Aplikasi Kalender Rob Ciptaan Departemen Oseanografi Bermanfaat Bagi Pesisir Indonesia

Aplikasi Kalender Rob Ciptaan Departemen Oseanografi Bermanfaat Bagi Pesisir Indonesia

FPIK, SEMARANG – Bencana banjir pasang yang dikenal dengan istilah rob merupakan suatu peristiwa di alam yang disebabkan oleh dinamika tinggi muka laut yang secara periodik menggenangi permukaan daratan. Namun seiring dengan perubahan iklim dan faktor alam lainnya, rob berpotensi merugikan dan mengganggu kehidupan normal masyarakat pesisir. Bencana banjir pasang hingga kini menjadi ancaman serius bagi kawasan pesisir Kota Semarang. Hal tersebut menjadi motivasi Tim Pengabdian Masyarakat Iptek Bagi Desa Binaan Undip (IDBU) Departemen Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) untuk membuat terobosan, mereka telah berhasil menciptakan sebuah aplikasi yang mampu menjadi alat prediksi kapan terjadinya rob. Aplikasi tersebut bernama “Kalender Rob” dan dapat diunduh di Play Store.

Tahun ini, tim IDBU memberikan Updating data pada Kalender Rob 2020 di daerah pesisir Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 September 2020 yang dihadiri oleh warga dan tokoh masyarakat serta ketua kelompok masyarakat.

Sosialisasi prosedur penggunaan dan update data Kalender Rob tahun 2020 ini merupakan lanjutan dari kerjasama antara Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) dengan Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Oseanografi Universitas Diponegoro yang terlaksana melalui Program Iptek Bagi Desa Binaan Undip (IDBU) selama tahun 2018-2020.

Menurut ketua Tim IDBU Undip, Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto ST. MSi., acara ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang tangguh terhadap bencana pesisir di Kelurahan Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah akibat bencana banjir pasang (rob) yang setiap saat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat.

Dengan adanya Kalender Rob ini, Masyarakat dapat dengan mudah bisa memprediksikan kapan terjadinya rob, seberapa tinggi genangan air rob, berapa lama durasi rob berlangsung, serta bagaimana kondisi level air genangan rob, sehingga bisa dilakukan upaya antisipasi oleh warga itu sendiri dengan mempersiapkan memindahkan barang-barang atau menyelamatkan sebagian perabot rumah tangganya agar tidak tergenang oleh air rob yang tiba-tiba datang.

Manfaat lain yang dirasakan warga adalah ketika akan mempunyai acara-acara sosial, keagamaan, bahkan acara resepsi pernikahan. Warga dapat melihat Kalender Rob untuk menentukan waktu yang tepat sehingga tidak bersamaan dengan terjadinya Rob. Selain itu bermanfaat juga sebagai informasi untuk mitigasi jangka pendek, menengah maupun panjang untuk pemerintah, stakeholder, dan masyarakat terkait dengan kejadian rob yang terjadi di wilayah pesisir.

Hal ini juga sebagai salah satu wujud kegiatan UNDIP dalam rangka implementasi agenda pemerintah yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dengan goals SDGs 13 (climate action) dan 17 (partnerships for the goals), yaitu Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutanSustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.

Ketua RT 04 RW 16 Bapak Suratno yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Manunggal Bahari yang mewakili warga, menyampaikan bahwa adanya Kalender Rob ini sangat bermanfaat dan menjadi pedoman warga dalam menentukan acara – acara yang akan diselenggarakan di kampung. Menurut ketua RW 16 Tambakrejo Tanjung Mas, Bapak Slamet Riyadi, bahwa Kalender Rob yang sudah dibuat oleh Tim IDBU sejak tahun 2018-2020 sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang tidak luput dari bencana rob yang datang setiap saat. Kini, warga bisa melakukan antisipasi dan bisa menyelamatkan barang-barangnya sebelum rob datang.

