Aquaculture Business Day x Storia Aquatica FPIK Undip 2024

Aquaculture Business Day x Storia Aquatica FPIK Undip 2024

SEMARANG – Hari Kamis, tanggal 28 November 2024 Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undip) menyelenggarakan kegiatan Aquaculture Business Day (ABD) X Storia Aquatiqa di depan halaman Gedung C FPIK Undip. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan kewirausahaan mahasiswa-mahasiswi FPIK Undip. Selain itu, kegiatan ini merupakan kolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA). Tahun ini adalah tahun kedua diadakannya Aquaculture Business Day. Kegiatan ini merupakan acara puncak dari rangkaian praktikum mata kuliah Inovasi dan Bisnis Akuakultur yang dikoordinatori oleh Seto Windarto, S.Pi., M.Sc., M.P.

Acara ini diawali dengan pembukaan pentas seni mahasiswa dan dibuka oleh Prof. Dr. Aristi Dian Purnama Fitri, S.Pi., M.Si selaku Wakil Dekan Sumberdaya FPIK Undip. Beliau mengharapkan agar ke depannya acara ini dapat terus berkembang dan terlaksana serta dapat menjadi acuan bagi program studi lain untuk menyelenggarakan acara yang sama. “Acara ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menjadi entrepreneur di masa depan, sehingga lulusan akuakultur tidak hanya menjadi pekerja tetapi bisa membuka lapangan pekerjaan. Semoga semakin banyak acara serupa yang didukung oleh pihak terkait,” ucap Prof Aristi dalam sambutannya.

Antusiasme para pengunjung sangatlah tinggi, dapat dilihat dari para pengunjung yang hadir baik dari sivitas akademika dan khalayak umum. Banyak sekali stand yang meramaikan acara Aquaculture Business Day X Storia Aquatica, mulai dari berbagai jenis produk olahan perikanan dalam bentuk makanan kekinian seperti burrito wrap, dimsum ikan, pempek ikan, tomyum, serta aneka ragam jajanan kekinian lainnya seperti minuman kopi dan dessert daifuku mochi.

Program Studi Budidaya Perairan UNSRI Lakukan Kunjungan Edukatif ke Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Program Studi Budidaya Perairan UNSRI Lakukan Kunjungan Edukatif ke Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

FPIK, SEMARANG – Kamis (27/6) Program studi Budidaya Perairan dari Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya melakukan kunjungan lapangan ke Departemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Kunjungan ini bertujuan untuk kunjungan lapangan atau study tour dan menjalin ikatan persaudaraan antara sesama program studi Budidaya Perairan. Rombongan dari prodi Budidaya Perairan Universitas Sriwijaya yang dipimpin oleh Dr. Ferdinand Hukama Taqwa, S.Pi., M.Si. selaku Koordinator Program Studi Budidaya Perairan UNSRI, beserta para dosen dan mahasiswa, disambut di Gedung Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.

Dr. Ferdinand Hukama Taqwa, S.Pi., M.Si. mengungkapkan kegembiraannya karena FPIK Undip telah menerima dan menyambut rombongan beliau dengan sangat baik. Beliau berharap bahwa dalam kunjungan ke FPIK Undip, khususnya ke Departemen Akuakultur, para dosen dan mahasiswanya dapat menimba ilmu sebanyak mungkin dan dijadikan motivasi bagi Prodi Budidaya Perairan UNSRI. Dekan FPIK Undip, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D., dalam sambutan singkatnya juga mengucapkan selamat datang kepada rombongan dari UNSRI dan berharap kunjungan kali ini bisa memberikan manfaat yang baik bagi kedua belah pihak.

Setelah sambutan dari pimpinan, Dr. Ir. Desrina, M.Sc., selaku Kepala Departemen Akuakultur FPIK Undip, memperkenalkan secara singkat tentang departemen Akuakultur FPIK Undip beserta fasilitas laboratoriumnya yang nantinya akan dikunjungi oleh para mahasiswa dari UNSRI. Penjelasan ini memberikan gambaran mendalam mengenai fasilitas dan keunggulan Departemen Akuakultur FPIK Undip, yang dapat menjadi inspirasi bagi para tamu dari Prodi Budidaya Perairan Universitas Sriwijaya. Dr. Ir. Desrina, M.Sc. juga menyempatkan untuk memberikan quiz beserta beberapa doorprize bagi mahasiswa UNSRI yang bisa menjawab dengan benar, sehingga acara berlangsung dengan interaktif dan penuh semangat.

