Halal Bihalal Keluarga Besar FPIK Undip 2024: Rajut Silaturahmi Demi Kebaikan dan Kemajuan

Halal Bihalal Keluarga Besar FPIK Undip 2024: Rajut Silaturahmi Demi Kebaikan dan Kemajuan

FPIK, SEMARANG – Pada hari Rabu (17/4) FPIK Undip sukses menggelar acara Halal Bihalal Keluarga Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Acara ini bertempat di Gedung Auditorium FPIK Undip dan merupakan acara tahunan yang diadakan setelah libur panjang lebaran. Acara Halal Bihalal Keluarga Besar FPIK Undip ini dihadiri oleh para tamu undangan yaitu para Dekan FPIK periode sebelumnya, Guru Besar, Dekan berserta jajarannya, Dosen, Tendik dan perwakilan mahasiswa.

Acara dibuka dengan salam-salaman antar para hadirin yang hadir. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Prof.Ir. Tri Winarni Agustini, Msc., Ph.D. selaku Dekan dari FPIK Undip yang menuturkan bahwa beliau bersyukur dan bahagia bisa menjalin silaturahmi dengan para tamu yang hadir serta berharap tali silaturahmi antar civitas akademika di lingkungan FPIK bisa terus terjalin. Setelah sambutan dari Dekan, acara berlanjut dengan mendengarkan bersama pembacaan ayat Al-Qur’an dan terjemahannya yang dibawakan oleh Ima Wijayanti, S.Pi., M.Si., Ph.D. dan Nur Afiani Ratnaningtyas, S.Pi. Suasana yang khidmat dilanjutkan dengan pembacaan doa bersama yang dipandu oleh Prof. Dr. H. Suparman Syukur, MA. sekaligus penyampaian tausyiah singkat Halal Bihalal pada tahun ini yang mengusung tema “Rajut Silaturahmi untuk Membentuk Harmoni Keberagaman Demi Kebaikan dan Kemajuan”.

Beliau menyampaikan bahwa ada dua hal penting yang perlu diterapkan oleh civitas akademika FPIK Undip, yaitu menjalin silaturahmi sebelum hari raya dan juga sesudah hari raya agar ikatan silaturahmi semakin kuat. Beliau menyampaikan bahwa silaturahmi yang baik antar sesama tidak hanya akan membawa rejeki dan umur yang berkah bagi kita secara individu tetapi juga akan mempererat tali persaudaraan yang mana dapat berdampak positif bagi kebaikan serta kemajuan bersama atau kelompok, tentunya juga bagi kemajuan FPIK Undip. Setelah acara tausyiah dan doa bersama, Seto Windarto, S.Pi., M.Sc., M.P. beserta Rikha Widiaratih, S.Si., M.Si. sebagai MC memandu penyerahan reward bagi Tenaga Pendidikan terbaik berdasarkan hasil survey positif terbanyak yang diumumkan oleh Manajer FPIK Undip, A. Ronin Hidayatullah, S.KM. Acara berlanjut dengan foto bersama dan kemudian para hadirin dipersilahkan untuk menyantap sajian menu yang sudah disediakan oleh Fakultas. Acara ditutup dengan kemeriahan pembagian doorprize untuk para hadirin yang dapat menjawab trivia quiz dari MC. Semoga acara halal bihalal ini dapat memberi dampak positif bagi ikatan kekeluargaan di keluarga besar FPIK Undip.

FPIK, Jaya!

Semakin Unggul! UNDIP Cetak 42 Guru Besar Baru dan FPIK Sertakan 5 Profesor

Semakin Unggul! UNDIP Cetak 42 Guru Besar Baru dan FPIK Sertakan 5 Profesor

FPIK, SEMARANG -​​ Universitas Diponegoro kembali mengukir peristiwa sejarah yang luar biasa yakni Pengukuhan Guru Besar dengan jumlah terbanyak sepanjang tahun 2023 ini sejumlah 42 (empat puluh dua) Guru Besar. Acara prosesi pengukuhan Guru Besar akan berlangsung 2 (dua) tahap. Diawali prosesi pengukuhan 25 (dua puluh lima) Guru Besar yang diagendakan pada rentang waktu mulai 5 s.d. 19 September 2023. Menyusul prosesi pengukuhan 17 (tujuh belas) Guru besar berikutnya. Prosesi pengukuhan digelar di gedung Prof Soedarto, SH kampus Undip Tembalang. Dalam satu hari prosesi pengukuhan terbagi dalam 2 (dua) sesi yakni sesi pagi dan siang. Saat ini Universitas Diponegoro memiliki 195 (seratus sembilan puluh lima) guru besar aktif.