Selanjutnya, anggota tim IDBU Dr. Muhammad Helmi menambahkan, bahwa Kalender Rob ini mempunyai 2 versi, yaitu digital dan manual (bentuk kalender cetak). Untuk bentuk digital Aplikasi Kalender Rob berbasis android bisa diunduh di Play Store, menampilkan kondisi ketinggian air, di mana dalam satu hari terdapat informasi level air tertinggi dan level air terendah, dalam satuan meter. Data ditampilkan per-jam dan setiap hari secara langsung. Serta informasi level air apakah masih dalam kondisi ketinggian aman, waspada 1, waspada 2, dan siaga.  Terdapat informasi juga kalender masehi dan jawa serta informasi posisi bulan. Saat ini aplikasi Kalender Rob baru menyajikan data di daerah Kota Semarang dan sekitarnya dan dalam tahap pengembangan untuk seluruh pantai utara Jawa Tengah. Rencananya, aplikasi Kalender Rob akan terus dikembangkan ke daerah – daerah lain yang rawan terhadap bencana banjir pasang atau rob. (Adm | Sumber: undip.ac.id & pkmbrp.undip.ac.id).

FPIK UNDIP Kenalkan Teknologi Asap Cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal

FPIK UNDIP Kenalkan Teknologi Asap Cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal

FPIK, SEMARANG – Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) telah menggelar pelatihan pembuatan ikan asap menggunakan teknologi asap cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Purwosari pada hari senin, 7 September 2020.

Hadir pada acara pelatihan yakni Ir. Sri Harjinto yang menjabat Kepala Dinas (Kadis) Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal dan Ir. Gunadi selaku Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap beserta jajaran DKP Kendal. Adapun narasumber dari Tim Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP yakni Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc. selaku Ketua, bersama dengan tim yakni Prof. Dr. Ir. YS Darmanto, M.Sc., Romadhon, S.pi., M. Biotek. dan Slamet Suharto, S.Pi., M.Si.

Tujuan dari pelatihan ini adalah membagi ilmu pengetahuan tentang pengaplikasian asap cair dalam pengolahan ikan asap, serta penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standar Operasional dan Prosedur Sanitasi (SSOP) kepada UMKM dalam proses pengolahan sehingga mampu menghasilkan produk ikan asap yang berkualitas.

“Sehingga peserta pelatihan ini diharapkan mampu menghasilkan produk ikan asap yang lebih berkualitas, aman dan juga layak dikonsumsi karena terjaga kebersihannya,” jelas Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc.

Selain transfer teknologi melalui kegiatan penyuluhan mengenai aplikasi asap cair pada proses pengolahan ikan asap, mereka sekaligus mendapatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai cara pengemasan serta pemasaran produk secara online, guna menjangkau potensi pasar maupun konsumen yang lebih luas. Diharapkan peningkatan pemasaran produk ini dapat berbasis digital. Baik melalui media sosial maupun market place yang sedang populer pada era industri 4.0 saat ini.

Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc. menambahkan, Kecamatan Purwosari selama ini menjadi sentra pengembangan usaha pemindangan serta pengasapan ikan di Kabupaten Kendal. Sehingga program Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP menyasar kepada 84 pengelola UMKM ikan yang tersebar di berbagai desa di kecamatan tersebut.

Berbagai jenis ikan yang diolah seperti ikan pari, manyung dan tongkol, selain itu juga di beberapa tempat lainnya mengolah ikan layang, salem, cucut serta ikan kembung. Pengolah ikan asap tersebut selama ini masih menggunakan teknik pengolahan ikan asap tradisional. “Maka kita transfer teknologi asap cair guna meningkatkan hasil produksi dan juga meningkatkan cakupan pemasaran,” tegasnya.

Terkait dengan program pelatihan tersebut, Kadis DKP Kabupaten Kendal, Ir. Sri. Harjinto mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan oleh Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP di daerahnya.

Menurutnya, program tersebut merupakan aplikasi penerapan ilmu dan teknologi pengolahan hasil perikanan yang memang dibutuhkan para pelaku UMKM pengasapan ikan dalam mendorong kesejahteraan mereka. (Adm).

Mahasiswa FPIK UNDIP Berhasil Menemukan Spesies Baru Bryozoa Pleurocodonellina jeparaensis n. sp.

Mahasiswa FPIK UNDIP Berhasil Menemukan Spesies Baru Bryozoa Pleurocodonellina jeparaensis n. sp.