Acara dilanjutkan dengan sesi penyerahan kenang-kenangan antara kedua institusi sebagai simbol persahabatan. Kemudian, kegiatan diakhiri dengan foto bersama dan kunjungan lapangan ke beberapa laboratorium milik Departemen Akuakultur FPIK Undip. Kunjungan ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara kedua fakultas dan program studi serta memberikan manfaat bagi perkembangan program studi Budidaya Perairan atau Akuakultur di Indonesia.

Ciptakan Budidaya Perikanan “Zero-Waste” | Webinar Series #3

Ciptakan Budidaya Perikanan “Zero-Waste” | Webinar Series #3

FPIK, SEMARANG – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP), 16 Juni 2021 lalu, kembali menjadi tuan rumah pelaksanaan Webinar Aquaculture Supporting Mangrove Seri ke-3 dengan tema Integrated Multi Trophic Aquaculture. Webinar ini menghadirkan pembicara Dr. Roel H. Bosma, Prof. Dr. Marc Verdegem (Wageningen University) berkolaborasi dengan pembicara dari Departemen Akuakultur FPIK UNDIP yaitu Prof. Dr. Ir. Sri Rejeki, MSc; Restiana Wisnu, M.Si dan Lestari L Widowati, M.Si.

Pada webinar seri ke-3 ini, konsorsium Building With Nature Indonesia menyajikan informasi tentang sistem budidaya multi-trofik terpadu Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA), mulai dari latar belakang, konsep, implementasinya hingga bagaimana hasilnya. Sistem IMTA merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh program Building With Nature Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan praktik pengelolaan tambak di Pantai Utara Jawa, khususnya di Kabupaten Demak dengan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Peserta yang hadir dari berbagai instansi, universitas, praktisi baik di Indonesia maupun beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Philipina. Prof. Sri Rejeki menyampaikan konsep IMTA sebagai teknik budidaya yang ramah lingkungan dengan prinsip zero waste, sedangkan diskusi para peserta webinar dengan Dr. Roel H. Bosma mengenai motivasi, aplikasi serta hambatan dan tantangan dalam penerapan sistem ini. Kedua narasumber tersebut berbagi ilmu mengenai aspek-aspek penting IMTA berdasarkan Project to Design Aquaculture to Support Mangrove Reforestation in Indonesia (PASMI) yang telah sukses dilaksanakan pada tahun 2016 – 2019. Prof. Marc sebagai keynote speaker, secara live dari Wageningen, The Netherlands, memberikan materi mengenai Nutrious Pond, yang merupakan prinsip management pakan yang efektif dalam akuakultur. Sejak 2012, Ia telah berkolaborasi dengan WorldFish dalam pengembangan konsep ‘tambak bernutrisi’ dan sejak 2020 juga terlibat dalam sebuah proyek penelitian terpadu dengan tema ‘Climate Smart Farming’ berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor.

Rangkaian Webinar ini terlaksana atas dukungan Wetlands International dan Ecoshape, bekerja sama dengan Yayasan Lahan Basah, FPIK UNDIP dan Yayasan Hutan Biru. Webinar ini merupakan sarana untuk menyebarluaskan gagasan serta berdiskusi mengenai pengembangan budidaya perikanan pesisir yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan hutan mangrove melalui pendekatan bersama alam.

Wakil Dekan II, Prof. Dr. Aristi Dian Purnama Fitri, S.Pi., M.Si menutup rangkaian webinar ini dan memberikan apresiasi serta merasa bangga dapat berperan serta dalam menyebarluaskan gagasan sebagai wujud pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat. FPIK UNDIP siap berkolaborasi untuk membangun ekosistem pesisir yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Di akhir acara, Woro Yuniati, M.Sc selaku moderator menyampaikan take home message yaitu Sistem IMTA merupakan cara budidaya dengan pendekatan ekologis ‘zero-waste system’ dengan memanfaatkan organisme berdasarkan trophic level pada rantai makanan. Pemanfaatan multi spesies pada budidaya dengan sistem IMTA terbukti dapat meningkatkan efisiensi tambak yang kemudian mampu meningkatkan produktifitas tambak serta pada akhirnya meningkatkan penghasilan ekonomi petambak. Penerapan sistem IMTA dapat berhasil dengan mempertimbangkan faktor-faktor kesesuaian lokasi, jenis organisme lokal yang tersedia dan kalender musim.

