Ayo Gabung Student Outbound “The Circular Campus Programme”

Ayo Gabung Student Outbound “The Circular Campus Programme”

Task Force WCU dan SDGs Center Undip mengundang MAHASISWA untuk mengikuti kegiatan Student Outbound Program WCU Undip 2023 “The Circular Campus Programme” dari Circular Cities Asia, Singapura.

KUOTA TERBATAS untuk 300 MAHASISWA
Pembiayaan : Program WCU 2023
Benefit : Sertifikat Kegiatan Internasional

Pendaftaran (paling lambat 9 April 2023) dengan link :
bit.ly/CCPUndip2023

Info selengkapnya di:
https://www.circularcities.asia/circular-campus-programme
https://bit.ly/CCP2023_GuidelineBrochure

Murex Dive Resorts

Murex Dive Resorts

DESCRIPTION

Established in 1988, Murex Resorts is the pioneer in North Sulawesi for offering resort adventure traveltours, scuba diving & snorkeling services to guests from around the world. Murex’s commitment to delivering outstandng experiences and service is supported by staff at all levels many of whom have been with us from the beginning.

We are currenty renovating both properties in Manado and Bangka and expanding our personnel requirements. Our goal is to be #1 on Trip Advisor and other social meda platforms by 2022 and our plans are progressing with very positive results.

POSITION

Marine Biologist

QUALIFICATIONS

  • Bachelors degree in Marine Biology or Marine Science.
  • Minimum scuba dive open water Dive Ceruification.
  • Good spoken and written English.
  • Fexibility to work in three different locations.
  • Marine life knowledge.
  • Computer skills and photography knowledge are a big plus.

BENEFITS

  • Salary, paid per month.
  • 6 days off per month and 12 days annual leave.
  • Part of the monthly Guest Service Tip Pool.
  • Chances to grow within the company.
  • Health insurance (BPJS) via the company, BPJS Ketenagakerjaan & Jaminan Pensiun.

If you feel you are a good fit, send your CV to hr@murexdive.com

Only selected candidates will be contacted.

“Mahkota” Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP Bicara tentang Almamaternya

“Mahkota” Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP Bicara tentang Almamaternya

FPIK, SEMARANG – Profil dan sosok alumni lembaga pendidikan tinggi bukan saja diakui sebagai salah satu pilar dari kinerja, profil alumni juga kerap diasosiasikan sebagai “Mahkota Lembaga Pendidikan Tinggi”. Oleh Karena itu, tidak mengherankan jika lembaga-lembaga pemeringkat memasukan profil lulusan lembaga pendidikan tinggi sebagai unsur penting dalam pemeringkatan yang dilakukan. Menyitir ungkapan yang sering disampaikan Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum, bahwa “Mahkota Guru Besar terletak pada kemampuan mencetak karya”; tak berlebihan kalau dikatakan bahwa “Mahkota Lembaga Pendidikan Tinggi Adalah Kemampuannya Mencetak Lulusannya”.

Dalam konteks itu, menarik untuk disimak bagaimana komentar dan pendapat “Para Mahkota” Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP terhadap almamaternya. Semenjak berdiri tahun 1978, sudah ribuan alumni yang diluluskan FPIK UNDIP, dan mereka pun bergabung dalam wadah yang dinamai “Kerapu” (Keluarga Alumni Perikanan Undip). Kiprah anggota Kerapu pun sangat beragam. Selain di bidang perikanan dan kelautan yang menjadi keahlian utamanya, banyak pula yang berkarir di perusahaan swasta non-perikanan, ada yang menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) di lembaga-lembaga pemerintah, bankir, wirausahawan, politisi, tenaga pendidik, peneliti, profesional di perusahaan pertambangan, pemilik startup, dan masih banyak lagi profesi spesifik lain yang digeluti.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D, mengatakan posisi alumni bukan saja sebagai mahkota, tapi sebagai mitra sekaligus reflektor. Sebagai mahkota, kiprah para alumni memberikan gambaran melalui prestasinya; sementara fungsi sebagai reflektor yakni memperkuat kompetensi para dosen apakah sudah mampu memberikan bekal yang baik kepada lulusannya. Sementara sebagai mitra, karena dalam implementasi proses belajar mengajar pastilah kita butuh praktek lapang apalagi dengan kebijakan baru terkait Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) maka peran alumni sebagai mitra sangatlah penting. “Semua itu akan terlihat, karena itu saya pribadi berpendapat ketiga hal itu menegaskan pentingnya peran alumni bagi lembaga pendidikan tinggi,” kata Tri Winarni Agustini, Senin (5/7/2021). Selanjutnya Dekan FPIK UNDIP menegaskan bahwa dalam konteks Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi hak mahasiswa untuk belajar tiga semester di luar program, keberadaan alumni menjadi sangat penting. Dalam implementasi MBKM sinergi dengan alumni menjadi suatu keniscayaan. “Dengan implementasi MBKM kita harus bermitra dengan alumni terutama mereka yang ada di sektor bisnis dan korporasi,” ujarnya.