FPIK, SEMARANG – Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan sumberdaya laut yang luar biasa namun belum banyak dikaji. Salah satunya adalah bryozoa. Hewan ini merupakan salah satu filum dari hewan invertebrata yang hidup di air tawar maupun laut. Bryozoa bersifat sesil (menempel), sering hidup berkoloni, dan hingga 2013 sudah ada lebih dari 5.900 spesies yang diketahui (Bock dan Gordon, 2013). Beberapa studi telah berhasil menemukan bryozoa yang hidup pada permukaan alga, karang, moluska dan paling banyak ditemukan di cangkang bivalvia/kerang mati (McCann et. al., 2007; Gordon & Taylor 2008). Selain itu, Bryozoa juga ditemukan pada berbagai benda seperti kayu, plastik hingga sampah lain yang ada di laut (Watts et. al., 1998; Barnes & Dick 2000).

Di Indonesia, studi mengenai Bryozoa masih langka, sehingga kajian ini menjadi topik penelitian yang dilakukan oleh Dr. Meezan A. Asagabaldan, mahasiswa prodi Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai (MSDP) yang juga penerima beasiswa PMDSU. Studi yang dilakukannya berhasil mendeskripsikan 6 spesies Bryozoa dari perairan Jepara dan satu di antaranya adalah spesies baru yang diberi nama Pleurocodonellina jeparaensis n. sp. (Smittinidae). Menariknya, spesies baru ini ditemukan di potongan cangkang bivalvia yang terdapat di Telukawur.

Penelitian ini menjadi laporan pertama yang berhasil mendeskripsikan keberadaan invertebrata Bryozoa di Jawa Tengah. Penemuan spesies baru di Telukawur menunjukkan bahwa perairan Jepara masih menyimpan kekayaan laut yang perlu untuk dikaji demi pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. (Mada).

Sumber artikel:

Asagabaldan MA, Bourgoungnon N, Bedoux G, Kristiana R, Ayuningrum D, Widyananto PA, Muchlissin SI, Magueresse A, Sabdono A, Trianto A, Radjasa OK. 2019. Some Cheilostomata (Bryozoa) from the Java Sea, central Indonesian Archipelago, with a description of Pleurocodonellina jeparaensis n. sp. (Smittinidae). Zootaxa 4668(3): 329-234.

DOI: https://doi.org/10.11646/zootaxa.4668.3.2

 

Daftar Pustaka:

Bock, P.E. & Gordon, D.P. (2013) Phylum Bryozoa Ehrenberg, 1831. Zootaxa, 3703 (1), 67–74. https://doi.org/10.11646/zootaxa.3703.1.14

McCann, L.D., Hitchcock, N.G., Winston, J.E. & Ruiz, G.M. (2007) Non-native bryozoans in coastal embayments of the southern United States: new records for the Western Atlantic. Bulletin of Marine Science, 80, 319–342.

Gordon, D.P. & Taylor, P.D. (2008) Systematics of the bryozoan. Linnean Society, 153, 115–146.

https://doi.org/10.1111/j.1096-3642.2008.00386.x

Watts, P.C., Thorpe, J.P. & Taylor, P.D. (1998) Natural and anthropogenic dispersal mechanisms in the marine environment: a study using cheilostome Bryozoa. Philosophical Transactions of The Royal Society B Biological Sciences, 353, 453–464.

Profesor dari Undip dan Peneliti Alor Temukan Bukti Fenomena Upwelling di Lintasan Cetacea, Selat Alor

Profesor dari Undip dan Peneliti Alor Temukan Bukti Fenomena Upwelling di Lintasan Cetacea, Selat Alor

FPIK, SEMARANG – Peneliti oseanografi senior dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP yaitu Prof. Agus Hartoko dan peneliti kandidat Doktor Jahved F. Maro dari Universitas Tribuana Kalabahi (UNTRIB) telah menemukan bukti adanya fenomena lokal yang disebut Air Dingin di Selat Alor. Dalam keilmuan oseanografi, fenomena ini disebut upwelling, pada kasus ini terjadi saat masa air laut dari kedalaman 1.000 meter naik ke permukaan laut dan setelah dilakukan pengukuran, temperatur menunjukan suhu 7°C. Seperti kejadian pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 11.44 WIT (Waktu Indonesia Timur), secara normal permukaan laut mempunyai temperatur 30°C. Pada kondisi ini grup Cetacea ini berdatangan dan lumba-lumba berenang di permukaan air laut.

