Jejak Prestasi: Mahasiswa FPIK Undip Panen Prestasi di FAPERTA FAIR 5

Jejak Prestasi: Mahasiswa FPIK Undip Panen Prestasi di FAPERTA FAIR 5

FPIK, SEMARANG – Lima orang mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan satu mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro berhasil memborong prestasi pada ajang Futuristics and Prestige Research, Technology and Art (FAPERTA) Fair 5 yang berlangsung pada tanggal 18-19 Mei 2024 di Universitas Dhyana Pura, Bali. Ajang FAPERTA Fair sendiri merupakan ajang kompetisi karya tulis ilmiah tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Sentosa Foundation. Dalam perlombaan kali ini, Tim mahasiswa FPIK yang berjumlah lima orang mahasiswa berhasil meraih Gold Medal pada kategori Essay tema Lingkungan, Silver Medal pada kategori Poster tema HSE, Bronze Medal kategori Essay tema Lingkungan, Bronze Medal kategori Essay tema Teknologi, serta berhasil menjadi Juara Umum Harapan 1 di bawah bimbingan dosen FPIK yaitu Kukuh Eko Prihantoko, S.Pi., M.Si. Kelima mahasiswa FPIK yang berhasil panen prestasi tersebut merupakan mahasiswa dari Departemen Perikanan Tangkap, yaitu:

  1. Sholichin Adji Saputro (2022)
  2. Rafi Zulmy Saputra (2022)
  3. Revinda Aradea Adat (2022)
  4. Andrew Rafael Kristanto (2023)
  5. Zulfa Arya Ramadhani (2023)

Keberhasilan para mahasiswa ini juga tidak terlepas dari support pihak dosen, fakultas, dan Bank Jateng yang turut memberi dukungan sponsorship kepada tim mahasiswa FPIK dalam mengikuti kompetisi ini. Dengan peraihan prestasi tingkat nasional melalui FAPERTA Fair 5 ini, Adji sebagai Ketua Tim berharap untuk bisa mengikuti kompetisi-kompetisi tingkat nasional atau bahkan tingkat internasional lainnya. Adji yakin bahwa dia dan teman-teman mahasiswa FPIK lainnya kedepan dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi. “Saya juga berharap FPIK sebagai Fakultas bisa untuk terus menunjukkan dukungan kepada para mahasiswa yang ingin berkembang dan berprestasi” ujarnya. Semoga kedepan akan ada lebih banyak mahasiswa dari FPIK Undip yang bisa menorehkan prestasi membanggakan.

 

FPIK, Jaya!

Haris Muhtadi Alumni FPIK UNDIP, Kini Sukses Pimpin Perusahaan Pakan Internasional

Haris Muhtadi Alumni FPIK UNDIP, Kini Sukses Pimpin Perusahaan Pakan Internasional

FPIK, SEMARANG – Ribuan alumni Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tersebar di penjuru tanah air memiliki cerita tersendiri atas kesuksesan yang diraihnya saat ini. Yang pasti, mereka mengaku bersyukur karena mendapatkan pengalaman belajar di salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) terbaik yang kini kampusnya berpusat di Tembalang, Kota Semarang. Tentu banyak suka dan duka yang dialami, selain kisah-kisah yang bisa menginspirasi. Salah satunya adalah kisah sukses Haris Muhtadi, alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP). Haris adalah sosok yang semenjak tahun 2018 dipercaya menjadi Direktur Sales and Marketing di PT CJ Feed and Care Indonesia, perusahaan pakan ikan dan udang serta pakan ternak yang memiliki pabrik di Medan, Lampung, Serang (Banten), Batang (Jawa Tengah), Jombang (Jawa Timur) dan Banjarmasin. Dia merupakan mahasiswa angkatan pertama di Perikanan dan Kelautan.