Pada Kamis (7/9) di Gedung Prof. Soedarto, S.H. Undip Tembalang. Ketiga guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Munasik, M.Sc. (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan); Prof. Dr. Drs. Hardi Warsono, M.T. (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik); dan Prof. Bagus Hario Setiadji, S.T, M.T., Ph.D. (Fakultas Teknik).

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Munasik

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Hardi

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Bagus

Prof. Munasik menyampaikan pidato dengan berjudul “Desain Ekologis Pintar Artificial Patch Reef untuk Pemulihan Ekosistem Terumbu Karang Indonesia”. Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang terluas di dunia, hampir seperlima dari seluruh luasan terumbu karang global dengan keragaman jenis tertinggi. Akan tetapi kesehatan ekosistem tersebut menurun, hingga kondisi terbaiknya hanya tersisa kurang dari 10%. Untuk itu upaya pemulihan terumbu karang diperlukan melalui restorasi agar ekosistem tersebut tidak punah.

“Desain ekologis pintar Artificial Patch Reefs (APR) memberikan solusi pemulihan ekosistem terumbu karang, yaitu terbentuknya habitat baru lebih cepat, hemat, sehingga hasilnya dapat berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan (SDGs) terutama dalam peningkatan indeks kualitas lingkungan hidup dan indeks kesehatan laut Indonesia,” terangnya.

Sementara Prof. Hardi membawakan pidato ilmiah berjudul “Collaborative Governance dan Reformasi Birokrasi dalam Kerjasama Daerah Menuju Indonesia Emas 2045”. Deliniasi kawasan administratif seringkali tidak sama dengan deliniasi fungsional. Fungsi alamiah seperti daerah aliran sungai (DAS), jalan regional, sebaran penyakit, baik penyakit fisik maupun sosial  sering kali melewati batas wilayah administratif.  Oleh karena itu, penanganan masalah yang sepotong-sepotong sebatas wilayah administratif sering kali tidak efektif, oleh karenanya diperlukan sinergi melalui kerjasama antar daerah.

“Untuk dapat mewujudkan Tata Kelola Birokrasi yang Collaborative menuju Indonesia Emas tahun 2045, diperlukan reformasi birokrasi terus menerus dalam pengelolaan kerjasama yang melibatkan dua atau lebih daerah otonom, tidak bisa lagi dikelola dengan pendekatan birokratis kaku, tetapi semestinya dikelola dengan pendekatan networking dan menuju kolaboratif,” ujar Prof Hardi.

Sedangkan Prof. Bagus menyampaikan kemantapan jalan merupakan suatu indikator yang menjadi target capaian kinerja dari instansi teknis kebinamargaan. Tingkat kemantapan jalan tidak bernilai tetap, tetapi selalu berfluktuasi selama umur layan perkerasan jalan.

“Pelibatan teknologi saat identifikasi, pengukuran dan kompilasi data kondisi fungsional jalan sangat direkomendasikan untuk menghindarkan adanya measurement error dan human error, ditambah dengan metode evaluasi yang ditingkatkan untuk mendapatkan hasil kondisi fungsional jalan yang lebih akurat,” pungkasnya.

Pada hari ketiga pengukuhan ini pula, Kamis (7/9) di Gedung Prof. Soedarto, S.H., Undip Tembalang. Guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Sarjito, M.App.Sc. (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan); Prof. Dr. Ing. Ir. Silviana., S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng. (Fakultas Teknik); dan Prof. nat. Ir. Thomas Triadi Putranto, S.T., M.Eng., IPU, ASEAN Eng. (Fakultas Teknik).