Selama beratus-ratus tahun yang lalu, Laut Sawu Nusa Tenggara Timur (NTT), Lamalera dan Selat Alor yang merupakan bagian dari Laut Sawu telah dikenal oleh nelayan setempat sebagai alur lintasan migrasi grup Cetacea, yaitu paus, lumba-lumba dan dugong atau ikan duyung. Hal ini mengakibatkan paus banyak yang terdampar ke pantai setelah melewati selat ini dan biasanya akan mati secara alami.

 

Dugong | Sumber foto: FPIK.

Lumba-lumba (Tursiops sp., Stenella sp., Lagenodelphis sp.) | Sumber foto: FPIK.

Paus (Feresa sp., Kogia sp., Mesoplodon sp.) | Sumber foto: FPIK.

Berdasarkan hasil pengukuran di laut maupun analisis data satelit MODIS – Aqua diketahui pada saat-saat tertentu telah terjadi upwelling maka di Perairan Laut Sawu berubah menjadi “Kolam Dingin” yang dikelilingi air hangat, hal ini ditunjukan pada hasil analisa data satelit. Kisaran temperatur muka laut di dalam Laut Sawu antara 26,7°C – 28,6°C atau 2°C lebih dingin jika dibandingkan di luar area Laut Sawu yaitu di Utara Alor dan di Selatan Pulau Rote. Suhu di area permukaan air laut tersebut kisaran antara 28,6°C – 31,4°C.

Gambar analisis data satelit MODIS - Aqua. Sumber gambar: Pribadi.

Gambar analisis data satelit MODIS – Aqua | Sumber: FPIK.

Masa air dingin dari samudera Hindia mengalir ke Utara menelusuri bentuk morfologi dasar samudra dari palung pertemuan lempeng tektonik Australia dan Pasifik di Selatan Laut Sawu. Dalam proses terjadinya fenomena “Air dingin” atau “Upwelling” ini, masa air laut dari samudera Hindia mengalir menuju “kolam” Laut Sawu dengan kedalaman 3.500 meter, kemudian air dingin mengalir ke Utara merambat naik ke Selat Alor dengan kedalaman 500 meter dan akhirnya naik ke permukaan laut dengan temperatur 7°C pada bulan Mei. Kejadian fenomena upwelling ini biasanya terjadi pada bulan Mei dan November atau pada musim monsoon-timur.

Wilayah Laut Sawu telah ditetapkan menjadi wilayah perlindungan laut, maka dimasa datang dari institusi UNDIP, Pemerintah Kabupaten Alor, Pemerintah Provinsi NTT, UNTRIB Alor dan WWF Alor bekerjasama dalam mengembangkan kawasan tersebut menjadi kawasan wisata laut atau disebut “Marine Geopark” terpadu dan lestari bersama masyarakat. (Dwi Haryanti).

Sumber Artikel:

https://www.researchgate.net/publication/341600602_Morphology_and_Molecular_Biology_of_Benthic_Java_Sea_Shark_Ray_Rhina_ancylostoma_Bloch_and_Scheider_1801_Elasmobranchia_Rhinidae

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. sebagai Guru Besar FPIK

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. sebagai Guru Besar FPIK

FPIK, SEMARANG – Pada hari ini, Jumat, 13 Desember 2019 merupakan hari yang berbahagia bagi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro. FPIK UNDIP menambah kembali jumlah Guru Besar-nya. Guru Besar FPIK UNDIP yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. dari Departemen Sumberdaya Akuatik dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perikanan. Pelaksanaan acara Pengukuhan Guru Besar bertempat di Gedung Prof. Soedarto SH, Tembalang, dipimpin oleh Ketua Senat Akademik UNDIP Prof. Dr. Ir. Soenarso, MS.

Pidato pengukuhan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. berjudul “Pengelolaan Sumberdaya Udang Penaid untuk Kelestarian dan Peningkatan Pendapatan Nelayan”. Dalam pidatonya, Prof. Suradi memaparkan pentingnya pengelolan sumberdaya perikanan, termasuk penaid, agar sumberdaya udang dapat lestari, usaha penangkapan yang dilakukan nelayan dapat berkelanjutan, pendapatannya meningkat, sehingga nelayan pada akhirnya dapat sejahtera.

