“Mahkota” Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP Bicara tentang Almamaternya

“Mahkota” Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP Bicara tentang Almamaternya

FPIK, SEMARANG – Profil dan sosok alumni lembaga pendidikan tinggi bukan saja diakui sebagai salah satu pilar dari kinerja, profil alumni juga kerap diasosiasikan sebagai “Mahkota Lembaga Pendidikan Tinggi”. Oleh Karena itu, tidak mengherankan jika lembaga-lembaga pemeringkat memasukan profil lulusan lembaga pendidikan tinggi sebagai unsur penting dalam pemeringkatan yang dilakukan. Menyitir ungkapan yang sering disampaikan Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum, bahwa “Mahkota Guru Besar terletak pada kemampuan mencetak karya”; tak berlebihan kalau dikatakan bahwa “Mahkota Lembaga Pendidikan Tinggi Adalah Kemampuannya Mencetak Lulusannya”.

Dalam konteks itu, menarik untuk disimak bagaimana komentar dan pendapat “Para Mahkota” Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP terhadap almamaternya. Semenjak berdiri tahun 1978, sudah ribuan alumni yang diluluskan FPIK UNDIP, dan mereka pun bergabung dalam wadah yang dinamai “Kerapu” (Keluarga Alumni Perikanan Undip). Kiprah anggota Kerapu pun sangat beragam. Selain di bidang perikanan dan kelautan yang menjadi keahlian utamanya, banyak pula yang berkarir di perusahaan swasta non-perikanan, ada yang menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) di lembaga-lembaga pemerintah, bankir, wirausahawan, politisi, tenaga pendidik, peneliti, profesional di perusahaan pertambangan, pemilik startup, dan masih banyak lagi profesi spesifik lain yang digeluti.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D, mengatakan posisi alumni bukan saja sebagai mahkota, tapi sebagai mitra sekaligus reflektor. Sebagai mahkota, kiprah para alumni memberikan gambaran melalui prestasinya; sementara fungsi sebagai reflektor yakni memperkuat kompetensi para dosen apakah sudah mampu memberikan bekal yang baik kepada lulusannya. Sementara sebagai mitra, karena dalam implementasi proses belajar mengajar pastilah kita butuh praktek lapang apalagi dengan kebijakan baru terkait Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) maka peran alumni sebagai mitra sangatlah penting. “Semua itu akan terlihat, karena itu saya pribadi berpendapat ketiga hal itu menegaskan pentingnya peran alumni bagi lembaga pendidikan tinggi,” kata Tri Winarni Agustini, Senin (5/7/2021). Selanjutnya Dekan FPIK UNDIP menegaskan bahwa dalam konteks Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi hak mahasiswa untuk belajar tiga semester di luar program, keberadaan alumni menjadi sangat penting. Dalam implementasi MBKM sinergi dengan alumni menjadi suatu keniscayaan. “Dengan implementasi MBKM kita harus bermitra dengan alumni terutama mereka yang ada di sektor bisnis dan korporasi,” ujarnya.

Berdasarkan pendapat dan komentar yang berhasil dihimpun dari alumni Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) FPIK UNDIP, mayoritas alumni yang dihubungi mengatakan puas dan senang dengan program pendidikan tinggi yang diselenggarakan FPIK UNDIP. Mereka juga bangga dan bisa lulus dari PTN BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) yang ada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Materi pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama masa studi juga dirasakan membantu dan menjadi bekal penting bagi mereka saat berkiprah di masyarakat.

Foto: Titus Pramono, S.Pi

Titus Pramono, S.Pi, lulusan MSP Angkatan 1998 yang berkarir di Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menuturkan apa yang diperoleh saat kuliah di MSP FPIK UNDIP. ‘’Prodi MSP adalah kombinasi dari basic perikanan, mahasiswa dibekali untuk bersaing dalam manajemen perairan, manajemen pesisir, budidaya perikanan dan perikanan tangkap. Semula saya bekerja di usaha pembenihan udang dan mampu beradaptasi dan berkarya. Ketika masuk dalam Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP dalam pengelolaan pesisir saya mampu beradaptasi dan berkarya. MSP UNDIP memang hebat,’’ ujar Pramono.