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Sarjito

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Silviana

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Thomas

Dalam pidato ilmiahnya tentang “Penanganan Penyakit Ikan Berbasis Bahan Alami dalam Rangka Mewujudkan Akuakultur Berkelanjutan”, Prof. Sarjito mengatakan banyak berbagai laporan kematian massal pada kegiatan akuakultur akibat penyakit ikan pada organisme akuakultur, antara lain, kepiting, krustasea, udang dan ikan ekonomis penting seperti kerapu, ikan lele dan nila, ikan mas, dan koi.  Upaya untuk menanggulangi ikan yang terserang penyakit umumnya masih menggunakan antibiotik dan bahan kemotherapi. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama dan dengan jumlah yang tidak tepat dapat menimbulkan resistensi terhadap bakteri patogen dan menghasilkan residu pada produk akuakultur serta munculnya anti mikrobial Resisten (AMR) di lingkungan perairan.

“Untuk menghindari efek negatif dari penggunaan antibiotik pada kegiatan akuakultur maka diperlukan alternatif pengobatan menggunakan bahan alami ramah lingkungan. Penyakit yang sering menyerang organisme akuakultur adalah akibat infeksi virus, jamur dan bakteri serta faktor lingkungan. Penggunaan bahan alamai, terutama tanaman alami dan bakteri asosiasi merupakan salah satu cara yang direkomendasikan bagi pembudidaya ikan, sekaligus menekan biaya produksi, menurunkan bakteri resistensi, mengurangi dampak terhadap lingkungan akuakultur dan sekaligus menjaga keamanan pangan,” jelasnya.

Dilanjutkan presentasi karya ilmiah Prof. Silviana yang berjudul “Pengembangan Teknologi Adsorben Selektif Berbahan Silika Termodifikasi untuk Peningkatan Kualitas Energi Alternatif”, membahas tentang fokus pengembangan teknologi material baru mengenai pembuatan partikel adsorben selektif berbahan silika bagi peruntukan peningkatan kualitas energi alternatif yaitu biodiesel, biogas, dan syngas. Partikel adsorben selektif yang terbentuk tersebut perlu dikonfirmasi dengan karakterisasi serta kajian kinetika untuk mendapatkan informasi lanjut akan kebutuhan partikel adsorben selektif berbahan silika termodifikasi dalam menurunkan konsentrasi impuritas dalam biodiesel, biogas, dan syngas.

“Tahap uji kelayakan produk adsorben tersebut dalam suatu proses pemurnian merupakan bagian dari peluang munculnya inovasi proses diagram alir produk berkualitas dengan ditunjukkan peningkatan nilai kalor, kemurnian, dan nilai ekonomi. Kendala yang muncul menjadi peluang untuk berkolaborasi dengan industri terkait baik sebagai fasilitator maupun konsultan,” ungkap Prof Silviana.

Sementara Prof. Thomas dalam materinya berjudul “Kondisi dan Rekomendasi Pengelolaan Air Tanah Berwawasan Lingkungan di Kota Semarang”, menjelaskan tentang besarnya pemanfaatan air tanah di Indonesia memberikan dampak pada ketersediaan dan kualitas air tanah. Pemanfaatan air tanah yang tidak berwawasan lingkungan akan memberikan dampak buruk terhadap kondisi air tanah. Dampak primer yang timbul sebagai akibat pengelolaan air yang kurang tepat adalah berkurangnya ketersediaan air tanah. Selanjutnya dapat muncul dampak lanjutan seperti penurunan muka tanah (land subsidance), masuknya air laut ke daratan (rob) dan peristiwa masuknya air laut ke dalam lapisan air tanah (intrusi air laut) yang dapat terjadi terutama di kawasan pesisir. Dampak-dampak yang muncul akan berakibat pada kerusakan lingkungan air tanah yang lebih luas, seperti penurunan kualitas air tanah.

“Kegiatan pengelolaan air tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pembangunan sumur pantau secara online/realtime untuk pengamatan muka air tanah dan kualitasnya, pembangunan sumur resapan dalam dan resapan dangkal, pemetaan potensi dan konfigurasi air tanah serta pemetaan zona pemanfaatan dan konservasi air tanah, pengawasan dan sosialisasi pengendalian pemanfaatan air tanah, serta pemodelan numerik aliran air tanah dan pergerakan partikel kontaminan,” pungkasnya.

