ir Tri Winarni Agustini M.Sc, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) periode 2019-2024 seolah membongkar kesan bahwa dunia perikanan dan kelautan adalah dunia lelaki. Setidaknya kesan maskulin di lingkungan pendidikan tinggi perikanan dan kelautan luruh saat Rektor UNDIP, Prof Dr Yos Johan Utama, mengambil sumpah Prof Winarni sebagai orang pertama di FPIK.

Peristiwa alih kepemimpinan dari Prof Dr Ir Agus Sabdono M.Sc kepada Prof Tri Winarni Agustini yang terjadi di Gedung SA-MWA (Senat Akademik-Majelis Wali Amanat) UNDIP Tembalang, Senin  (05/08/2019) juga dicatat sebagai hadirnya perempuan pertama di Kursi Dekan FPIK UNDIP. “Kalau saya menjadi perempuan pertama yang menjadi Dekan sejak FPIK UNDIP lahir, itu benar. Tapi kalau kehadiran perempuan di dunia perikanan dan kelautan, apalagi dalam konteks keilmuannya, saya kira sudah jamak,” kata pakar teknologi pengolahan ikan (Fish Processing Technology) kelahiran Kebumen, 21 Agustus 1965 ini.

Setamat dari SMA Negeri 1 Kebumen, tahun 1984 Winarni masuk ke Jurusan Perikanan di Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP. Setelah meraih gelar insinyur pada tahun 1989, Winarni muda memilih mengabdi di almamaternya sebagai dosen. Pilihan tersebut memberinya kesempatan untuk studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Tahun 1991, Winarni muda mendapat kesempatan belajar di University of Humberside, Inggris dan menyelesaikan program Master of Food Science and Technology di tahun 1993. Adapun jenjang Strata 3 dijalani di Tokyo University of Fisheries-TUF (sekarang Tokyo University of Marine Science and Technology-TUMSAT), Jepang dan berhasil mengantongi gelar Ph.D (Doctor of Philosophy) tahun 2001. “Studi lanjut di luar negeri memang menarik. Tapi kita juga harus menyadari banyak tantangan yang harus dihadapi,” ujarnya mengingatkan perlunya membiasakan untuk melihat satu hal dari beberapa sisi.

Pencapaian tertinggi jabatan akademisi sebagai profesor diraihnya pada Desember 2017 dan pada hari Rabu (14/3/2018) dikukuhkan Tri Winarni sebagai Guru Besar di FPIK UNDIP. Pidato ilmiah yang mengusung tema Produk Pangan Masa Depan Berbasis Sumberdaya Ikan” yang dipaparkannya dalam Sidang Senat Terbuka di Gedung Prof.Soedarto SH, Kampus UNDIP Tembalang, menjadi penanda keabsahan memakai gelar Prof di depan namanya.

Rupanya, tidak hanya karir akademik dari penulis puluhan jurnal ilmiah dan reviewer jurnal ini. Karir strukturalnya di Kampus Diponegoro juga melaju dengan baik. Sebelum diambil sumpahnya menjadi Dekan FPIK Periode 2019-2024, pemilik NIDN (Nomer Induk Dosen Nasional) 0021086501 ini dipercaya menjadi Sekretaris Prodi PSP (Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, kini menjadi Prodi Perikanan Tangkap) di tahun 2001-2003; kemudian menjadi Sekretaris Prodi THP (Teknologi Hasil Perikanan) pada rentang waktu 2003 – 2007; pada tahun 2007-2010 menjadi Staf ahli Lembaga Penelitian dan di tahun 2016-2019 mengemban amanah sebagai Sekretaris LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNDIP.

Kini, sebagai orang pertama di FPIK yang mengelola 10 program studi dan memiliki sumber daya 19 profesor serta 55 dosen bergelar doktor, Prof Winarni yang juga aktif menggeluti bidang Halal Pangan (wakil Pusat Studi Halal UNDIP) berupaya keras agar bukan hanya kualitas pendidikan dan akreditasinya unggul, tapi juga harus berupaya keras agar program studi yang ada lebih dikenal dan menjadi dekat dengan masyarakat. Tri Winarni yang menjalani masa kecil sampai remaja di wilayah pesisir selatan Jawa ini mengajak anak muda mau terjun mengelola potensi laut dan perairan Indonesia yang begitu besar untuk kesejahteraan bersama.

“Siapa yang harus mengelola potensi laut dan perairan kita kalau bukan anak bangsa? Masak kita mau membiarkan orang asing yang menikmati kekayaan laut kita? Laut kita sangat kaya, luas dan cukup untuk bisa mensejahterakan warga bangsa kita,” katanya, bersemangat.

Foto: Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D.

Beliau mengatakan bahwa FPIK UNDIP merupakan kampus yang siap mendidik kawula muda mempelajari perikanan dan kelautan. Di program sarjana, ada enam Prodi yang bisa dipilih mulai dari Prodi Akuakultur, Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Prodi Oseanografi, Prodi Perikanan Tangkap, Prodi Teknologi Hasil Perikanan, serta Prodi Ilmu Kelautan. “Untuk jenjang S1, kami termasuk yang cukup lengkap. Perlu diketahui, Prodi Oseanografi hanya ada di Undip dan ITB,” tuturnya.

Untuk jenjang pascasarjana, di jenjang S2 ada Prodi Magister Ilmu Kelautan dan Magister Manajemen Sumber Daya Perairan. Sedangkan di jenjang S3 ada Program Doktor Manajemen Sumber Daya Perairan dan Program Doktor Ilmu Kelautan. Yang pasti, sebagai penyelenggara pendidikan tinggi FPIK Undip juga banyak melakukan penelitian-penelitian tentang perikanan dan kelautan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kerja sama dengan pihak lain. FPIK juga memiliki jurnal ilmiah terindeks Scopus yakni Jurnal IJMS (Indonesian Journal of Marine Science) serta beberapa jurnal terakreditasi nasional (Sinta 2 dan3) yang bisa dibanggakan.

Dalam konteks memperkuat wawasan mahasiswanya, FPIK juga selalu mengadakan kuliah umum dari narasumber yang sangat berkompeten. Diantaranya dengan mengundang beberapa pakar dari Lembaga pemerintah, para praktisi sekaligus para diaspora seperti Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Kapushidrosal), Laksamana Muda TNI Dr Ir Harjo Susmoro SSos SH MH, Prof Irwandi Jaswir, untuk memberikan pemahaman dan tambahan wawasan serta pengenalan dunia nyata dalam industri kepada para mahasiswa terkait perkembangan ilmu dibidang perikanan dan kelautan

“Kerja sama dengan semua lembaga baik pemerintah maupun swasta adalah langkah nyata untuk mendekatkan dunia akademik dengan realitas. Apalagi di era teknologi informasi yang begitu kencang mendera. Sinergitas dan kolaborasi adalah sebuah keniscayaan,” ujarnya sembari menunjukkan beberapa dampak disrupsi dunia digital.

Ditanya program dalam masa jabatannya sebagai Dekan FPIK, peningkatan kualitas akademik baik itu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat adalah prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar. Kualitas bukan hanya kurikulum dan sarana penunjang seperti laboratorium yang update; tapi juga akreditasi sebagai bentuk pengakuan yang sah harus diraih. “Kami berjuang supaya semua Prodi di FPIK memiliki akreditas unggul dari lembaga nasional maupun internasional. Saat ini kami sedang merintis akreditasi internasional ASIIN untuk Prodi IK, Oseanografi dan Akuakultur. Harapannya tahun ini atau tahun depan dapat diraih. Membangun lebih banyak kerja sama dengan perguruan tinggi asing juga penting. Arah kami jelas, berkontribusi nyata membawa UNDIP masuk World Class University,” pungkasnya. (Tim Humas UNDIP)

UNDIP Matangkan Skenario Perkuliahan Tatap Muka

UNDIP Matangkan Skenario Perkuliahan Tatap Muka

FPIK, SEMARANG – Universitas Diponegoro (UNDIP) sedang mematangkan skenario pelaksanaan Perkuliahan Tatap Muka (PTM) yang kemungkinan akan dilaksanakan di bulan Juli 2021 mendatang. Pematangan PTM dilakukan untuk meminimalisasi risiko yang mungkin muncul dari kegiatan tersebut.

Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UNDIP, Prof Budi Setiyono PhD, mengatakan kemungkinan memang PTM akan dilaksanakan pada Juli 2021 mendatang. ‘’Namun, UNDIP sendiri juga masih menunggu detail petunjuk pelaksanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ,’’ katanya saat dikonfirmasi tentang hal itu, Jumat (9/4/2021).

Menurut dia, hal-hal yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PTM terus diiventarisasi dan dikaji lebih dalam. Terutama terkait kemungkinan risiko yang ditimbulkannya. Pimpinan universitas juga tengah mendiskusikan beberapa skenario pelaksanaan PTM dengan fakultas dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa).

Proses tersebut merupakan hal yang penting sebagai antisipasi munculnya hal yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan PTM. Bagaimanapun saat ini pandemi Covid-19 masih terjadi. ‘’Kita masih membicarakan hal tersebut, baik itu di struktural UNDIP, senat akademik, Pemerintah Kota Semarang dan Pemerintah Provinsi Jateng,’’ jelasnya.

Karena itu, Undip tidak mau tergesa-gesa dalam menggelar uji coba PTM, karena ada sejumlah pertimbangan. ‘’Diantara yang menjadi pertimbangan kita adalah, staf kita sampai minggu kemarin itu masih ada yang positif Covid-19. Juga dua minggu yang lalu, ada yang meninggal dunia, seperti almarhum Prof Miyasto (Guru besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis-Red) karena Covid-19. Sehingga kita akan mengambil langkah yang paling aman.”

Foto: Wakil Rektor 1 Universitas Diponegoro

Ada beberapa langkah meminimalisasikan risiko yang dilakukan lembaga, seperti melakukan vaksinasi terhadap semua dosen dan tenaga kependidikan. Pihak universitas juga menyarankan agar mahasiswa yang mau mengikuti perkuliahan secara offline dipastikan sudah divaksi. Dengan begitu, risiko yang mungkin timbul pada perkuliahan tatap muka bisa ditekan.

Hal lain yang disiapkan universitas adalah kemungkinan penerapan model pola pembejaran sistem ganjil genap. Sebuah model pembatasan untuk mengurangi kepadatan dan kerumuman dalam proses PTM. Model tersebut memakai nomor induk mahasiswa yang dimilki, misalnya saat nomor genap PTM maka yang genap bisa mengikutinya secara online. Begitu pula sebaliknya. ‘’Itu akan Juga dipertimbangkan implikasi-implikasinya. Misalnya, apakah sifat kuliah offline wajib dan tambahan atau bagaimana,’’ dia menambahkan.

Yang menarik, pihak universitas juga tengah mengkaji Uang Kuliah Tunggal (UKT) terkait pelaksanaan perkuliahan yang ada sekarang. Masukan dari mahasiswa kini tengah dihimpun untuk diproses sebagai pertimbangan universitas dalam membuat kebijakan UKT. (Sumber: undip.ac.id)

Beasiswa UNDIP Periode III Tahun 2021 Telah Dibuka

Beasiswa UNDIP Periode III Tahun 2021 Telah Dibuka

FPIK, SEMARANG – Diberitahukan kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan (tendik) di lingkungan Fakultas/Sekolah/Unit, bahwa Universitas Diponegoro akan menyelenggarakan seleksi Beasiswa Universitas Diponegoro Periode III Tahun 2021. Surat permohonan dan dokumen pendukung yang dipersyaratkan akan diterima paling lambat tanggal 30 April 2021.

Terdapat 3 (tiga) skema beasiswa yang disediakan, yaitu:

  1. Beasiswa Izin Belajar,
  2. Beasiswa Tugas Belajar Dalam Negeri, dan
  3. Beasiswa Tugas Belajar Luar Negeri.

 

Persyaratan Umum Bagi Dosen

  • Umum
    1. PNS UNDIP atau pegawai tetap UNDIP.
    2. Telah diangkat ke dalam jabatan fungsional;
    3. Mengikuti pendidikan lanjut jenjang Strata 3 (S3), Spesialis 1 (Sp1), Spesialis 2 (Sp2).;
    4. Memiliki NIDN atau NIDK atau NIP UNDIP;
    5. Beasiswa tidak diberikan kepada pelamar untuk mendapatkan gelar kedua dalam jenjang yang sama.
  • Tugas Belajar
    1. Batas usia penerima beasiswa tugas belajar paling tinggi 40 (empat puluh) tahun untuk Strata 3 (S3) atau yang disetarakan;
    2. Penerima beasiswa tugas belajar tidak sedang menduduki jabatan tugas tambahan di Universitas Diponegoro.
  • Izin Belajar
    1. Batas usia penerima bantuan izin belajar paling rendah 30 (tiga puluh) tahun sampai dengan 65 (enam puluh lima) tahun untuk Strata 3 (S3);
    2. Batas usia penerima bantuan izin belajar paling rendah 40 (empat puluh) tahun sampai dengan 48 (empat puluh delapan) tahun untuk Spesialis 1 (Sp1), dan paling rendah 41 (empat puluh satu) tahun sampai dengan 65 (enam puluh lima) tahun untuk Spesialis 2 (Sp2).

Persyaratan Umum Bagi Tenaga Kependidikan

  1. PNS UNDIP atau pegawai tetap UNDIP.
  2. Tenaga Kependidikan yang akan menempuh jenjang S1 wajib memiliki ijazah D3 dengan IPK paling rendah 3,00 (PTN) dan 3,25 (PTS) dalam skala 4 atau sekurang-kurangnya memiliki ijazah SLTA/sederajat dengan nilai rata-rata 7;
  3. Tenaga Kependidikan yang akan menempuh jenjang Strata 2 (S2) sekurang-kurangnya memiliki ijazah Strata 1 (S1) dengan IPK paling rendah 3,00 (PTN) dan 3,25 (PTS) dalam skala 4;
  4. Batas usia penerima beasiswa tugas belajar paling tinggi 25 (dua puluh lima) tahun untuk Strata 1 (S1) dan 37 (tiga puluh tujuh) tahun untuk Strata 2 (S2);
  5. Batas usia penerima bantuan izin belajar paling rendah 26 (dua puluh enam) tahun sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun untuk Strata 1 (S1), paling rendah 31 (tiga puluh satu) tahun sampai dengan 48 (empat puluh delapan) tahun untuk Strata 2 (S2) dan paling rendah 41 (empat puluh satu) tahun sampai dengan 55 (lima puluh lima) tahun untuk Strata 3 (S3);
  6. Studi lanjut diutamakan di UNDIP dengan program studi yang sesuai dan mendukung pelaksanaan
  7. Apabila program studi yang dituju sebagaimana dimaksud pada nomor 6 tidak ada di UNDIP, maka dapat menempuh studi lanjut di perguruan tinggi di luar UNDIP yang institusi dan program studinya terakreditasi A/setara, atau sekurang-kurangnya program studi terakreditisi B/setara dengan akreditasi institusi A/setara.

Untuk informasi persyaratan khusus, selengkapnya di sini.

Sumber berita: https://bpsdm.undip.ac.id/

 

FPIK UNDIP Targetkan Penambahan 4 Profesor dan 12 Doktor Baru di Tahun 2021

FPIK UNDIP Targetkan Penambahan 4 Profesor dan 12 Doktor Baru di Tahun 2021

FPIK, SEMARANG – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) menargetkan ada penambahan 4 profesor baru di tahun 2021, sehingga keseluruhannya akan ada 25 guru besar di fakultas yang mengelola 10 program studi ini. Selain itu, fakultas juga berharap ada 12 tenaga pengajar yang bisa menyelesaikan studi doktornya, jumlah pengajar yang memiliki pendidikan strata 3 mencapai  64 orang.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D, mengatakan hal itu, saat dihubungi Selasa (2/3/2021). “Kami berharap ada empat guru besar baru dan dua belas doktor untuk memperkuat proses belajar mengajar dan riset kami,” kata Tri Winarni Agustini.

Menurut dia, kalau target itu bisa dipenuhi, masih ada tugas untuk mendorong 60 tenaga akademik yang dimilikinya untuk segera menyelesaikan program S3-nya. Nantinya tenaga pengajar yang berijasah magister jumlahnya makin sedikit. “Kalau semua sesuai yang direncanakan, dari 145 tenaga pengajar, nantinya tingal 40 persen yang lulusan magister. Tiap tahun porsinya akan makin mengecil,” tambah dia.