Webinar seri ke-3 ini dapat dilihat secara online melalui Channel YouTube Official FPIK UNDIP. (Sumber: undip.ac.id | Adm)

Sekolah Lapangan Tambak, Jadi Solusi Budidaya Berkelanjutan | Webinar Series #2

Sekolah Lapangan Tambak, Jadi Solusi Budidaya Berkelanjutan | Webinar Series #2

​FPIK, SEMARANG – Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP), pekan lalu menyelenggarakan Webinar bertajuk Aquaculture Supporting Mangrove seri ke-2 dengan tema Coastal Field School atau Sekolah Lapangan Tambak pada Rabu (09/06/2021). Webinar seri ke-2 ini menghadirkan sejumlah expert, akademisi dan praktisi lapangan yaitu Benjamin Brown, Ph.D (Charles Darwin University), Syafruddin, S. P (Balai Proteksi Tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan), Ratnawaty Fadilah, M.Si (Departemen Teknologi Pertanian Universitas Negeri Makassar), Weningtyas Kismorodati, M.Si (community development).

Benjamin Brown, Ph.D. selaku Chief Technical Advisor Yayasan Hutan Biru menjelaskan berkaitan dengan webinar seri ke-1, tanggal 2 Juni lalu mengenai Associated Mangrove Aquaculture (AMA), Ben mengatakan bahwa AMA yang diterapkan oleh proyek Building with Nature di Kabupaten Demak menawarkan solusi yaitu pemberian insentif untuk “mengorbankan” sebidang tambak budidaya sepanjang 20 meter untuk rehabilitasi bakau. Mangrove yang terbentuk tersebut kemudian terhubung secara hidrologis dengan ekosistem sungai dan pesisir sehingga mampu mengurangi guncangan dan gangguan seperti banjir. Pendekatan Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) tersebut bersama-sama dengan pelaksanaan sekolah lapangan (SL) pembudidaya akan menghasilkan praktik pengelolaan yang lebih baik.

Syafruddin, fasilitator SL dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan yang menjelaskan SL memiliki kelebihan antara lain meningkatkan kemampuan observasi dan pengetahuan petani atau petambak melalui pembelajaran berbasis penemuan, membangun kepercayaan diri dan meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan dan memecahkan masalah, mengubah keyakinan dan perilaku yang telah berakar, mendorong budidaya yang ramah lingkungan. Sedangkan kekurangannya adalah waktu pelaksanaannya cukup, membutuhkan fasilitator yang berpengalaman, biaya cukup mahal. Agar SL bisa berjalan secara efektif dan komprehensif (dari sisi ekologi, ekonomi dan sosial) diperlukan desain kegiatan yang menarik agar semangat peserta selalu terjaga serta desain monitoring dan evaluasi yang efektif.

Ratna Fadilah dari Yayasan Hutan Biru Makassar, Sulawesi Selatan menjelaskan bahwa SL dikembangkan sebagai respon terhadap pendekatan pelatihan dan pemberdayaan yang secara umum biasa dilaksanakan namun hasilnya tidak efektif.  SL Tambak melakukan pendekatan yang bersifat inovatif, partisipatif, dan interaktif yang menekankan pada pembelajaran berdasarkan penemuan dan penyelesaian masalah agar masyarakat pesisir mampu membangun rasanya percaya diri serta memperluas pengetahuan lokal secara berkelanjutan.

Keberhasilan SL Tambak juga sangat tergantung pada keberhasilan pengorganisasian kelompok petambak. Weningtyas menegaskan bahwa pengorganisasian kelompok petambak akan memudahkan pencapaian tujuan SL. Durasi waktu Sekolah Lapangan Petambak adalah minimal 1 siklus budidaya tambak (± 3 – 4 bulan) atau berdasarkan topik kultivan yang dipelajari. Di akhir sesi webinar, peserta diajak untuk membandingkan antara demplot pembelajaran dan kebiasaan/pembanding. Hasil akhir SL adalah proses pemahaman secara menyeluruh (holistik) anggota kelompok belajar terhadap persoalan dan penemuan solusi (munculnya critical thinking), bukan mengenai kuantitas atau nominal hasil panen semata.