Pidato yang dipaparkan juga menyajikan permasalahan utama perikanan udang penaid di Indonesia, seperti tangkap berlebih, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, IUU Fishing, pengawasan dan penegakan hukum serta kerusakan habitat dan ekosistem. Penyajian berbagai upaya pengelolaan udang penaid, baik dengan pendekatan parsial, seperti pengaturan udang yang boleh ditangkap, pengaturan alat tangkap, maupun pendekatan terpadu melalui penerapan konsep pengelolaan perikanan berbasis ekosistem (ecosystem approach to fisheries management; EAFM). Implikasi dari tindakan pengelolaan juga digambarkan, baik implikasi terhadap kelestarian sumberdaya udang maupun terhadap pendapatan nelayan.

Prof. Suradi berharap dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu dan teknologi bidang perikanan, serta bermanfaat praktis dalam mengatasi permasalahan perikanan udang untuk menjaga kelestarian sumberdaya dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Selain mengukuhkan dua Guru Besar dari FPIK, UNDIP juga mengukuhkan Guru Besar dari Fakultas Peternakan dan Pertanian yaitu Prof. Dr. Ir. Sri Mukodiningsih, M.S. Dengan dikukuhkannya Guru Besar ini hingga saat ini FPIK UNDIP memiliki 21 Guru Besar dimana Prof. Dr. Ir. Suradi Wijaya Saputra, M.S. adalah Guru Besar ke-6 dari Departemen Sumberdaya Akuatik.

Selamat dan sukses Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro dan para Guru Besar atas capaian dan prestasi yang telah diperoleh. (Ratnaningtyas).

Kuliah Umum Blue Carbon Prof. Masahiro Nakaoka dari Universitas Hokkaido

Kuliah Umum Blue Carbon Prof. Masahiro Nakaoka dari Universitas Hokkaido

FPIK, SEMARANG – Pada hari Senin, 14 Oktober 2019 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP dihadiri oleh tamu dari Hokkaido University. Kedatangan Prof. Masahiro Nakaoka FPIK UNDIP diterima dengan baik oleh Dekan Prof. FPIK Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc, Ph.D dan Wakil Dekan Bidang Inovasi dan Riset Dr. Tita Elfitasari, S.Pi, M.Sc serta didampingi oleh Dr. Ir. Frida Purwanti, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Doktor S3 Pengelolaan Sumber Daya Pesisir.

Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan Kuliah Umum yang dilaksanakan pada hari Senin, 14 Oktober 2019 bertempat di Gedung A lantai 3 ruang J.301 oleh Program Studi Doktor S3 dan S2 Pengelolaan Sumberdaya Pesisir, Jurusan Sumberdaya Perairan, sebagai Pembicara Prof. Masahiro Nakaoka dari Stasiun Kelautan Akkeshi, Pusat Sains Lapangan untuk Biosfer Utara, Universitas Hokkaido, Jepang; berjudul “Berbagai Jasa Ekosistem dari Padang Lamun: Efek Sinergik / Pertukaran Jasa Karbon Biru”

Kegiatan postdoctoral sebelumnya dilakukan untuk mendukung kegiatan program World Class University (WCU) Undip dengan mengirimkan salah satu staf Kementerian Sumber Daya Perairan, Dr. Ir. Frida Purwanti, M.Sc Akkeshi Marine Station, and Field Science Center for Northern Biosphere and Hokkaido University, Japan selama 1 bulan (Juli-Agustus 2019).

Salah satu tujuan dari kegiatan postdoctoral ini adalah untuk penelitian dan publikasi bersama antara Undip dengan Hokkaido University. (Ratnaningtyas).