Karirnya di perusahaan yang memiliki 6 pabrik di Indonesia, 2 pabrik di Korea, 9 pabrik di China, 4 pabrik di Vietnam, dan 1 pabrik di Filipina ini tergolong bersinar. Padahal sewaktu kuliah, pria kelahiran Kabupate Pati tanggal 26 Juli 1966 ini merasa biasa-biasa saja. Terdaftar di Jurusan Perikanan UNDIP Tahun 1984 yang waktu itu bernaung di Fakultas Peternakan dan Perikanan, Haris mengaku tak menonjol dibidang akademik. Dia menegaskan, kuliah di Jurusan Perikanan adalah pilihan pertamanya setamat sekolah menengah atas. “Perikanan adalah pilihan pertama saya,” tegasnya. Karena itu, meski mengaku tak menonjol di bidang akademik, gelar Sarjana Perikanan bisa diraihnya pada tahun 1989.

“Kebetulan dulu saya bukan mahasiswa yang menonjol secara akademis tapi lebih banyak melakukan aktivitas di luar untuk berinteraksi dengan berbagai golongan, jenis orang, jenis pemikiran itulah yang hari-hari saya ini terasa bermanfaat,” kata Haris Muhtadi yang juga menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), saat diwawancara pada Kamis (24/6/2021). Semangat tinggi untuk terus belajar dan membangun jaringan menjadi salah satu pintu kesuskesan. “Salah satunya terus update ilmu baru meskipun tidak melalui jalur formal menjadi sarjana S2. Pengembangan diri bisa didapat juga melalui training, short course, workshop dan seminar yang biasa diikuti selama kita bekerja,” kata alumni SMAN 1 Pati ini. Karena itulah, selain dipercaya menjadi salah satu orang penting di perusahaan pakan yang berpusat di Korea Selatan, sejak tahun 2016 dia juga dipercaya menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), organisasi tempat para produsen pakan ternak, pakan ikan dan pakan udang di Indonesia Berhimpun.

Di GPMT, alumni FPIK UNDIP ini tegas dalam menyuarakan aspirasi para anggotanya agar bisa terus eksis dan memberikan kontribusi pada usaha perikanan dan peternakan di Indonesia. Pengalamannya bergiat saat masih di Kampus Diponegoro, berpengaruh terhadap pola pikir dan pola tindak ketika dalam lingkungan pekerjaan dan organisasi. Pada posisinya sekarang sebagai direktur dari sebuah perusahaan pakan berskala internasional, dirinya pun harus bertemu sangat banyak orang, dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berasal dari berbagai bangsa. Di situlah beberapa pengalaman masa lalunya yang saat ini terasa relevan.

Foto: Haris Muhtadi Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

“Ternyata kunci dari berbagai deal business adalah bagaimana meyakinkan pihak lain bahwa ide kita ini layak untuk dibeli oleh client atau customer. Jadi, pesan saya untuk teman-teman mahasiswa maupun calon mahasiswa yang ingin belajar tentang Kelautan dan Perikanan khususnya di UNDIP, cobalah untuk lebih aktif bukan hanya di kelas dan mengejar keberhasilan akademis. Belajarlah juga dari luar kelas,” terangnya. Menurut dia, para mahasiswa yang mau belajar di luar kelas akan lebih banyak berinteraksi dengan sebanyak mungkin orang dengan latar belakang budaya, suku, negara, dan bangsa yang berbeda.  Maka disitulah mahasiswa akan dapat kekayaan intelektual. “Wawasan yang luas akan menjadi senjata yang bagus untuk bersosialisasi. Dengan luasnya pergaulan, membantu peningkatan pengakuan dari masyarakat sesuai bidang usaha, secara tidak langsung mempermudah kerja dan peningkatan karir kita,” dia menambahkan.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, dirinya juga mengajak para mahasiswa untuk terus kreatif dan tetap bersemangat dalam belajar. Dia menyarankan agar mahasiswa memperbaiki kemampuan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris. “Jangan berhenti belajar.” Hal lain yang disarankannya adalah untuk tidak berhenti membaca buku bidang apapun sesuai minat. Tersedianya sarana teknologi komunikasi, menurut dia, memudahkan kita dalam belajar. “Kalau kita persiapkan sebaik mungkin dan hidup kembali normal, kita tidak ketinggalan kereta, tetap update info dan tahu perkembangan zaman. The show must go on, Covid-19 bukan alasan untuk berhenti mengembangkan diri,” tegas Haris.