Secara khusus, Prof. Sri Rejeki, Restiana W. Ariyati dan Lestari L. Widowati dari Departemen Akuakultur FPIK UNDIP memaparkan pelaksanaan Sekolah Lapang di Kabupaten Demak. Sekolah Lapangan berperan secara efektif dalam meningkatkan produksi tambak melalui penerapan teknologi Budidaya Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah (LEISA), sehingga mampu meningkatkan pendapatan pembudidaya. 

Prof. Sri Rejeki bersama tim memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada lebih dari 270 petambak di 10 desa di Kabupaten Demak dari tahun 2016 – 2019.  Materi yang diberikan antara lain: Cara Budidaya Ikan yang Baik; pengolahan tambak yang benar; pemantauan kualitas air tambak (pH, salinitas, suhu, oksigen terlarut); pengamatan warna air tambak dengan color card untuk mengetahui pertumbuhan plankton setelah pemberian MOL (pupuk cair) dan penerapan LEISA untuk budidaya tambak yeng berkelanjutan. Selama 3 tahun penerapan LEISA di 10 tersebut memiliki dampak positif yaitu petambak yang telah mengikuti SL mengalami peningkatan produksi bandeng sebanyak 2 kali lipat (200%), peningkatan produksi udang sebanyak 25-50% serta memperkecil resiko kegagalan panen.

Seri ke-2 dari rangkaian 3 Webinar Associated Mangrove Aquaculture yang diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube ini diinisiasi oleh Wetland International dan Ecoshape Foundation, dengan kontribusi partner Departemen Akuakultur FPIK UNDIP, NGO Blue Forest dan Wetland Internasional Indonesia.  Antusiasme peserta terlihat dalam sesi QnA yang dipandu oleh moderator Ibu Woro Yuniati. Diskusi berlangsung menarik dengan para narasumber dan Dr. Roel H. Bosma yang ikut berpartisipasi dari Wageningen, The Netherlands melalui platform Zoom. Webinar seri ke-2 ini dapat dilihat secara online melalui tautan YouTube Official FPIK UNDIP. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Perlindungan Pesisir Laut, Gunakan Konsep Eksistensi Tambak dan Hutan Mangrove | Webinar Series #1

Perlindungan Pesisir Laut, Gunakan Konsep Eksistensi Tambak dan Hutan Mangrove | Webinar Series #1

FPIK, SEMARANG – Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) memperkenalkan konsep baru dalam perlindungan pesisir laut, yakni hutan mangrove dan eksistensi tambak bagi petani. Konsep baru ini dinilai berhasil dalam menjaga ketiganya terhadap ancaman abrasi dan penurunan permukaan tanah di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura). Guru Besar Departemen Akuakultur FPIK UNDIP, Prof. Dr. Sri Rejeki menjelaskan konsep baru ini bernama Associated Mangrove Aquaculture (AMA) atau sistem tambak terhubung mangrove.

Latar belakang konsep AMA ini adalah adanya penurunan permukaan tanah yang disebabkan berbagai faktor. Mulai dari masifnya penggunaan air tanah, penebangan hutan mangrove yang akhirnya menyebabkan 640 hektar tambak hilang di Kabupaten Demak dan 900 hektar lainnya terdampak akibat penurunan tanah maupun abrasi. Abrasi mengakibatkan morfologi pantai berubah dan garis pantai berpindah. Akibatnya, kualitas lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat juga berubah. Apalagi, banyak petambak yang mulai kehilangan tambak dan menyebabkan pengangguran serta kemiskinan baru. “Konsep AMA ini berbeda dengan sebelumnya, silvofishery. Di mana mangrove tidak ditanam di pematang atau di dalam tambak,” kata Sri Rejeki dalam Webinar Series #1Aquaculture Supporting Mangrove”, yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.