Rezha Mahardika, S.Pi., M.Sc, adalah alumni MSP angkatan 2004 yang berkarir di sektor yang “berbeda” dengan ilmunya. Saat ini dia menekuni bisnis pertambangan sebagai owner PT Mahardika Sukses Sejahtera (MSS) yang bergerak di Bidang Pertambangan Migas. ‘’Kajian keilmuan, proses beradaptasi dan segala kompleksitas yang saya tempuh di program studi MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP memberikan saya level kepercayaan diri tinggi untuk bisa menguasai hal-hal baru yang kini saya tekuni. Dan ini adalah modal terbesar saya untuk mencapai tujuan hidup. Terima kasih MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP. Semangat Maju,’’ kata Rezha.

Foto: Rezha Mahardika, S.Pi., M.Sc

Foto: Endang Rahmi Hute, S.Pi., M.Pi

Alumni MSP FPIK UNDIP yang berkiprah di dunia politik, Endang Rahmi Hute, S.Pi., M.Pi, mensyukuri proses pendidikan di almamaternya memberikan bekal akademik dan non-akademik yang cukup. Rahmi Hute mahasiswa Prodi MSP Angkatan 2004 yang kini menjadi anggota DPRD di Muna Barat, Sulawesi Tenggara mengatakan berbagai keterampilan dan kemampuan non-akademis sebagai bekal menghadapi problematika selepas sarjana, semua itu menjadi pondasi karakter kepribadian yang memberi banyak manfaat. ‘’Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP telah mampu melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas. Saya bangga bisa menjadi bagian dari MSP,” kata Rahmi.

Peneliti Ahli Muda di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2B-LIPI), Cibinong Science Center, Bogor Indonesia; Widhya Nugroho Satrioajie, menyatakan cukup banyak alumni MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK yang bekerja di lembaga riset seperti LIPI dan Badan LitBang Kementerian. Menurut Lulusan MSP tahun 2004 yang kini tengah menyelesaikan Program Studi Doktor di Wageningen University and Research Belanda, itu membuktikan bahwa lulusan Perikanan dapat memiliki kemampuan yang mumpuni dan kesempatan yang luas untuk dapat mengembangkan karir dan berprofesi sebagai peneliti.

Foto: Widhya Nugroho Satrioajie

Foto: Dr. Rizky Muliani Dwi Ujianti, S.Pi., MSi

Dr. Rizky Muliani Dwi Ujianti, S.Pi., MSi. lulusan Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) Angkatan 2004, punya pendapat berbeda. Dosen di Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), mengakui kuliah di MSP FPIK UNDIP menempanya menjadi pribadi yang tangguh, kuat dan pantang menyerah. “Ilmu yang didapatkan sangat berguna bagi pengembangan diri saya menjadi seorang dosen dalam tri dharma perguruan tinggi, yakni mengajar, meneliti dan mengabdi kepada masyarakat. Di MSP kami selalu diajarkan untuk bekerjasama dalam tim saat kuliah maupun praktikum di lapangan, hal ini sangat berguna bagi saya dalam menyelesaikan tugas-tugas saya di kantor yang membutuhkan bekerjasama dengan rekan sejawat,” ungkapnya.

Lulusan FPIK UNDIP juga tidak sedikit yang berwirausaha. Mereka yang melakukan wirausaha juga punya andil besar dalam ikut membangun bangsa dan negara. Pasalnya, mereka mampu memberi pekerjaan pada orang lain. Adalah Pintya Dwanita Ayu Pratesthi, S.Pi salah satunya. Alumni MSP Angkatan 2012 ini adalah pemilik atau owner Pratesthi Batik, Craft, Ecoprint, Semarang. ‘’Banyak orang mengira kuliah di MSP hanya akan mendapatkan ilmu tentang manajemen perairan saja. Namun sebetulnya lebih dari itu. Kampus ini juga memberikan kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan ketrampilan soft skill. Kegiatan perkuliahan dan praktikum lapangan yang mengasah karakter, kemampuan berkomunikasi, jiwa kepemimpinan, dan membentuk etika kerja menjadi bekal penting bagi usaha saya sekarang,’’ ungkap Ayu Pratesthi.