Berdasarkan pendapat dan komentar yang berhasil dihimpun dari alumni Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) FPIK UNDIP, mayoritas alumni yang dihubungi mengatakan puas dan senang dengan program pendidikan tinggi yang diselenggarakan FPIK UNDIP. Mereka juga bangga dan bisa lulus dari PTN BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) yang ada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Materi pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama masa studi juga dirasakan membantu dan menjadi bekal penting bagi mereka saat berkiprah di masyarakat.

Foto: Titus Pramono, S.Pi

Titus Pramono, S.Pi, lulusan MSP Angkatan 1998 yang berkarir di Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menuturkan apa yang diperoleh saat kuliah di MSP FPIK UNDIP. ‘’Prodi MSP adalah kombinasi dari basic perikanan, mahasiswa dibekali untuk bersaing dalam manajemen perairan, manajemen pesisir, budidaya perikanan dan perikanan tangkap. Semula saya bekerja di usaha pembenihan udang dan mampu beradaptasi dan berkarya. Ketika masuk dalam Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP dalam pengelolaan pesisir saya mampu beradaptasi dan berkarya. MSP UNDIP memang hebat,’’ ujar Pramono.

Rezha Mahardika, S.Pi., M.Sc, adalah alumni MSP angkatan 2004 yang berkarir di sektor yang “berbeda” dengan ilmunya. Saat ini dia menekuni bisnis pertambangan sebagai owner PT Mahardika Sukses Sejahtera (MSS) yang bergerak di Bidang Pertambangan Migas. ‘’Kajian keilmuan, proses beradaptasi dan segala kompleksitas yang saya tempuh di program studi MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP memberikan saya level kepercayaan diri tinggi untuk bisa menguasai hal-hal baru yang kini saya tekuni. Dan ini adalah modal terbesar saya untuk mencapai tujuan hidup. Terima kasih MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP. Semangat Maju,’’ kata Rezha.

Foto: Rezha Mahardika, S.Pi., M.Sc

Foto: Endang Rahmi Hute, S.Pi., M.Pi

Alumni MSP FPIK UNDIP yang berkiprah di dunia politik, Endang Rahmi Hute, S.Pi., M.Pi, mensyukuri proses pendidikan di almamaternya memberikan bekal akademik dan non-akademik yang cukup. Rahmi Hute mahasiswa Prodi MSP Angkatan 2004 yang kini menjadi anggota DPRD di Muna Barat, Sulawesi Tenggara mengatakan berbagai keterampilan dan kemampuan non-akademis sebagai bekal menghadapi problematika selepas sarjana, semua itu menjadi pondasi karakter kepribadian yang memberi banyak manfaat. ‘’Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP telah mampu melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas. Saya bangga bisa menjadi bagian dari MSP,” kata Rahmi.

Peneliti Ahli Muda di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2B-LIPI), Cibinong Science Center, Bogor Indonesia; Widhya Nugroho Satrioajie, menyatakan cukup banyak alumni MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK yang bekerja di lembaga riset seperti LIPI dan Badan LitBang Kementerian. Menurut Lulusan MSP tahun 2004 yang kini tengah menyelesaikan Program Studi Doktor di Wageningen University and Research Belanda, itu membuktikan bahwa lulusan Perikanan dapat memiliki kemampuan yang mumpuni dan kesempatan yang luas untuk dapat mengembangkan karir dan berprofesi sebagai peneliti.