Dalam webinar yang dibuka oleh Dekan FPIK UNDIP, Prof. Dr. Tri Winarni Agustini tersebut menampilkan sejumlah narasumber, yaitu Project Manager and Researcher at The Chair Group Aquaculture and Fisheries (AFI) 2001 – 2019, Dr Roel H Bosma; Dosen Departemen Akuakultur FPIK UNDIP, Restiana Wisnu Ariyati MSi; Pengembang Komunitas pada Building with Nature Project yang memfasilitasi perencanaan 9 desa di Kabupaten Demak, Eko Budi Priyanto; dan peneliti Deltares, Ira Wardani.

Prof. Sri Rejeki menyampaikan umumnya tambak di pinggir sungai atau laut punya tanggul dengan lebar yang sempit atau langsung terhubung dengan badan air tanpa proteksi apapun. Sehingga rawan rob atau gelombang air laut. Konsep silvofishery yang menumbuhkan mangrove di dalam tambak atau pematang, kenyataanya hasil kurang optimal untuk budidaya maupun perlindungan pesisir. Karena penurunan kualitas air dan mangrove terlalu rimbun tanpa perawatan. Sistem AMA, pada prinsipnya adalah memperlebar tanggul yang berbatasan dengan sungai atau laut. “Hal itu sebagai sarana menumbuhkan mangrove untuk green belt. Misal, tambak dengan lebar kurang dari 30 meter dari tepian aliran sungai atau laut, disarankan seluruh tambak sebagai sabuk hijau. Jika di atas 30 meter, maka bangun green belt 10 meter. Caranya dengan mundurkan tanggul tambak dengan membuat tanggul baru secara bertahap. Melalui cara ini biasanya mangrove akan tumbuh seiring terbentuknya sedimen. Kemudian dibangun tanggul baru berikutnya. Prinsip AMA, mangrove tak berada atau tidak ditanam di pematang atau di pelataran tambak. Konsep lama, silvofishery, di mana pantai dan pematang tambak tak terlindungi’’ ujarnya.

Project Manager and Researcher at The Chair Group Aquaculture and Fisheries (AFI) 2001 – 2019, Dr. Roel H Bosma menjelaskan banyak negara yang abai terhadap hutan mangrove ini. Di sepanjang Pantura Jawa, kerusakan hutan mangrove menyebabkan hilangnya permukiman, infrastruktur dan ratusan hektare tambak. Untuk itu perlu dilakukan perlindungan dengan melindungi hutan mangrove yang tersisa. “Kurangi penggunaan air tanah, peningkatan SDM masyarakat melalui pelatihan, mengganti tambak dengan mangrove,” katanya.

Foto: Dekan FPIK UNDIP Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D. sedang melakukan sambutan pada acara webinar series #1 Aquaculture Supporting Mangrove. 

Dalam sambutannya Dekan FPIK UNDIP, Prof. Dr. Tri Winarni Agustini mengatakan webinar tersebut akan terbagi menjadi tiga series. Dua webinar lanjutan akan diselenggarakan dua pekan mendatang. “Ini momen bagus untuk mencermati tentang peran akuakultur dalam berkontribusi untuk pemulihan ekosistem mangrove,” tutur Tri Winarni.

Ketua Departemen Aquakultur FPIK UNDIP, Dr. Sarjito MAppSc sangat mengapresiasi terselenggaranya webinar ini. Webinar ini merupakan kolaborasi internasional dan disebar luaskan pada stakeholder pada bidang perikanan budidaya khususnya. Pembaharuan konsep, pola pikir dan teknologi akan terus dilakukan oleh peneliti – peneliti departemen ini untuk mendukung budidaya ramah lingkungan dan dalam meningkatkan ekonomi pesisir.

Di akhir sesi, Lestari Widowati, M.Si selaku master of ceremony sekaligus moderator, memandu diskusi beberapa pertanyaan dari peserta melalui zoom meeting dan YouTube channel. Isu kepemilikan lahan, banjir rob, dan peningkatan produksi udang pada system AMA menarik antusiasme dari peserta webinar dan menjadi bahan diskusi yang menarik. Ucapan terima kasih kepada para donor dari Ecoshape foundation dalam project Building with Nature Indonesia disampaikan oleh Riri untuk mengakhiri webinar sesi 1 ini. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)