Foto: Pintya Dwanita Ayu Pratesthi, S.Pi

Foto: Adnan Arsani Hirmawan, S.Pi.

Wirausahawan lain yang juga lulusan MSP UNDIP adalah Adnan Arsani Hirmawan, S.Pi. Alumni MSP Angkatan 2012 ini sekarang menjadi CEO PT Pico Biru Tekno. ‘’Dari belajar di Program Studi MSP UNDIP, saya tersadar bahwa Sumber Daya Perairan di Indonesia sangat kaya dan masih banyak yang belum termanfaatkan dengan optimal. Alhamdulillah dengan berbekal ilmu pengetahuan dan relasi selama kuliah, saya bisa membangun & mengembangkan Perusahaan startup di Bidang Bioteknologi Microalgae yang merupakan sumberdaya perikanan kelautan potensial di Indonesia,’’ katanya

Ketua Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP, Dr. Ir. Suryanti, M.Pi, meyakini semua alumni memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kemauan untuk terus belajar menjadi salah satu kunci keberhasilan. Sedangkan interaksi dengan almamater akan menjadi kemitraan yang saling menguatkan,” ujarnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Potensi Perairan Indonesia Melimpah, Departemen Sumber Daya Akuatik UNDIP Tawarkan 3 Strata Program Studi Ini

Potensi Perairan Indonesia Melimpah, Departemen Sumber Daya Akuatik UNDIP Tawarkan 3 Strata Program Studi Ini

FPIK, SEMARANG -​ Indonesia memiliki sumber daya perairan yang melimpah, tak hanya 1/3 luas lautannya bahkan berawal dari hulu hingga hilir. Hal ini merupakan motivasi Program Studi (Prodi) Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) yang ada di Departemen Sumber Daya Akuatik (SDA) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) untuk siap mencetak sumber daya manusia yang unggul dibidang sumber daya perairan.

Melihat begitu besarnya potensi sumber daya perairan yang dimiliki oleh kita saat ini, Ketua Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP, Dr. Ir. Suryanti, M.Pi, berpendapat bahwa walaupun sumber daya alam perairan (akuatik) Indonesia sangat beragam dan berlimpah, tetapi semua potensi yang tersedia belum didayagunakan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat karena masih terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengelola.

“Dalam konteks bagaimana sumber daya akuatik dikelola, tugas kami adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia yang unggul. Selain melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat yang terkait dengan hal tersebut sebagai institusi pendidikan tinggi,” ujarnya, Senin (28/6/2021). Menurut Suryanti, potensi yang ada pada sumber daya alam akuatik bisa dikatakan tak terbatas; sehingga perlu dipersiapkan SDM yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan kompetensi untuk mengelolanya. UNDIP menyadari pentingnya hal itu, sehingga PTN BH yang berada di Kota Semarang ini tergerak menyelenggarakan prodi yang berkait dengan pengelolaan sumber daya akuatik.

Foto: Ketua Prodi S1 MSP FPIK UNDIP Dr. Ir. Suryanti, M.Pi saat melakukan penelitian di lapangan

Sumber daya akuatik sendiri adalah suatu dimensi kekayaan alam yang berada di laut atau samudera, sungai, rawa, mata air, danau, waduk, serta pendayagunaan kolam-kolam buatan. Di dalamnya ada berbagai macam sumber daya yang bermanfaat bagi kehidupan mulai dari ikan yang menjadi sumber omega 3, vitamin, mineral dan protein; kemudian udang, cumi- cumi, gurita dan sejenisnya sebagai sumber gizi; rumput laut sebagai sumber serat; tumbuhan-tumbuhan  serta biota laut lainnya salah satunya sea urchin yang bisa menjadi sumber farmakologi; mutiara; serta pasir dan berbagai bahan mineral yang ada perairan yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan sebagai upaya ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19.