Foto: Widhya Nugroho Satrioajie

Foto: Dr. Rizky Muliani Dwi Ujianti, S.Pi., MSi

Dr. Rizky Muliani Dwi Ujianti, S.Pi., MSi. lulusan Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) Angkatan 2004, punya pendapat berbeda. Dosen di Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), mengakui kuliah di MSP FPIK UNDIP menempanya menjadi pribadi yang tangguh, kuat dan pantang menyerah. “Ilmu yang didapatkan sangat berguna bagi pengembangan diri saya menjadi seorang dosen dalam tri dharma perguruan tinggi, yakni mengajar, meneliti dan mengabdi kepada masyarakat. Di MSP kami selalu diajarkan untuk bekerjasama dalam tim saat kuliah maupun praktikum di lapangan, hal ini sangat berguna bagi saya dalam menyelesaikan tugas-tugas saya di kantor yang membutuhkan bekerjasama dengan rekan sejawat,” ungkapnya.

Lulusan FPIK UNDIP juga tidak sedikit yang berwirausaha. Mereka yang melakukan wirausaha juga punya andil besar dalam ikut membangun bangsa dan negara. Pasalnya, mereka mampu memberi pekerjaan pada orang lain. Adalah Pintya Dwanita Ayu Pratesthi, S.Pi salah satunya. Alumni MSP Angkatan 2012 ini adalah pemilik atau owner Pratesthi Batik, Craft, Ecoprint, Semarang. ‘’Banyak orang mengira kuliah di MSP hanya akan mendapatkan ilmu tentang manajemen perairan saja. Namun sebetulnya lebih dari itu. Kampus ini juga memberikan kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan ketrampilan soft skill. Kegiatan perkuliahan dan praktikum lapangan yang mengasah karakter, kemampuan berkomunikasi, jiwa kepemimpinan, dan membentuk etika kerja menjadi bekal penting bagi usaha saya sekarang,’’ ungkap Ayu Pratesthi.

Foto: Pintya Dwanita Ayu Pratesthi, S.Pi

Foto: Adnan Arsani Hirmawan, S.Pi.

Wirausahawan lain yang juga lulusan MSP UNDIP adalah Adnan Arsani Hirmawan, S.Pi. Alumni MSP Angkatan 2012 ini sekarang menjadi CEO PT Pico Biru Tekno. ‘’Dari belajar di Program Studi MSP UNDIP, saya tersadar bahwa Sumber Daya Perairan di Indonesia sangat kaya dan masih banyak yang belum termanfaatkan dengan optimal. Alhamdulillah dengan berbekal ilmu pengetahuan dan relasi selama kuliah, saya bisa membangun & mengembangkan Perusahaan startup di Bidang Bioteknologi Microalgae yang merupakan sumberdaya perikanan kelautan potensial di Indonesia,’’ katanya

Ketua Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP, Dr. Ir. Suryanti, M.Pi, meyakini semua alumni memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kemauan untuk terus belajar menjadi salah satu kunci keberhasilan. Sedangkan interaksi dengan almamater akan menjadi kemitraan yang saling menguatkan,” ujarnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Prodi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Dampingi UMKM Comida Kendal Produksi Bandeng Presto

Prodi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Dampingi UMKM Comida Kendal Produksi Bandeng Presto

FPIK, SEMARANG – Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan akademik perguruan tinggi. Begitu juga dengan tim pengabdian kepada masyarakat dari Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (THP FPIK UNDIP) yang telah melaksanakan kegiatan pendampingan produksi bagi pengusaha bandeng presto di Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Tim yang diketuai oleh Apri Dwi Anggo S.Pi, M.Sc dan beranggotakan Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc, PhD, A. Suhaeli Fahmi, S.Pi, M.Sc,  Retno Ayu Kurniasih, S.Pi, M.Sc  dan Eko Susanto. S.Pi, M.Sc, PhD  telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan mitra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Comida yang beralamat di Desa Bebengan ini. Kegiatan ini berlangsung di Bulan Mei hingga Juni tahun 2021.

Tujuan program ini adalah agar terjadi hubungan yang baik antara perguruan tinggi dengan unit kegiatan masyarakat untuk memberikan problem solving di lapangan. Apri Dwi Anggo, S.Pi, M.Sc selaku ketua tim menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian ini diharapkan usaha mitra bisa berkembang lebih produktif dan berkelanjutan sehingga berperan baik sebagai penggerak ekonomi di masyarakat.