Pada hari selasa (12/9) di Gedung Prof. Sudarto, S.H. Tembalang. Dalam pengukuhan sesi pagi, ketiga guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Dian Wijayanto, S.Pi., M.M., M.S.E. (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan); Prof. Dr. Ir. Endang Purbowati, M.P. (Fakultas Peternakan dan Pertanian); dan Prof. Dr. Ir. Heru Prastawa, D.E.A. (Fakultas Teknik).

 

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Dian Wijayanto

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Endang Purbowati

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Heru Prastawa

Dalam pidato ilmiahnya Prof. Dian menyampaikan permasalahan overfishing (penangkapan berlebihan), ia menyebutkan saat ini telah menjadi permasalahan utama perikanan tangkap di dunia, termasuk Indonesia, yaitu sekitar 35% stok ikan dunia sudah mengalami overfished (eksploitasi berlebihan).  Hal itu perlu menjadi perhatian dunia mengingat perikanan tangkap memiliki kontribusi relatif besar dalam suplai pangan, penyediaan lapangan pekerjaan, pengentasan kemiskinan maupun pertumbuhan ekonomi.

“Permasalahan penangkapan berlebihan dapat dicegah dan dikurangi melalui manajemen perikanan yang berkelanjutan, diantaranya penetapan jumlah tangkapan diperbolehkan (kuota), pembatasan pada alat, daerah penangkapan ikan, waktu penangkapan, ukuran minimal ikan yang boleh ditangkap, jumlah armada dan upaya penangkapan, serta kebijakan pajak, subsidi, maupun lisensi. Tim peneliti dari Undip sudah mengembangkan beberapa model bioekonomi sebagai salah satu sumbangsih pada pengembangan ilmu bioekonomi,” terangnya.

Sementara Prof. Endang menyampaikan pidato ilmiahnya yang berjudul “Produksi Daging Domba Rendah Lemak, Berkelanjutan, dan Ramah Lingkungan: Sebuah Paradigma Baru”. Peningkatan jumlah populasi domba untuk pangan sangat tidak disarankan, mengingat gas metana akibat hasil pencernaan akan mempengaruhi perubahan iklim, ditambah semakin menipisnya lahan produksi pangan karena semakin bertambahnya lahan hunian. Solusinya, meningkatkan dan memperpendek waktu produksi. Saat ini konsumen menginginkan daging rendah lemak, sehingga perlu strategi dalam produksi daging domba rendah lemak, yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

“Produktivitas ternak dipengaruhi faktor ternak dan pakan. Penggemukan domba lepas sapih selama 3 bulan lebih efisien, serta dapat menghasilkan daging yang empuk dan rendah lemak pada bobot potong 20 kg.  Pakan komplit bentuk pellet untuk menghasilkan daging domba rendah lemak adalah dengan protein kasar (PK) 15% dan total digestible nutrients (TDN) 60%. Penggantian rumput gajah dengan sisa agroindustri tidak berdampak buruk terhadap lingkungan,” ungkapnya.

Selanjutnya Prof. Heru Prastawa dalam materi ilmiahnya yang berjudul “Rekayasa Faktor Manusia dan Masyarakat 5.0: Membentuk Masa Depan yang Berpusat pada Manusia” membahas pada masyarakat 5.0, masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Rekayasa Faktor Manusia/Human Factor Engineering/Ergonomi mempelajari prinsip-prinsip kerja yang dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan elemen-elemen dalam sebuah sistem. Dalam Ergonomi, keterbatasan dan kelebihan manusia diharmonisasikan dalam sebuah sistem kerja untuk mencapai kinerja yang efisien, nyaman, aman, sehat dan efektif. Kehadiran Masyarakat 5.0 tidak dapat dihindari. Masyarakat dituntut untuk memiliki Kemampuan HOTS (High Order Thinking Skills) yaitu memiliki pemikiran kritis dan lebih cepat dalam menghasilkan solusi untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk menyikapi pengaruh Masyarakat 5.0, maka perlu meningkatkan kemampuan adaptability (beradaptasi), agility (kelincahan), mobility (mobilitas), dan reaktivity (reaktivitas) yang menjadi kata kunci dalam kehidupan masyarakat 5.0, juga perlunya meningkatkan kolaborasi dalam segala aspek.

