Semarang- Pranata Candra Perdana Putra mahasiswa Departemen Perikanan Tangkap FPIK Undip berhasil meraih Medali Emas pada Tanoto Student Research Award (TSRA) 2022 yang dilaksakan pada tanggal 5 November 2022 dimana ITB sebagai tuan rumahnya. Karya Ilmiahnya yang berjudul “GALAKSI” (Gagasan Laksana Terintegrasi) merupakan Alat Peraga Pendidikan Bidang Sains Astronomi Berbasis Internet of Things (IoT) merupakan alat peraga untuk SD, SMP, SMA umum maupun disabilitas dengan mengkombinasikan visualiasi planetarium dengan dukungan audio visual untuk penjelasan materi pada masing-masing fenomena alam. Selain itu, galaksi bisa dikontrol menggunkan aplikasi guna memudahkan guru dalam pengawasannya. Alat ini bekerja dengan perbandingan rasio yang didesain sedemikian rupa sesuai dengan teorinya.
Tanoto Foundation bekerja sama dengan lima mitra kampus di Indonesia mengadakan kegiatan kompetisi Tanoto Student Research Award (TSRA) Tahun 2022 dalam rangka mengembangkan kolaborasi berkarya inovasi antar mahasiswa perguruan tinggi. Kompetisi ini diikuti oleh 125 delegasi mahasiswa dari lima perguruan tinggi Mitra Tanoto Foundation yaitu Universitas Diponegoro, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Brawijaya. Pranata Candra merupakan ketua tim dari kolaborasi dari lima universitas tersebut.
Semarang, FPIK Undip berkolaborasi dengan TU Delf dan WUR membuat Proyek Mumaco, yaitu Kerang sebagai Fasilitator Mangrove untuk Pertahanan Pesisir. Proyek Mumaco didirikan mulai tahun 2021 dan program berakhir pada tahun 2024. Proyek berlokasi di desa Timbulsloko Sayung Demak dan melibatkan 3 aspek utama:
Bendungan (struktur majemuk) sebagai pertahanan pantai oleh Alejandra Macheno ;
Analisis keanekaragaman hayati oleh Lara Jansen; dan
Semarang, FPIK Undip dan PT BPI Tanam Terumbu Karang Buatan dan Rumah Ikan yang terbuat dariLimbah Batubara. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2022. Ratusan terumbu karang buatan berbentuk piramida Artificial Patch Reef (APR) dan Artificial Fish Apartmen (AFA) berbahan beton FABA (Bottom Ash) batubara ditaman di perairan laut Batang. Terumbu karang tersebut merupakan hasil dari penelitian Fakultas Perikanan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang bekerjasma PT BPI selaku konsorsium pembangunan PLTU 2×1.000 MW Batang.
Kegiatan ini diresmikan langsung oleh Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki sekaligus dilakukan pemasangan secara simbolis bersama Dekan Perikanan Undip dan jajaran direksi PT BPI di Pelabuhan Ikan Kelurahan Karangasem Utara Batang. Pj Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki mengatakan ini merupakan teknologi baru pemanfaatan limbah batu bara yang sudah kategori non B3 yang artinya sudah tidak berbahaya kemudian oleh Undip dan BPI dimanfaatkan untuk terumbu karang. “Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2021 tentang penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Fly Ash and Bottom Ash (FABA) sebagai limbah non B3 dapat dimanfaatkan oleh sendiri atau pihak lain sebagai substitusi bahan baku substrat atau sesuai dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),” jelasnya. Lebih lanjut, terumbu karang buatan itu akan ditenggelamkan di laut sebagai upaya untuk menjaga ekosistem laut.
Limbah batu bara atau FABA non B3, tidak hanya untuk pembuatan terumbu karang saja, tetaapi juga sudah bisa dimanfaatkan sebagai batako dan paving block. Dekan Fakultas Pertanian Undip, Prof. Tri Winarni mengatakan FABA yang dijadikan ATR dan AFA sudah melalui penelitian dan dinyatakan bahwa limbah tersebut tergolong non B3. Dijelaskannya, dengan rasio yang berbeda FABA bisa menggantikan semen yang sekarang harganya mahal. Maka pemanfaatan limbah ini bisa menjadi sesuatu potensi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Ketua Tim Penelitian dan Ahli Terumbu Karang Undip Semarang Munasik menjelaskan, terumbu karang di wilayah perairan laut pantura khususnya Batang kerusakan sudah sangat masif dan sudah terbilang hampir langka. Hal itu disebabkan salah satunya adanya sedimen dan pengenceran air laut. “Melalui program matching fun 2022 ini, kita ingin menghidupkan kembali habitat terumbu karang dengan pemanfaatan limbah batubara.
Bersama Universitas Diponegoro dan PLTU Batang, Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah mengupayakan perbaikan ekosistem terumbu karang di wilayah pesisir, melalui pengembangan teknologi Artificial Fish Apartment (AFA) atau rumah ikan, dan Artificial Patch Reef (APR) atau terumbu karang buatan. Pengembangan teknologi AFA dan APR dilakukan dengan memanfaatkan limbah batu bara yang dicetak khusus, lalu disusun di dasar laut. Ratusan terumbu karang buatan berbentuk piramida Artificial Patch Reef (APR) dan Artificial Fish Apartmen (AFA) berbahan beton FABA (Bottom Ash) batubara ditaman di perairan laut Batang. Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki, saat melepas kapal pengangkut AFA dan APR ke laut, mengatakan bahwa kerusakan ekosistem pesisir akan teratasi bila semua pihak bekerja sama.
Wajib Banget bagi mahasiswa yang lagi hunting beasiswa untuk menonton ScTalk Episode 7-8 karena banyak informasi yang akan kamu peroleh tentang Beasiswa dari BRI dan Pensiunan BRI..so cekidot gaesss
Departemen Akuakultur FPIK mengadakan International General Lecture dengan judul “Seaweed Tissue Culture and Bioprocess” pada hari Rabu, 19 Oktober 2022 melalui platform Zoom. Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek menjanjikan, tetapi ketersediaan bibit unggul dan berkualitas serta pemanfaatannya masih perlu menjadi perhatian. Kegiatan tersebut menghadirkan 2 narasumber yang merupakan pakar di bidang kultur jaringan dan biproses yaitu Dr. Gabriel Tirtawijaya yang merupakan peneliti di Silla University, Korea, Dr. Maya Saptiani yang merupakan alumni dari FPIK Universitas Diponegoro. Acara ini diikuti lebih dari 170 peserta secara online, baik dari kalangan civitas akademika UNDIP maupun dari instansi lain.
Presentasi pertama oleh Dr. Gabriel, beliau menjelaskan mengenai rumput laut dan klasifikasinya, proses kultur jaringan, kelebihan dan kekurangannya dan penelitian terkini yang berhubungan dengan kultur jaringan rumput laut. kemudian dilanjutkan oleh Dr. Maya, beliau menjelaskan mengenai bioteknologi dan bioproses rumput laut. Rumput laut dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal, seperti: direct food, food additives, animal feed, pharma-nutraceutical, bio-stimulant. Ekstraksi rumput laut dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya dengan acid and alkaline hydrolysis, water, conventional solvent extraction, and green extraction. Dalam melakukan bioteknologi dan bioproses harus ditentukan tujuan dari kegiatan tersebut tanpa melupakan factor ekonomi.