UMKM Comida sendiri merupakan industri pengolahan bandeng presto rumahan yang beralamatkan di Dusun Somopuro, Rt 02, Rw 07, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Industri rumahan ini telah berdiri sejak tahun 2019 sampai sekarang dan dijalani oleh pemilik yaitu Siti Rosidah yang dibantu oleh keluarganya. Secara umum, ditemukan beberapa permasalahan di industri pengolahan bandeng presto ini, mulai dari manajemen, proses produksi hingga omzet produksi yang belum optimal. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 di mana banyak sektor ekonomi rakyat yang terpuruk bahkan mengakibatkan fluktuasi pasar yang tidak stabil. Oleh karena itu, sentuhan ilmu dan teknologi dari perguruan tinggi sangat diperlukan.

Foto: Salah satu tim pengabdian THP FPIK UNDIP sedang mendampingi proses produksi bandeng presto UMKM Comida Kendal

Proses pendampingan diawali dengan pendekatan mitra UMKM yang diharapkan mampu membentuk komunikasi yang sinergi, kemudian dilanjutkan dengan pencarian titik temu antara program tim pengabdian THP FPIK UNDIP dengan mitra kerja tentang solusi permasalahan untuk kegiatan produksi yang berkesinambungan. Aktualisasi pendampingan tersebut antara lain penyuluhan dan pelatihan Cara Pengolahan Pangan Olahan Yang Baik (CPPOB) atau sering disebut dengan Good Manufacturing Practices (GMP) agar proses pengolahan bandeng presto menjadi lebih baik lagi. Kemudian hibah peralatan guna membantu produktifitas pembuatan bandeng presto. Dan terakhir adalah memberikan motivasi kepada pengolah dengan harapan proses pengolahan ikan menjadi lebih profesional, merealisasikan peralatan produksi dan menambah pengetahuan serta jenis produk yang dihasilkan.

Siti Rosidah selaku pemilik UMKM Comida menyampaikan bahwa apa yang disampaikan oleh tim pengabdian THP FPIK UNDIP sangat bermanfaat bagi usaha yang dijalankannya sekaligus berharap pendampingan usaha bisa terus berlanjut agar usahanya bisa berjalan lebih baik dan kontinyu. Salah satu kelebihan yang dipunyai oleh mitra adalah mereka mempunyai niat yang kuat dalam berusaha dan bersedia belajar untuk selalu memajukan usahanya. Mitra UMKM Comida bertindak secara kooperatif dan menyambut baik kegiatan pengabdian ini. (Editor: Apri Dwi Anggo)

Sekolah Lapangan Tambak, Jadi Solusi Budidaya Berkelanjutan | Webinar Series #2

Sekolah Lapangan Tambak, Jadi Solusi Budidaya Berkelanjutan | Webinar Series #2

​FPIK, SEMARANG – Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP), pekan lalu menyelenggarakan Webinar bertajuk Aquaculture Supporting Mangrove seri ke-2 dengan tema Coastal Field School atau Sekolah Lapangan Tambak pada Rabu (09/06/2021). Webinar seri ke-2 ini menghadirkan sejumlah expert, akademisi dan praktisi lapangan yaitu Benjamin Brown, Ph.D (Charles Darwin University), Syafruddin, S. P (Balai Proteksi Tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan), Ratnawaty Fadilah, M.Si (Departemen Teknologi Pertanian Universitas Negeri Makassar), Weningtyas Kismorodati, M.Si (community development).

Benjamin Brown, Ph.D. selaku Chief Technical Advisor Yayasan Hutan Biru menjelaskan berkaitan dengan webinar seri ke-1, tanggal 2 Juni lalu mengenai Associated Mangrove Aquaculture (AMA), Ben mengatakan bahwa AMA yang diterapkan oleh proyek Building with Nature di Kabupaten Demak menawarkan solusi yaitu pemberian insentif untuk “mengorbankan” sebidang tambak budidaya sepanjang 20 meter untuk rehabilitasi bakau. Mangrove yang terbentuk tersebut kemudian terhubung secara hidrologis dengan ekosistem sungai dan pesisir sehingga mampu mengurangi guncangan dan gangguan seperti banjir. Pendekatan Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) tersebut bersama-sama dengan pelaksanaan sekolah lapangan (SL) pembudidaya akan menghasilkan praktik pengelolaan yang lebih baik.