“Rekayasa Faktor Manusia memainkan peran penting dalam membentuk masa depan yang berpusat pada manusia di Masyarakat 5.0. Dengan berfokus pada desain yang berpusat pada pengguna, memfasilitasi kolaborasi manusia-mesin, mengatasi adaptasi tenaga kerja, dan memperhatikan pertimbangan etis, HFE memastikan bahwa teknologi meningkatkan kesejahteraan, produktivitas, dan keberlanjutan,” pungkasnya. (LW/Warnoto-Humas)

“Begitu pesatnya peningkatan jumlah guru besar di Undip membuktikan keberhasilan program yang dijalankan yakni program OPOC (One Profesor One Candidate). Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah Guru Besar sesuai Rencana Strategis Universitas Diponegoro Tahun 2020-2024, yakni meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan profesional yakni salah satunya dengan meningkatkan jumlah profesor,” kata Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Yos. (Adm)

Sumber: undip.ac.id

Inovasi Pelatihan Praktis Budidaya Ikan Dalam Ember oleh Tim KKN II Undip di Desa Kutorejo

Inovasi Pelatihan Praktis Budidaya Ikan Dalam Ember oleh Tim KKN II Undip di Desa Kutorejo

FPIK, SEMARANG -​​ Budidaya ikan sudah menjadi pilihan utama dalam sektor perikanan, namun tantangan pada lahan dan sumber daya air yang semakin terbatas sehingga seringkali menjadi hambatan. Ds. Kutorejo, Kec. Kajen (2 Agustus 2023). Dalam upaya untuk mengatasi kendala tersebut, inovasi budidaya ikan dalam ember muncul sebagai alternative yang menarik. Pelatihan budidaya ikan dalam ember telah diadakan oleh Tim II KKN Universitas Diponegoro untuk mendorong kreativitas warga Desa Kutorejo terutama ibu rumah tangga dan membuka peluang baru dalam pengembangan ekonomi.

Foto: Suasana pelatihan tim KKN Undip.

Budidaya ikan dalam ember dikenal sebagai budidaya ikan dalam wadah atau tangki terbatas yang merupakan metode budidaya ikan dimana ikan dipelihara dalam wadah berukuran kecil seperti kolam ataupun tambak. Metode tersebut sering digunakan ketika lahan atau sumber daya air terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk budidaya ikan dalam skala besar. Ikan diberikan lingkungan yang memadai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Ember yang digunakan umumnya dilengkapi dengan sistem filtrasi dan aerasi untuk menjaga kualitas air yang baik. Namun, berbeda dengan budikdamber yang dilakukan Tim II KKN Universitas Diponegoro yang menggunakan ikan lele.

Ikan lele dianggap cocok untuk budidaya dalam ember dikarenakan beberapa alasan seperti toleransi lingkungan yang luasm kecepatan pertumbuhan, pola makan yang variatif, pengelolaan lingkungan yang fleksibel, ukuran tubuh yang cocok dan ketersediaan benih. Benih lele sangat mudah untuk didapatkan dikarenakan pasarnya yang banyak. Kebutuhan oksigen yang sedikit membuat mahasiswa KKN Tim II Undip memilih ikan lele untuk program kerja tersebut. Namun dibalik keunggulannya dalam budidaya ikan lele tetap penting untuk meperhatikan kualitas air, pemberian pakan yang tepat dan perawatan yang baik untuk memastikan pertumbuhan dan kesehatan optimal lele.

Pelatihan Budidaya Ikan Dalam Ember diawali dengan pemberian materi dasar terkait pemeliharaan, pemberian makan dan lainnya. Setelah dilakukan pemberian materi yang jelas akan dilanjutkan dengan tata cara pembuatan wadah budidaya dengan ember. Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelatihan ini memiliki harga yang terjangkau dan mudah untuk didapatkan. Tata cara dilakukan dari wadah yang dilubangi pada bagian bawah untuk pengurasan air kotor serta bagian tutup ember untuk udara ikan. Mahasiswa KKN Tim II Undip melakukan dua jenis budidaya ikan dalam ember. Jenis wadah yang pertama hanya untuk pemeliharan budidaya ikan lele, sedangkan jenis wadah kedua dapat disertai dengan penanaman semi-hidroponik dibagian atas ember dengan menanam kangkung.