Goes to Campus dan Field Research, SMA Fons Vitae 1 – Jakarta Timur mengunjungi FPIK – Universitas Diponegoro

Goes to Campus dan Field Research, SMA Fons Vitae 1 – Jakarta Timur mengunjungi FPIK – Universitas Diponegoro

FPIK, SEMARANG – Pada hari ini, Selasa, 22 Oktober 2019 kami kedatangan tamu siswa kelas XI Program Studi Matematika dan Sains Yayasan Marsudirini SMA Fons Vitae 1, Jakarta Timur. Kunjungan dengan 2 bus dengan jumlah peserta kurang lebih 80 orang yang didampingi oleh 4 orang Pendamping Magister diterima dengan baik oleh Wakil Dekan Bidang Komunikasi dan Bisnis, Kepala Tata Usaha dan lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

Kegiatan sosialisasi ini untuk memperoleh informasi dan wawasan baru tentang Perguruan Tinggi salah satunya Universitas Diponegoro. Acara bertajuk Kajian Kampus – Kursus Kajian (Goes to Campus dan Field Research), tanggal 21 – 25 Oktober rencananya akan mengunjungi beberapa tempat dan Kampus di Jawa Tengah (Semarang, Dieng Wonosobo Yogyakarta).

Bertempat di Gedung Auditorium Kampus FPIK Universitas Diponegoro, kami melakukan penyampaian profile diantaranya meliputi institusi akademik dimana suasana seperti perkuliahan dan kegiatan praktek, apa saja fasilitas dan kegiatan kemahasiswaan. Pidato, presentasi, dan diskusi yang dipimpin oleh Ir. Irwani, MPhill selaku Wakil Dekan Bidang Komunikasi dan Bisnis membuat para pengajar dan mahasiswa antusias menanyakan profil kampus agar terjalin komunikasi dua arah. Acara ditutup dengan penyerahan cinderamata dan foto bersama. (Ratnaningtyas).

Penandatangan Kerjasama FPIK Undip dengan Hokkaido University, Jepang

Penandatangan Kerjasama FPIK Undip dengan Hokkaido University, Jepang

FPIK, SEMARANG – Pada hari Senin, 18 November 2019 telah dilakukan penandatanganan LoA (Letter of Agreement) kerjasama antara Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Diponegoro dengan School, Graduate School and Faculty of Fisheries Sciences, Hokkaido University, Jepang. Penandatanganan LoA tersebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan EURASTiP dan ASEAN FEN 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia. Bersamaan dengan itu juga dilakukan penandatanganan kerjasama antara Universitas Brawijaya dan Kasetsart University, Thailand.

Penandatanganan yang meliputi Plan of Action on Student Exchange dan Academic Exchange Agreement ini dilakukan oleh Dekan FPIK Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc, Ph.D dan Dekan Faculty of Fisheries Sciences Hokkaido University yang dilakukan oleh Prof. Nobuo Kimura, Ph.D.

Plan of Action on Student Exchange menyatakan bahwa kedua Universitas sepakat untuk mengimplementasikan program pertukaran mahasiswa. Adapun Academic Exchange Agreement antara kedua institusi sepakat membentuk perjanjian pertukaran akademis ini untuk mendorong kerja sama internasional dalam pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan pertukaran budaya. Kedua institusi berusaha untuk mengembangkan program yang saling menguntungkan bagi mahasiswa, fakultas, departemen dan lembaga penelitian dalam ketentuan perjanjian ini. Potensi program dan kegiatan antara kedua institusi tersebut akan tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut yang meliputi pengembangan kurikulum, akademik bersama dan program-program dalam kepatuhan penuh dengan akreditasi dan persyaratan profesional kedua lembaga; penelitian dan publikasi bersama; transfer mata kuliah credit-bearing akademik berdasarkan transparansi materi kursus dan kualifikasi fakultas; pertukaran mahasiswa pascasarjana dan sarjana untuk studi, penelitian dan magang; pertukaran fakultas untuk penelitian, kuliah, dan eksperimen laboratorium; pertukaran bahan pendidikan, proyek penelitian, publikasi dan bahan pustaka; konferensi, seminar dan lokakarya bersama dan supervisi bersama kedua institusi.

Dekan FPIK Undip Prof. Tri dalam kesempatan itu mengatakan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Hokkaido University, Jepang kepada Undip untuk dapat bekerjasama dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu bidang pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat serta bidang lain yang disepakati kedua belah pihak sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing pihak. Semoga kerjasama ini dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi ke dua belah pihak. (Ratnaningtyas).

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Diah Permata Wijayanti, M.Sc dan Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, ST, M.Si sebagai Guru Besar FPIK

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Diah Permata Wijayanti, M.Sc dan Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, ST, M.Si sebagai Guru Besar FPIK

FPIK, SEMARANG – Pada Rabu, 14 November 2019 merupakan hari berbahagia bagi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro. FPIK UNDIP menambah jumlah Guru Besar-nya sebanyak dua orang. Adapun kedua Guru Besar FPIK UNDIP yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Diah Permata Wijayanti, M.Sc dari Departemen Ilmu Kelautan dan Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, ST, M.Si dari Departemen Oseanografi.

Pelaksanaan acara Pengukuhan Guru Besar tersebut bertempat di Gedung Prof. Soedarto SH, Tembalang, dipimpin oleh Ketua Senat Akademik Undip Prof. Dr. Ir. Soenarso, MS. Pidato pengukuhan guru besar oleh Prof. Dr. Ir. Diah Permata Wijayanti, M.Sc berjudul “Strategi Reproduksi Karang untuk Pelestarian Ekosistem Terumbu”. Dalam pidatonya, Prof. Diah memaparkan tentang pentingnya ekosistem terumbu karang. Banyaknya faktor-faktor yang menjadi penyebab kerusakan terumbu saat ini menjadi hal yang mendesak untuk memulai upaya-upaya yang dapat mengurangi semakin buruknya kondisi terumbu karang di Indonesia. Keberadaan ekosistem tersebut tidak dapat dipisahkan dari dinamika kondisi lingkungan. Salah satunya dengan melakukan budidaya karang. Dengan adanya pengembangan berbagai teknik budidaya karang, diharapkan aktivitas budidaya karang dapat lebih digiatkan.

 

Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, ST, M.Si membawakan pidato yang berjudul “Teknologi Digital Kalender Rob: Strategi Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir”. Pidato pengukuhan memaparkan tentang pengembangan teknologi digital banjir pasang berupa kalender rob berbasis android untuk mengetahui kapan terjadinya rob, seberapa tinggi genangan air rob, berapa lama durasi rob berlangsung, serta bagaimana kondisi level air genangan rob terjadi. Menurut Prof. Denny hal tersebut sebagai bagian dari kontribusi dalam pengembangan ilmu dan teknologi, serta turut dalam memecahkan permasalahan yang ada di wilayah pesisir.

 Selain mengukuhkan dua Guru Besar dari FPIK, UNDIP juga mengukuhkan guru besar yaitu Prof. Faisal, S.E., M.Si., Ph.D dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Dengan dikukuhkannya Guru Besar ini hingga saat ini FPIK UNDIP memiliki 20 Guru Besar dimana Prof. Dr. Ir. Diah Permata Wijayanti, M.Sc adalah Guru Besar ke-5 dari Departemen Ilmu Kelautan dan Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, ST, M.Si adalah Guru Besar ke-3 dari Departemen Oseanografi.

Selamat dan sukses Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro dan para Guru Besar atas capaian dan prestasi yang telah diperoleh. (Ratnaningtyas).

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Delianis Pringgenies, M.Sc sebagai Guru Besar FPIK

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Delianis Pringgenies, M.Sc sebagai Guru Besar FPIK

FPIK, SEMARANG – Pada Sabtu, 2 November 2019, telah dilaksanakan pengukuhan Prof. Dr. Ir. Delianis Pringgenies, M.Sc. sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu Bioteknologi Laut pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Pidato Pengukuhan Guru Besar disampaikan di hadapan Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Diponegoro yang terdiri dari Guru Besar dan para tamu undangan, dengan judul: “Bioprospeksi Bahan Hayati Laut untuk Pengembangan Industri Farmasi di Indonesia”.

Dengan penambahan Guru Besar ini maka hingga saat ini FPIK Undip memiliki 18 Guru Besar dimana Prof. Dr. Ir. Delianis Pringgenies, M.Sc adalah Guru Besar ke-4 di Departemen Ilmu Kelautan, sehingga semakin menambah Srikandi Guru Besar FPIK setelah sebelumnya telah dikukuhkan sebagai Guru Besar yaitu Prof. Norma Afiati, M.Sc, Ph.D; Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc, Ph.D; Prof. Dr. Ir. Sri Redjeki, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc. (Ratnaningtyas).