Syafruddin, fasilitator SL dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan yang menjelaskan SL memiliki kelebihan antara lain meningkatkan kemampuan observasi dan pengetahuan petani atau petambak melalui pembelajaran berbasis penemuan, membangun kepercayaan diri dan meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan dan memecahkan masalah, mengubah keyakinan dan perilaku yang telah berakar, mendorong budidaya yang ramah lingkungan. Sedangkan kekurangannya adalah waktu pelaksanaannya cukup, membutuhkan fasilitator yang berpengalaman, biaya cukup mahal. Agar SL bisa berjalan secara efektif dan komprehensif (dari sisi ekologi, ekonomi dan sosial) diperlukan desain kegiatan yang menarik agar semangat peserta selalu terjaga serta desain monitoring dan evaluasi yang efektif.

Ratna Fadilah dari Yayasan Hutan Biru Makassar, Sulawesi Selatan menjelaskan bahwa SL dikembangkan sebagai respon terhadap pendekatan pelatihan dan pemberdayaan yang secara umum biasa dilaksanakan namun hasilnya tidak efektif.  SL Tambak melakukan pendekatan yang bersifat inovatif, partisipatif, dan interaktif yang menekankan pada pembelajaran berdasarkan penemuan dan penyelesaian masalah agar masyarakat pesisir mampu membangun rasanya percaya diri serta memperluas pengetahuan lokal secara berkelanjutan.

Keberhasilan SL Tambak juga sangat tergantung pada keberhasilan pengorganisasian kelompok petambak. Weningtyas menegaskan bahwa pengorganisasian kelompok petambak akan memudahkan pencapaian tujuan SL. Durasi waktu Sekolah Lapangan Petambak adalah minimal 1 siklus budidaya tambak (± 3 – 4 bulan) atau berdasarkan topik kultivan yang dipelajari. Di akhir sesi webinar, peserta diajak untuk membandingkan antara demplot pembelajaran dan kebiasaan/pembanding. Hasil akhir SL adalah proses pemahaman secara menyeluruh (holistik) anggota kelompok belajar terhadap persoalan dan penemuan solusi (munculnya critical thinking), bukan mengenai kuantitas atau nominal hasil panen semata.

Secara khusus, Prof. Sri Rejeki, Restiana W. Ariyati dan Lestari L. Widowati dari Departemen Akuakultur FPIK UNDIP memaparkan pelaksanaan Sekolah Lapang di Kabupaten Demak. Sekolah Lapangan berperan secara efektif dalam meningkatkan produksi tambak melalui penerapan teknologi Budidaya Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah (LEISA), sehingga mampu meningkatkan pendapatan pembudidaya. 

Prof. Sri Rejeki bersama tim memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada lebih dari 270 petambak di 10 desa di Kabupaten Demak dari tahun 2016 – 2019.  Materi yang diberikan antara lain: Cara Budidaya Ikan yang Baik; pengolahan tambak yang benar; pemantauan kualitas air tambak (pH, salinitas, suhu, oksigen terlarut); pengamatan warna air tambak dengan color card untuk mengetahui pertumbuhan plankton setelah pemberian MOL (pupuk cair) dan penerapan LEISA untuk budidaya tambak yeng berkelanjutan. Selama 3 tahun penerapan LEISA di 10 tersebut memiliki dampak positif yaitu petambak yang telah mengikuti SL mengalami peningkatan produksi bandeng sebanyak 2 kali lipat (200%), peningkatan produksi udang sebanyak 25-50% serta memperkecil resiko kegagalan panen.

Seri ke-2 dari rangkaian 3 Webinar Associated Mangrove Aquaculture yang diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube ini diinisiasi oleh Wetland International dan Ecoshape Foundation, dengan kontribusi partner Departemen Akuakultur FPIK UNDIP, NGO Blue Forest dan Wetland Internasional Indonesia.  Antusiasme peserta terlihat dalam sesi QnA yang dipandu oleh moderator Ibu Woro Yuniati. Diskusi berlangsung menarik dengan para narasumber dan Dr. Roel H. Bosma yang ikut berpartisipasi dari Wageningen, The Netherlands melalui platform Zoom. Webinar seri ke-2 ini dapat dilihat secara online melalui tautan YouTube Official FPIK UNDIP. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)