Kegiatan sosialisasi ditutup dengan pemberian doorprize yang pada awal acara dimulai setiap peserta pelatihan sudah diberikan nomor undian dan foto bersama seluruh ibu PKK, Ibu Kader Posyandu, Ibu RT/RW, Ibu Rumah Tangga lainnya dan mahasiswa KKN Tim II Undip. Program ini diharapkan dapat bermanfaat dan juga meningkatkan perekonomian keluarga Desa Kutorejo dengan hasil Budidaya Ikan dalam Ember yang dapat dijual maupun di konsumsi rumah tangga. (Sumber: kelautan.fpik.undip.ac.id)

Penulis : Baiq Alyssa Rinjani Putri (Program Studi Ilmu Kelautan).

DPL : Imam Santoso, S.T., M.T.

Lokasi : Desa Kutorejo, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan

Yuk! Peduli Sampah Sejak Dini Guna Menjaga Ekosistem Perairan

Yuk! Peduli Sampah Sejak Dini Guna Menjaga Ekosistem Perairan

Kalirejo, Pekalongan (21/07/2023) – Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Adapun sampah berasal dari kegiatan sehari-hari manusia atau dari proses alam. Permasalahan sampah harus cepat ditangani oleh Pemerintah Indonesia dan masyarakat. Hal ini disebabkan karena sampah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi kehidupan manusia dan ekosistem perairan. Menurut World population, Indonesia berada diurutan negara ke-5 sebagai penghasil sampah terbanyak di dunia, yakni sebanyak 9,13 juta ton. Adapun sampah didominasi sampah plastik.

Permasalahan sampah yang ada dapat diminimalisasi dengan pengelolaan yang benar dan sederhana. Hal ini dapat dilakukan dari anak-anak hingga orang dewasa. Kesadaran peduli sampah dapat menjaga ekosistem perairan khususnya biota yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, penanaman kepedulian sampah sejak dini sangat perlu dilakukan. Mahasiswa Universitas Diponegoro mengadakan Penyuluhan Terkait Pentingnya Membuang Sampah pada Tempatnya. Adapun kegiatan tersebut dilaksanakan di SDN 1 Kalirejo pada Jumat, 21 Juli 2023. Kegiatan ini berlangsung selama 1 jam dan diikuti oleh 47 siswa terdiri dari kelas 4 dan 5.

Kegiatan penyuluhan ini dilakukan dengan penyampaian materi terkait sampah, antara lain pengertian sampah, asal sampah, jenis-jenis sampah, dampak sampah pada kehidupan manusia serta ekosistem perairan, dan upaya pengelolaan sampah. Pada pelaksanaan kegiatan terlihat antusiasme siswa dan siswi SDN 1 Kalirejo. Hal ini ditunjukkan partisipasi aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah diberikan. Siswa dan siswi yang bertanya mendapatkan dompet yang dibuat dari daur ulang sampah, yaitu bungkusan plastik kopi. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dan siswi dalam memulai pengelolaan sampah menjadi barang yang berguna.

Dua Alumni Hebat FPIK UNDIP Ajarkan Cara Hadapi Tantangan Dunia Kerja

Dua Alumni Hebat FPIK UNDIP Ajarkan Cara Hadapi Tantangan Dunia Kerja

FPIK, SEMARANG – Departemen Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) mengundang dua alumni hebat untuk datang di kampus Diponegoro secara online dalam rangka kegiatan mengajar dan berbagi pengalaman kepada para yunior. Pada sesi Alumni Mengajar yang bertemakan “Penguatan Jejaring Alumni untuk Menghadapi Tantangan Dunia Kerja”, para alumni professional yang dimaksud adalah Arlies Meta Nugraha, S.Pi, M.M. yang saat ini menjadi Head of Account Management di Kalbe E-Health; dan Ardhiansyah Rohman Palani, S.Pi yang menjabat sebagai Sales Manager PT Sinta Prima Feedmil.