Yang pasti, selaku alumni dia mengucapkan terima kasih kepada UNDIP sebagai lembaga yang turut membentuk karakter dan keahliannya, khususnya para dosen dan senior yang selalu membimbingnya. “Tidak lupa, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada para dosen dan juga para senior yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam hidup saya,” pungkasnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

FPIK, SEMARANG -​ Peristiwa tenggelamnya perahu di Waduk Kedung Ombo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali menarik rasa kemanusiaan bagi setiap orang. Salah satunya tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP). Mereka adalah Abat (23) Nabil (20), dan Zigro (23) yang tergabung di UKSA-387 (Unit Kegiatan Selam Air) UNDIP.

Pada Minggu (16/5/2021) pukul 09.30 WIB, Abat dan Nabil melakukan penyelaman di lokasi terbaliknya perahu wisata, sementara Zigro siap siaga di daratan area waduk untuk melakukan monitoring dan komunikasi dengan kedua rekannya selama penyelaman. Terjun menyelam di Waduk Kedung Ombo menjadi pengalaman petama dalam operasi SAR (Search and Rescue) pencarian korban tenggelam.

Mahasiswa FPIK UNDIP itu menceritakan kali pertama mendapat kabar dari seorang senior UKSA yang saat ini bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah untuk bergabung dalam operasi SAR di Kedung Ombo. Saat kejadian, SARDA Jateng sedang membutuhkan tenaga penyelam untuk pencarian korban tenggelam.

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP yang tergabung dalam UKSA-387 terjun dalam operasi pencarian dan penyelamatan korban tenggelam di Waduk Kedung Ombo. (Sumber: iNewsJateng.id)

Nabil dan Abat melakukan penyelaman selama sekitar 25 menit di kedalaman 25 meter. “Di kedalaman 15 meter ke permukaan visibiltasnya kurang bagus, kemudian selama menyelam kami ikutin jalur pasang di dasar, saat itu juga kami menemukan kerudung anak kecil berwarna abu-abu,” kata Nabil. “Namun kami kurang tahu juga apakah kerudung tersebut milik korban,” tambah mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan ini. “Jadi untuk relasi dengan SAR sudah lama. Terutama terkait dengan yang evakuasi di perairan, dari Tim SAR Jateng, kita sering dilibatkan,” jelas Nabil. Saat terjadi musibah kecelakaan pesawat Lion Air pada 29 Oktober 2018, di Laut Jawa sebelah utara Karawang Jawa Barat, UKSA-387 juga mengirim personelnya ke sana. “Kami menerjunkan anggota ke sana. Sebenarnya sudah sangat sering kami ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyelamatan dan pencarian.”

Foto: Aktivitas tim SAR bersama UKSA-387 dalam pencarian korban tenggelam di area waduk. (Sumber: UKSA-387)

Mendengar kisah ketiga mahasiswa FPIK UNDIP ini, Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum memberikan apresiasi kepada para mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UKSA-387. Aksi yang dilakukan oleh personel UKSA-387 dipandang Rektor sebagai kepedulian terhadap masalah kemanusiaan dan patut dijadikan contoh.

Sebagai bentuk apresiasi, Kamis (27/5/2021) Rektor memberikan piagam resmi dari UNDIP yang menyatakan mereka sebagai “Pahlawan Kemanusiaan”. Piagam tersebut diberikan secara langsung oleh Rektor kepada kepada Muhammad Ramadhan (S1 Oseanografi 2016), Bariq Nabil Ramadhan (S1 Ilmu Kelautan 2018, dan Zigro Taqwagie (S1 Ilmu Kelautan 2019).

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP sedang menerima penghargaan dari Rektor Universitas Diponegoro.

Dalam pernyataannya, Prof Yos memuji tindakan yang dilakukan anggota UKSA-387 UNDIP. “Universitas menghargai yang Anda lakukan. Karena lebih mementingkan keselamatan jiwa orang lain. Kalian memiliki jiwa kepedulian kepada orang lain. Selaku Rektor saya berterima kasih Anda telah memberi contoh yang baik kepada mahasiswa lain dan orang lain,” kata Rektor.

Rektor mengatakan, semua kegiatan mahasiswa dan dosen di bidang kemanusiaan merupakan bentuk nyata dari Tri Dharma UNDIP kepada masyarakat. Karena itu, universitas pun selalu mendukung dan mendorong civitas akademika untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan.

UKSA-387 UNDIP berdiri sejak Maret 1987. Saat ini jumlah anggota aktifnya sekitar 25 orang.  Ada lima peminatan di dalam wadah UKM ini, yakni scientific diving (kegiatan penyelaman yang berhubungan dengan ilmiah), underwater photographyunderwater work (berhubungan dengan pekerja komersial), SAR, dan kejuaraan (atlet). Para anggota UKSA semuanya memiliki lisensi selam.

Untuk pelatihan, khususnya yang berhubungan dengan SAR, dilakukan oleh kakak-kakak senior. ‘’Kita dilatih untuk mencari korban di dalam air, penyelamatan pertama pada korban yang ditemukan, dan lain-lain. Sehingga tim terbiasa membantu kecelakaan di dalam air,” Zigro menuturkan. Sementera itu Nabil menambahkan, jika dalam setiap terjun ikut evakuasi korban di perairan, UKSA-387 punya alat sendiri. ‘’Kita punya alat selam sendiri, ketika dapat panggilan, maka kita siapkan alat sendiri. Kita juga punya base camp sendiri. Namun kalau perahu karet memang belum ada. Kalau di lapangan, ada tim SAR maka kita pakai kapal mereka,’’ jelas Nabil yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua dalam UKSA-387 ini.

Untuk latihan, tim memiliki jadwal yang kontinyu. Biasanya, tim berlatih di kolam renang Kodam IV/Diponegoro dan juga di sejumlah perairan. Keanggotaan UKSA terbuka bagi mahasiswa Undip dari semua fakultas. Dikutip dari manunggal.undip.ac.id, lahirnya UKM UKSA-387 karena besarnya keinginan dan rasa penasaran serta kuatnya jiwa berpetualang di bawah air. Alumni pertama UKSA-387 di antaranya Gatot (Fakultas Hukum), Antok (FPIK), Rifki (Fakultas Kedokteran) & beberapa mahasiswa dari jurusan Teknik Sipil, yang bersepakat untuk membentuk UKM selam.

Pada masa-masa awal ini hampir setiap bulan UKSA-387 mengadakan ekspedisi ke berbagai pulau di jawa seperti Kepulauan Karimunjawa, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Bawean, dan Kepulauan Seribu. Ekspedisi tak jarang pula dilakukan di luar Pulau Jawa seperti di Sanur, Nusa Penida di Pulau Bali, dan Gili Air, Trawangan, Meno, Sugiri, dan Lombok Timur, di Pulau Lombok. (Adm & Tim Humas)

FPIK UNDIP Targetkan Penambahan 4 Profesor dan 12 Doktor Baru di Tahun 2021

FPIK UNDIP Targetkan Penambahan 4 Profesor dan 12 Doktor Baru di Tahun 2021

FPIK, SEMARANG – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) menargetkan ada penambahan 4 profesor baru di tahun 2021, sehingga keseluruhannya akan ada 25 guru besar di fakultas yang mengelola 10 program studi ini. Selain itu, fakultas juga berharap ada 12 tenaga pengajar yang bisa menyelesaikan studi doktornya, jumlah pengajar yang memiliki pendidikan strata 3 mencapai  64 orang.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D, mengatakan hal itu, saat dihubungi Selasa (2/3/2021). “Kami berharap ada empat guru besar baru dan dua belas doktor untuk memperkuat proses belajar mengajar dan riset kami,” kata Tri Winarni Agustini.

Menurut dia, kalau target itu bisa dipenuhi, masih ada tugas untuk mendorong 60 tenaga akademik yang dimilikinya untuk segera menyelesaikan program S3-nya. Nantinya tenaga pengajar yang berijasah magister jumlahnya makin sedikit. “Kalau semua sesuai yang direncanakan, dari 145 tenaga pengajar, nantinya tingal 40 persen yang lulusan magister. Tiap tahun porsinya akan makin mengecil,” tambah dia.

Kebijakan untuk meningkatkan jumlah tenaga pengajar yang memiliki kualifikasi pendidikan strata 3 merupakan amanat bersama menjadikan Universitas Diponegoro sebagai World Class University, yang mana bercirikan perguruan tinggi riset yang unggul. Apalagi FPIK juga sudah memiliki program studi doktor, sehingga tuntutan agar tenaga pengajarnya minimal berkualifikasi doktor adalah sebuah keniscayaan.

Yang membanggakan, kata Tri Winarni, para guru besar di lingkungan FPIK adalah akademisi yang aktif, bukan saja mengajar tapi melakukan penelitian dan menulis di jurnal-jurnal ilmiah baik internasional bereputasi maupun nasional. Selain itu, para guru besar serta para doktor yang ada masing-masing memiliki kepakaran yang spesifik dan reputasi diakui, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Karena itu, selain mengajar di lingkungan program studi yang ada di fakultas, banyak pengajar FPIK yang membantu mengajar di program lain, khususnya Sekolah Pascasarjana.

Saat ini, FPIK UNDIP mengelola 10 program studi (Prodi). Di Jenjang Strata 1 atau sarjana ada enam Prodi, magister dua Prodi dan jenjang doktor dua Prodi. Di Program Sarjana ada Prodi Akuakultur, Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Prodi Oseanografi, Prodi Perikanan Tangkap, Prodi Teknologi Hasil Perikanan, serta Prodi Ilmu Kelautan. Di Program Magister ada Prodi Magister Ilmu Kelautan dan Magister Manajemen Sumber Daya Perairan, sementara di jenjang S3 ada Program Doktor Manajemen Sumber Daya Perairan dan Program Doktor Ilmu Kelautan.

Tahun ini, target FPIK adalah mengusulkan akreditasi internasional ASIIN untuk prodi Ilmu Kelautan, Oseanografi dan Akuakultur. Jajaran FPIK dan universitas sangat mendukung dan berupaya keras untuk bisa mencapai target tersebut. ASIIN atau Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik adalah lembaga akreditasi internasional berasal dari Jerman untuk disiplin ilmu rekayasa, matematika dan sains, pertanian, biologi.

Dalam hal publikasi ilmiah, FPIK UNDIP juga memiliki jurnal-jurnal ilmiah yang bereputasi. Setidaknya ada 6 jurnal ilmiah yang dikelola, yaitu Jurnal Ilmu Kelautan “Indonesian Journal of Marine Sciences (IJMS) sudah terindeks Scopus, International Journal of Marine and Aquatic Resource Conservation and Co-existence (IJMARCC)”; Buletin Oseanografi Marina (Buloma – Sinta 2); Jurnal Kelautan Tropis (Sinta 2), Jurnal Saintek Perikanan (Sinta 2); dan Journal of Marine Research (Sinta 3), CRM). Jurnal-jurnal tersebut terindeks Google scholar, DOAJ, Portal Garuda dan kesemuanya memberikan akses terbuka (open access policy).

Lahirnya FPIK UNDIP bermula dari pembentukan Jurusan Perikanan pada Fakultas Peternakan melalui Surat Keputusan Rektor Universitas Diponegoro No. 44/1968 tanggal 8 Oktober 1968. Pada tanggal 17Agustus 1978, nama Fakultas ini berubah menjadi Fakultas Peternakan dan Perikanan, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Diponegoro No. 76/SK/UD/VI/1978. Namun pada tahun 1982 nama tersebut berubah kembali menjadi Fakutas Peternakan dengan keluarnya keputusan Presiden RI No. 51/1982.

Pada tahun 1985, UNDIP dipercaya menjadi salah satu perguruan tinggi pelopor untuk membuka jurusan ilmu kelautan. Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 1023/D/Q/1985 tanggal 6 Juni 1985, dirintis Program Studi Ilmu Kelautan di Universitas Diponegoro bersama lima perguruan tinggi Indonesia lain yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas Pattimura, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Hasanuddin dan Universitas Riau.

Setelah melewati berbagai proses, baru pada tahun 1994 berdiri Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0181/0/1994 tertanggal 25 Juli 1994. Awalnya hanya ada dua jurusan yakni Perikanan dan Ilmu Kelautan. Kini ada 6 departemen, dengan 10 program studi di FPIK. (Sumber berita: UNDIP)

Empat Doktor Ilmu Kelautan UNDIP Raih IPK Sempurna

Empat Doktor Ilmu Kelautan UNDIP Raih IPK Sempurna

FPIK, SEMARANG – (Sumber Jatengdaily.com) Empat Wisudawan Program Doktor Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan (FPIK), Universitas Diponegoro (UNDIP) yang dikukuhkan pada Wisuda ke-161 berhasil meraih capaian sempurna dengan Indeks Prestasi Kumulatif 4,0. Nilai sempurna itu juga termasuk karya ilmiah berupa disertasi yang disusunnya sebagai karya akademik.

Adapun keempat wisudawan Program Strata-3 Ilmu Kelautan yang meraih nilai sempurna adalah Retno Hartarti, Lilik Maslukah, R Baskoro Rochaddi dan Sugeng Widada. Karya ilmiah yang mereka hasilkan selain harus diujikan di depan dewan penguji, juga dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional.

Retno Hartati membuat disertasi yang dituangkan dalam Bahasa Inggris tentang kestabilan ekosistem baru. Dr. Ir. Retno Hartati, M.Sc membuat disertasi berjudul “Sea ranching of Holothuria atra: Study on establishment of new ecosystem and its relation with their feeding ecology”. Selama studi, Retno Hartati menghasilkan 3 publikasi di jurnal internasional bereputasi, serta 1 publikasi pada prosiding terindeks SCOPUS. Dia juga menghasilkan beberapa artikel di jurnal nasional yang ada.

Beberapa karya Retno selama menjalani studi doktor di FPIK UNDIP diantaranya “Asexual Reproduction of Black Sea Cucumber from Jepara Waters” yang dipublikasikan tahun 2019 di Indonesian Journal of Marine Sciences; kemudian “Relationship Between Stage of Gonad Maturity and Level of Osmotic Work of Sea Cucumber”; dan “Feeding selectivity of Holothuria atra in different microhabitat in Panjang Island, Jepara (Java, Indonesia)” yang dimuat Jurnal Biodiversitas pada tahun 2020.

Sedangkan, R. Baskoro Rochaddi membuat karya doktornya dengan disertasi berjudul “Diversitas Bakteri Pada Air tanah Dangkal Pendegradasi Pestisida Klorpirifos dan Resisten Logam Berat Hg dan As di Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur”. Baskoro melakukan penelitian ini karena keprihatinannya terhadap pencemaran di Pantai Utara (Pantura) Jawa. Selain disertasi, dia juga menulis kajian tersebut di Jurnal Biodiversitas.

Disertasi lain yang dihasilkan program doktor ilmu kelautan periode ini adalah karya berjudul “Model Lapisan Litologi Berbasis Data Resistiviti dan Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) Serta Kaitannya Dengan Penurunan Muka Tanah berdasarkan Analisis Dinsar dan Perubahan Garis Pantai di Kota Semarang”. Karya tulis berdasarkan penelitian yang disusun Sugeng Widada itu diharapkan memberi manfaat bagi pembuatan kebijakan tentang penanganan penurunan muka tanah (land subsidence) di Kota Semarang.

Sementara itu peraih nilai sempurna lainnya, yaitu Lilik Maslukah yang membuat karya ilmiah berjudul “Fraksinasi Phosphor dan Keterkaitannya Dengan Konsentrasi Klorofil-A di Perairan Utara Jawa Tengah”.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri. Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D, mengingatkan bahwa pencapaian nilai yang maksimal mengandung konsekuensi bagi yang bersangkutan maupun bagi lembaga penyelenggara pendidikannya. Oleh karena itu, dia menyitir ungkapan yang selalu dilontarkan rektor dan ketua Senat Akademik dalam setiap acara wisuda untuk selalu menjaga nama baik almamater.

“Saya kira setiap wisudawan punya kewajiban yang sama untuk menjaga nama besar Universitas Diponegoro. Yang perlu diingat juga bahwa selesainya studi adalah awal dari pengabdian yang lebih besar di bidang yang digeluti. Bagi yang menyandang gelar doktor juga harus mengabdikan ilmunya melalui inovasi dan karya-karya akademik yang berguna bagi masyarakat,” kata Tri Winarni. she

Link artikel :

Empat Doktor Ilmu Kelautan UNDIP Raih IPK Sempurna