Kebijakan untuk meningkatkan jumlah tenaga pengajar yang memiliki kualifikasi pendidikan strata 3 merupakan amanat bersama menjadikan Universitas Diponegoro sebagai World Class University, yang mana bercirikan perguruan tinggi riset yang unggul. Apalagi FPIK juga sudah memiliki program studi doktor, sehingga tuntutan agar tenaga pengajarnya minimal berkualifikasi doktor adalah sebuah keniscayaan.

Yang membanggakan, kata Tri Winarni, para guru besar di lingkungan FPIK adalah akademisi yang aktif, bukan saja mengajar tapi melakukan penelitian dan menulis di jurnal-jurnal ilmiah baik internasional bereputasi maupun nasional. Selain itu, para guru besar serta para doktor yang ada masing-masing memiliki kepakaran yang spesifik dan reputasi diakui, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Karena itu, selain mengajar di lingkungan program studi yang ada di fakultas, banyak pengajar FPIK yang membantu mengajar di program lain, khususnya Sekolah Pascasarjana.

Saat ini, FPIK UNDIP mengelola 10 program studi (Prodi). Di Jenjang Strata 1 atau sarjana ada enam Prodi, magister dua Prodi dan jenjang doktor dua Prodi. Di Program Sarjana ada Prodi Akuakultur, Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Prodi Oseanografi, Prodi Perikanan Tangkap, Prodi Teknologi Hasil Perikanan, serta Prodi Ilmu Kelautan. Di Program Magister ada Prodi Magister Ilmu Kelautan dan Magister Manajemen Sumber Daya Perairan, sementara di jenjang S3 ada Program Doktor Manajemen Sumber Daya Perairan dan Program Doktor Ilmu Kelautan.

Tahun ini, target FPIK adalah mengusulkan akreditasi internasional ASIIN untuk prodi Ilmu Kelautan, Oseanografi dan Akuakultur. Jajaran FPIK dan universitas sangat mendukung dan berupaya keras untuk bisa mencapai target tersebut. ASIIN atau Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik adalah lembaga akreditasi internasional berasal dari Jerman untuk disiplin ilmu rekayasa, matematika dan sains, pertanian, biologi.

Dalam hal publikasi ilmiah, FPIK UNDIP juga memiliki jurnal-jurnal ilmiah yang bereputasi. Setidaknya ada 6 jurnal ilmiah yang dikelola, yaitu Jurnal Ilmu Kelautan “Indonesian Journal of Marine Sciences (IJMS) sudah terindeks Scopus, International Journal of Marine and Aquatic Resource Conservation and Co-existence (IJMARCC)”; Buletin Oseanografi Marina (Buloma – Sinta 2); Jurnal Kelautan Tropis (Sinta 2), Jurnal Saintek Perikanan (Sinta 2); dan Journal of Marine Research (Sinta 3), CRM). Jurnal-jurnal tersebut terindeks Google scholar, DOAJ, Portal Garuda dan kesemuanya memberikan akses terbuka (open access policy).

Lahirnya FPIK UNDIP bermula dari pembentukan Jurusan Perikanan pada Fakultas Peternakan melalui Surat Keputusan Rektor Universitas Diponegoro No. 44/1968 tanggal 8 Oktober 1968. Pada tanggal 17Agustus 1978, nama Fakultas ini berubah menjadi Fakultas Peternakan dan Perikanan, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Diponegoro No. 76/SK/UD/VI/1978. Namun pada tahun 1982 nama tersebut berubah kembali menjadi Fakutas Peternakan dengan keluarnya keputusan Presiden RI No. 51/1982.

Pada tahun 1985, UNDIP dipercaya menjadi salah satu perguruan tinggi pelopor untuk membuka jurusan ilmu kelautan. Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 1023/D/Q/1985 tanggal 6 Juni 1985, dirintis Program Studi Ilmu Kelautan di Universitas Diponegoro bersama lima perguruan tinggi Indonesia lain yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas Pattimura, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Hasanuddin dan Universitas Riau.

Setelah melewati berbagai proses, baru pada tahun 1994 berdiri Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0181/0/1994 tertanggal 25 Juli 1994. Awalnya hanya ada dua jurusan yakni Perikanan dan Ilmu Kelautan. Kini ada 6 departemen, dengan 10 program studi di FPIK. (Sumber berita: UNDIP)

Empat Doktor Ilmu Kelautan UNDIP Raih IPK Sempurna

Empat Doktor Ilmu Kelautan UNDIP Raih IPK Sempurna

FPIK, SEMARANG – (Sumber Jatengdaily.com) Empat Wisudawan Program Doktor Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan (FPIK), Universitas Diponegoro (UNDIP) yang dikukuhkan pada Wisuda ke-161 berhasil meraih capaian sempurna dengan Indeks Prestasi Kumulatif 4,0. Nilai sempurna itu juga termasuk karya ilmiah berupa disertasi yang disusunnya sebagai karya akademik.

Adapun keempat wisudawan Program Strata-3 Ilmu Kelautan yang meraih nilai sempurna adalah Retno Hartarti, Lilik Maslukah, R Baskoro Rochaddi dan Sugeng Widada. Karya ilmiah yang mereka hasilkan selain harus diujikan di depan dewan penguji, juga dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional.

Retno Hartati membuat disertasi yang dituangkan dalam Bahasa Inggris tentang kestabilan ekosistem baru. Dr. Ir. Retno Hartati, M.Sc membuat disertasi berjudul “Sea ranching of Holothuria atra: Study on establishment of new ecosystem and its relation with their feeding ecology”. Selama studi, Retno Hartati menghasilkan 3 publikasi di jurnal internasional bereputasi, serta 1 publikasi pada prosiding terindeks SCOPUS. Dia juga menghasilkan beberapa artikel di jurnal nasional yang ada.

Beberapa karya Retno selama menjalani studi doktor di FPIK UNDIP diantaranya “Asexual Reproduction of Black Sea Cucumber from Jepara Waters” yang dipublikasikan tahun 2019 di Indonesian Journal of Marine Sciences; kemudian “Relationship Between Stage of Gonad Maturity and Level of Osmotic Work of Sea Cucumber”; dan “Feeding selectivity of Holothuria atra in different microhabitat in Panjang Island, Jepara (Java, Indonesia)” yang dimuat Jurnal Biodiversitas pada tahun 2020.

Sedangkan, R. Baskoro Rochaddi membuat karya doktornya dengan disertasi berjudul “Diversitas Bakteri Pada Air tanah Dangkal Pendegradasi Pestisida Klorpirifos dan Resisten Logam Berat Hg dan As di Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur”. Baskoro melakukan penelitian ini karena keprihatinannya terhadap pencemaran di Pantai Utara (Pantura) Jawa. Selain disertasi, dia juga menulis kajian tersebut di Jurnal Biodiversitas.

Disertasi lain yang dihasilkan program doktor ilmu kelautan periode ini adalah karya berjudul “Model Lapisan Litologi Berbasis Data Resistiviti dan Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) Serta Kaitannya Dengan Penurunan Muka Tanah berdasarkan Analisis Dinsar dan Perubahan Garis Pantai di Kota Semarang”. Karya tulis berdasarkan penelitian yang disusun Sugeng Widada itu diharapkan memberi manfaat bagi pembuatan kebijakan tentang penanganan penurunan muka tanah (land subsidence) di Kota Semarang.

Sementara itu peraih nilai sempurna lainnya, yaitu Lilik Maslukah yang membuat karya ilmiah berjudul “Fraksinasi Phosphor dan Keterkaitannya Dengan Konsentrasi Klorofil-A di Perairan Utara Jawa Tengah”.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri. Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D, mengingatkan bahwa pencapaian nilai yang maksimal mengandung konsekuensi bagi yang bersangkutan maupun bagi lembaga penyelenggara pendidikannya. Oleh karena itu, dia menyitir ungkapan yang selalu dilontarkan rektor dan ketua Senat Akademik dalam setiap acara wisuda untuk selalu menjaga nama baik almamater.

“Saya kira setiap wisudawan punya kewajiban yang sama untuk menjaga nama besar Universitas Diponegoro. Yang perlu diingat juga bahwa selesainya studi adalah awal dari pengabdian yang lebih besar di bidang yang digeluti. Bagi yang menyandang gelar doktor juga harus mengabdikan ilmunya melalui inovasi dan karya-karya akademik yang berguna bagi masyarakat,” kata Tri Winarni. she

Link artikel :

Empat Doktor Ilmu Kelautan UNDIP Raih IPK Sempurna