Materi yang dibawakan oleh Arlies Meta Nugraha bertajuk Tantangan dan Peluang Alumni Menuju Dunia Kerja”. Dia menyatakan bahwa walaupun berkarir dibidang yang tidak sama dengan perkuliahannya, dia beranggapan hal ini ialah sebagai tantangan ke depan yang harus dihadapi oleh mahasiswa. Arlies yang merupakan angkatan tahun kedua dari Program Studi (Prodi) THP FPIK UNDIP menyampaikan bahwa dengan memasuki era revolusi industry 4.0, kesempatan untuk menciptakan pasar kerja semakin terbuka lebar dan tidak menuntut hanya pada satu disiplin ilmu saja. Beliau sudah membuktikan bahwa lulusan bidang perikanan bisa menempati posisi yang cukup bergengsi dibidang perusahaan farmasi. “Oleh karena itu, kesempatan akan selalu terbuka lebar dengan syarat mahasiswa mampu memanfaatkan peluang tersebut,” tegas Arlies.

Menurut Arlies, sejak tahun 2019 data jumlah lulusan perguruan tinggi sebanyak 1,3 juta orang, 18,7 persen atau 244 ribu adalah lulusan program studi ilmu pendidikan. Dari jumlah lulusan sebanyak itu, catatan periode Agustus 2019 sampai Agustus 2020 ada 1,2 juta lulusan di mana 60 persennya belum bekerja atau tidak punya usaha, sementara 32,9 persen sedang berusaha mencari pekerjaan. Data tersebut jika dikomparasikan dengan tren ketersediaan lapangan kerja menurut Badan Pusat Statisik (BPS), pada Februari 2019 masih didominasi oleh tiga bidang, yaitu Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan (29,46 persen); Sektor Perdagangan (18,92 persen); dan Sektor Industri Pengolahan (14,09 persen). “Menjadi mahasiswa sekarang ini dituntut untuk terus mengembangkan diri lebih kreatif dan inovatif serta membangun jejaring sebanyak mungkin khususnya dengan alumni. Sehingga ketika lulus sudah memiliki sumber daya manusia yang adaptif dan siap bersaing di era otonomi dan disruptif ini,” jelasnya.

Sementara, Ardhiansyah Rohman Palani salah satu alumni yang diundang dalam kegiatan ini menguatkan pernyataan yang disampaikan Arlies. Mengusung materi berjudul “Penguat Jejaring Alumni Menuju SDM Unggul”, Ardhiansyah Rohman Palani mengingatkan Sumber Daya Manusia (SDM), menjadi salah satu sumber utama dalam menjalankan setiap kegiatan di dalam organisasi kecil atau organisasi besar. Organisasi akan menuntut SDM-nya untuk selalu produktif, inovatif, dan kreatif sehingga organisasi ini dapat terus bertahan dan berkembang. “Ada lima ciri-ciri SDM berkualitas diantaranya memiliki sifat ulet, tekun, inovatif, jujur dan berdedikasi,” ungkap Ardhiansyah.

Dengan SDM yang unggul, kata Ardhiansyah, akan membantu peran Indonesia dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain, berkembangnya teknologi juga semakin menuntut kita untuk terus inovatif dan kreatif. “Oleh karena itu, lulusan UNDIP harus mempunyai sifat ulet, tekun, inovatif, jujur dan berdedikasi tinggi guna menjadi sumber daya yang unggul di era yang banyak diidentifikasi sebagai VUCA atau kependekan dari VolatilityUncertaintyComplexity, dan Ambiguity.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc, P.hD, saat dihubungi pada Kamis (18/11/2021) menyambut positif kegiatan Alumni Mengajar. Menurut Prof Tri Winarni, kegiatan yang melibatkan alumni ini merupakan seri kedua setelah tahun sebelumnya diadakan kegiatan yang melibatkan alumni Departemen Teknologi Hasil Perikanan. “Melihat antusias peserta, saya rasa kegiatan ini bisa meningkatkan rasa optimis para mahasiswa menghadapi tantang dunia kerja. Sehingga saya berharap kegiatan ini dapat menjadi wadah bagi alumni untuk memotivasi para adik – adik dalam peningkatan kesejahteraan terutama dalam pembukaan lapangan pekerjaan,” harapnya.

Acara Alumni mengajar yang digelar diakhir pekan kedua November 2021 ini diikuti 195 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa S1 dari Program Studi Teknologi Hasil Perikanan dan prodi-prodi di FPIK UNDIP dan digelar secara online. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas)