Diaspora Berbagi Ilmu di Departemen Sumberdaya Akuatik melalui Program WCU

Diaspora Berbagi Ilmu di Departemen Sumberdaya Akuatik melalui Program WCU

FPIK, SEMARANG – Universitas Diponegoro (UNDIP) merupakan salah satu universitas favorit di Jawa Tengah yang memiliki program World Class University (WCU). Program WCU bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UNDIP dalam menyandang status universitas Top 500 di dunia. Dalam rangka mendukung misi tersebut, Departemen Sumber Daya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) mengadakan kegiatan Visiting Lecturer dengan mengundang salah satu diaspora yang bekerja sebagai postdoctoral researcher di Liebniz Centre for Tropical Marine Research (ZMT), Jerman yaitu Dr. rer. nat. Dini Adyasari, S.T., M.Sc.

Dr. Aninditia Sabdaningsih, S.Si., M.Si yaitu salah satu dosen di Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan sekaligus penanggungjawab program Visiting Lecturer memaparkan bahwa program ini terdiri dari 5 jenis kegiatan yaitu Seminar Series yang dilakukan sebanyak tiga kali, berupa Public Lecture, Training, dan Motivation Class, serta 2 kegiatan lainnya yang secara eksklusif disampaikan oleh narasumber selaku dosen tamu yaitu berbagi ilmu dalam Mata Kuliah Mikrobiologi Akuatik dan melakukan fine tuning manuskrip. Kegiatan-kegiatan ini masuk dalam implementasi upaya The Sustainable Development Goals (SDGs) yang meliputi SDGs nomor 4, 6, 14, dan 17. SDGs nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, SDGs nomor 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak, SDGs nomor 14 tentang Ekosistem Lautan serta SDGs nomor 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Kegiatan Seminar Series ini dihadiri oleh civitas akademika UNDIP yakni mahasiswa strata S1, S2, S3, dosen, staf dan bahkan alumni. Ketua Departemen Sumber Daya Akuatik, Dr. Ir. Haeruddin dalam laporannya menyatakan bahwa jumlah peserta dari seminar series pertama hingga ketiga lebih dari 100 orang dan didominasi oleh mahasiswa S1.

Dekan FPIK UNDIP yaitu Prof. Ir. Tri Winarni, M.Sc., Ph.D dalam sambutannya menyampaikan bahwa dengan adanya pandemi COVID-19 ini FPIK berkesempatan untuk mendapatkan ilmu dari para diaspora. Selain itu, Dekan FPIK dalam penutupan acara Visiting Lecturer, menambahkan bahwa materi yang disampaikan oleh Dr. rer. nat. Dini Adyasari, M.Sc. sangat berguna dan harapan kedepannya hubungan baik terus terjalin.  Program kerjasama yang dibangun FPIK dengan ZMT Jerman ini diharapkan dapat terus dilaksanakan untuk memberikan kontribusi kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. (Seto Windarto).

FPIK UNDIP Kenalkan Teknologi Asap Cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal

FPIK UNDIP Kenalkan Teknologi Asap Cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal

FPIK, SEMARANG – Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) telah menggelar pelatihan pembuatan ikan asap menggunakan teknologi asap cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Purwosari pada hari senin, 7 September 2020.

Hadir pada acara pelatihan yakni Ir. Sri Harjinto yang menjabat Kepala Dinas (Kadis) Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal dan Ir. Gunadi selaku Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap beserta jajaran DKP Kendal. Adapun narasumber dari Tim Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP yakni Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc. selaku Ketua, bersama dengan tim yakni Prof. Dr. Ir. YS Darmanto, M.Sc., Romadhon, S.pi., M. Biotek. dan Slamet Suharto, S.Pi., M.Si.

Tujuan dari pelatihan ini adalah membagi ilmu pengetahuan tentang pengaplikasian asap cair dalam pengolahan ikan asap, serta penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standar Operasional dan Prosedur Sanitasi (SSOP) kepada UMKM dalam proses pengolahan sehingga mampu menghasilkan produk ikan asap yang berkualitas.

“Sehingga peserta pelatihan ini diharapkan mampu menghasilkan produk ikan asap yang lebih berkualitas, aman dan juga layak dikonsumsi karena terjaga kebersihannya,” jelas Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc.

Selain transfer teknologi melalui kegiatan penyuluhan mengenai aplikasi asap cair pada proses pengolahan ikan asap, mereka sekaligus mendapatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai cara pengemasan serta pemasaran produk secara online, guna menjangkau potensi pasar maupun konsumen yang lebih luas. Diharapkan peningkatan pemasaran produk ini dapat berbasis digital. Baik melalui media sosial maupun market place yang sedang populer pada era industri 4.0 saat ini.

Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc. menambahkan, Kecamatan Purwosari selama ini menjadi sentra pengembangan usaha pemindangan serta pengasapan ikan di Kabupaten Kendal. Sehingga program Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP menyasar kepada 84 pengelola UMKM ikan yang tersebar di berbagai desa di kecamatan tersebut.

Berbagai jenis ikan yang diolah seperti ikan pari, manyung dan tongkol, selain itu juga di beberapa tempat lainnya mengolah ikan layang, salem, cucut serta ikan kembung. Pengolah ikan asap tersebut selama ini masih menggunakan teknik pengolahan ikan asap tradisional. “Maka kita transfer teknologi asap cair guna meningkatkan hasil produksi dan juga meningkatkan cakupan pemasaran,” tegasnya.

Terkait dengan program pelatihan tersebut, Kadis DKP Kabupaten Kendal, Ir. Sri. Harjinto mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan oleh Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP di daerahnya.

Menurutnya, program tersebut merupakan aplikasi penerapan ilmu dan teknologi pengolahan hasil perikanan yang memang dibutuhkan para pelaku UMKM pengasapan ikan dalam mendorong kesejahteraan mereka. (Adm).

Profesor dari Undip dan Peneliti Alor Temukan Bukti Fenomena Upwelling di Lintasan Cetacea, Selat Alor

Profesor dari Undip dan Peneliti Alor Temukan Bukti Fenomena Upwelling di Lintasan Cetacea, Selat Alor

FPIK, SEMARANG – Peneliti oseanografi senior dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP yaitu Prof. Agus Hartoko dan peneliti kandidat Doktor Jahved F. Maro dari Universitas Tribuana Kalabahi (UNTRIB) telah menemukan bukti adanya fenomena lokal yang disebut Air Dingin di Selat Alor. Dalam keilmuan oseanografi, fenomena ini disebut upwelling, pada kasus ini terjadi saat masa air laut dari kedalaman 1.000 meter naik ke permukaan laut dan setelah dilakukan pengukuran, temperatur menunjukan suhu 7°C. Seperti kejadian pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 11.44 WIT (Waktu Indonesia Timur), secara normal permukaan laut mempunyai temperatur 30°C. Pada kondisi ini grup Cetacea ini berdatangan dan lumba-lumba berenang di permukaan air laut.

Selama beratus-ratus tahun yang lalu, Laut Sawu Nusa Tenggara Timur (NTT), Lamalera dan Selat Alor yang merupakan bagian dari Laut Sawu telah dikenal oleh nelayan setempat sebagai alur lintasan migrasi grup Cetacea, yaitu paus, lumba-lumba dan dugong atau ikan duyung. Hal ini mengakibatkan paus banyak yang terdampar ke pantai setelah melewati selat ini dan biasanya akan mati secara alami.

 

Dugong | Sumber foto: FPIK.

Lumba-lumba (Tursiops sp., Stenella sp., Lagenodelphis sp.) | Sumber foto: FPIK.

Paus (Feresa sp., Kogia sp., Mesoplodon sp.) | Sumber foto: FPIK.

Berdasarkan hasil pengukuran di laut maupun analisis data satelit MODIS – Aqua diketahui pada saat-saat tertentu telah terjadi upwelling maka di Perairan Laut Sawu berubah menjadi “Kolam Dingin” yang dikelilingi air hangat, hal ini ditunjukan pada hasil analisa data satelit. Kisaran temperatur muka laut di dalam Laut Sawu antara 26,7°C – 28,6°C atau 2°C lebih dingin jika dibandingkan di luar area Laut Sawu yaitu di Utara Alor dan di Selatan Pulau Rote. Suhu di area permukaan air laut tersebut kisaran antara 28,6°C – 31,4°C.

Gambar analisis data satelit MODIS - Aqua. Sumber gambar: Pribadi.

Gambar analisis data satelit MODIS – Aqua | Sumber: FPIK.

Masa air dingin dari samudera Hindia mengalir ke Utara menelusuri bentuk morfologi dasar samudra dari palung pertemuan lempeng tektonik Australia dan Pasifik di Selatan Laut Sawu. Dalam proses terjadinya fenomena “Air dingin” atau “Upwelling” ini, masa air laut dari samudera Hindia mengalir menuju “kolam” Laut Sawu dengan kedalaman 3.500 meter, kemudian air dingin mengalir ke Utara merambat naik ke Selat Alor dengan kedalaman 500 meter dan akhirnya naik ke permukaan laut dengan temperatur 7°C pada bulan Mei. Kejadian fenomena upwelling ini biasanya terjadi pada bulan Mei dan November atau pada musim monsoon-timur.

Wilayah Laut Sawu telah ditetapkan menjadi wilayah perlindungan laut, maka dimasa datang dari institusi UNDIP, Pemerintah Kabupaten Alor, Pemerintah Provinsi NTT, UNTRIB Alor dan WWF Alor bekerjasama dalam mengembangkan kawasan tersebut menjadi kawasan wisata laut atau disebut “Marine Geopark” terpadu dan lestari bersama masyarakat. (Dwi Haryanti).

Sumber Artikel:

https://www.researchgate.net/publication/341600602_Morphology_and_Molecular_Biology_of_Benthic_Java_Sea_Shark_Ray_Rhina_ancylostoma_Bloch_and_Scheider_1801_Elasmobranchia_Rhinidae

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. sebagai Guru Besar FPIK

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. sebagai Guru Besar FPIK

FPIK, SEMARANG – Pada hari ini, Jumat, 13 Desember 2019 merupakan hari yang berbahagia bagi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro. FPIK UNDIP menambah kembali jumlah Guru Besar-nya. Guru Besar FPIK UNDIP yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. dari Departemen Sumberdaya Akuatik dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perikanan. Pelaksanaan acara Pengukuhan Guru Besar bertempat di Gedung Prof. Soedarto SH, Tembalang, dipimpin oleh Ketua Senat Akademik UNDIP Prof. Dr. Ir. Soenarso, MS.

Pidato pengukuhan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. berjudul “Pengelolaan Sumberdaya Udang Penaid untuk Kelestarian dan Peningkatan Pendapatan Nelayan”. Dalam pidatonya, Prof. Suradi memaparkan pentingnya pengelolan sumberdaya perikanan, termasuk penaid, agar sumberdaya udang dapat lestari, usaha penangkapan yang dilakukan nelayan dapat berkelanjutan, pendapatannya meningkat, sehingga nelayan pada akhirnya dapat sejahtera.

Pidato yang dipaparkan juga menyajikan permasalahan utama perikanan udang penaid di Indonesia, seperti tangkap berlebih, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, IUU Fishing, pengawasan dan penegakan hukum serta kerusakan habitat dan ekosistem. Penyajian berbagai upaya pengelolaan udang penaid, baik dengan pendekatan parsial, seperti pengaturan udang yang boleh ditangkap, pengaturan alat tangkap, maupun pendekatan terpadu melalui penerapan konsep pengelolaan perikanan berbasis ekosistem (ecosystem approach to fisheries management; EAFM). Implikasi dari tindakan pengelolaan juga digambarkan, baik implikasi terhadap kelestarian sumberdaya udang maupun terhadap pendapatan nelayan.

Prof. Suradi berharap dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu dan teknologi bidang perikanan, serta bermanfaat praktis dalam mengatasi permasalahan perikanan udang untuk menjaga kelestarian sumberdaya dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Selain mengukuhkan dua Guru Besar dari FPIK, UNDIP juga mengukuhkan Guru Besar dari Fakultas Peternakan dan Pertanian yaitu Prof. Dr. Ir. Sri Mukodiningsih, M.S. Dengan dikukuhkannya Guru Besar ini hingga saat ini FPIK UNDIP memiliki 21 Guru Besar dimana Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. adalah Guru Besar ke-6 dari Departemen Sumberdaya Akuatik.

Selamat dan sukses Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro dan para Guru Besar atas capaian dan prestasi yang telah diperoleh. (Ratnaningtyas).

Kuliah Umum Blue Carbon Prof. Masahiro Nakaoka dari Universitas Hokkaido

Kuliah Umum Blue Carbon Prof. Masahiro Nakaoka dari Universitas Hokkaido

FPIK, SEMARANG – Pada hari Senin, 14 Oktober 2019 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP dihadiri oleh tamu dari Hokkaido University. Kedatangan Prof. Masahiro Nakaoka FPIK UNDIP diterima dengan baik oleh Dekan Prof. FPIK Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc, Ph.D dan Wakil Dekan Bidang Inovasi dan Riset Dr. Tita Elfitasari, S.Pi, M.Sc serta didampingi oleh Dr. Ir. Frida Purwanti, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Doktor S3 Pengelolaan Sumber Daya Pesisir.

Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan Kuliah Umum yang dilaksanakan pada hari Senin, 14 Oktober 2019 bertempat di Gedung A lantai 3 ruang J.301 oleh Program Studi Doktor S3 dan S2 Pengelolaan Sumberdaya Pesisir, Jurusan Sumberdaya Perairan, sebagai Pembicara Prof. Masahiro Nakaoka dari Stasiun Kelautan Akkeshi, Pusat Sains Lapangan untuk Biosfer Utara, Universitas Hokkaido, Jepang; berjudul “Berbagai Jasa Ekosistem dari Padang Lamun: Efek Sinergik / Pertukaran Jasa Karbon Biru”

Kegiatan postdoctoral sebelumnya dilakukan untuk mendukung kegiatan program World Class University (WCU) Undip dengan mengirimkan salah satu staf Kementerian Sumber Daya Perairan, Dr. Ir. Frida Purwanti, M.Sc Akkeshi Marine Station, and Field Science Center for Northern Biosphere and Hokkaido University, Japan selama 1 bulan (Juli-Agustus 2019).

Salah satu tujuan dari kegiatan postdoctoral ini adalah untuk penelitian dan publikasi bersama antara Undip dengan Hokkaido University. (Ratnaningtyas).