“Kita berada di negeri yang kaya dengan sumber daya akuatik. Jumlahnya berlimpah, dan jenisnya sangat beragam dan berlimpah. Ini challenge bagi generasi muda untuk menjawabnya. Kita sangat berharap para siswa SMA dan yang sederajat terjun ke bidang ini; kalau tidak maka tenaga-tenaga asing pasti masuk,” pungkasnya. Rasa tangung jawab sebagai lembaga pendidikan tinggi itu pula yang menjadikan UNDIP memiliki komitmen besar membuka Prodi MSP Departemen SDA FPIK. Prodi yang sudah memiliki Akreditas A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), agar pengelolaan kekayaan dilakukan oleh anak-anak negeri, bukan oleh tenaga kerja asing.

Prodi MSP Departemen SDA FPIK UNDIP berupaya maksimal untuk menyiapkan SDM yang mumpuni, bukan hanya menguasai pengetahuan dan mampu menerapkannya, namun bisa mengembangkan pengelolaan perairan dan perikanan untuk mengendalikan tingkat pemanfaatan sumber daya hayati perairan secara rasional, lestari dan keberlanjutan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat. “Target kami menghasilkan tenaga ahli yang berkarakter COMPLETE dan kompeten di bidang sumber daya akuatik,” tegas Suryanti.

Foto: Sertifikat Akreditasi BAN-PT Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan memenuhi syarat peringkat “A”

Ada tiga program studi yang diselenggarkan untuk menghasilkan SDM yang handal mengelola sumber daya perairan, yaitu melalui Program Studi Sarjana (S1) Manajemen Sumber Daya Perairan; Program Magister Manajemen Sumber Daya Pantai (S2); dan Program Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai (S3). “Dengan Predikat Terakreditasi A BAN PT di Departemen Sumber Daya Akuatik sudah lengkap sehingga untuk pengembangan keilmuannya bisa saling mendukung,” ujar Suryanti yang juga merangkap jabatan sebagai Plt Ketua Program Studi S1 Manajemen Sumber Daya Perairan.

UNDIP menargetkan agar para lulusannya selain memiliki karakter COMPLETE, juga memiliki kompetensi dan kualifikasi keahlian yang diakui secara nasional dan internasional. Karakter COMPLETE diartikan mampu menjadi Communicator (mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis), Professional (bekerja sesuai dengan prinsip, pengembangan berdasar prestasi dan menjujunjung tinggi kode etik), Leader (menjadi pemimpin yang adaptif, tanggap terhadap lingkungan, proaktif, bisa menjadi motivator, tangkas membangun kerjasama), Entrepreneur (etos kerja tinggi, memiliki ketrampilan berwirausaha, inovatif, kemandirian), Thinker (mampu berpikir kritis, belajar sepanjang hayat, bisa melakukan penelitian), dan Educator (mampu menjadi agen-agen perubahan).

Kompetensi, UNDIP mensyaratkan prodi yang ada untuk mengembangkan kemampuan lulusannya agar mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan. Departemen SDA FPIK, secara langsung menerapkan KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) sebagai kerangka penjenjangan kualifikasi SDM yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan untuk menunjang profesi. Lulusan Prodi S1 dipastikan berada di level 6, lulusan S2 berada di level 7 dan lulusan program S3 berada di level 9.

Selain KKNI, Prodi MSP yang ada di Departemen Sumber Daya Akuatik juga menerapkan standar keahlian yang diperlukan agar lulusannya bisa beraktivitas secara maksimal di lingkungan perairan. Keahlian renang menjadi syarat yang harus dipenuhi agar mahasiswa bisa lulus dari Prodi MSP. “Tentu ada yang lebih spesifik yang diberikan melalui perkuliahan dan praktik laboratorium serta praktik lapangan,” pungkasnya. (Kutip: joss.co.id | lna)

Haris Muhtadi Alumni FPIK UNDIP, Kini Sukses Pimpin Perusahaan Pakan Internasional

Haris Muhtadi Alumni FPIK UNDIP, Kini Sukses Pimpin Perusahaan Pakan Internasional

FPIK, SEMARANG – Ribuan alumni Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tersebar di penjuru tanah air memiliki cerita tersendiri atas kesuksesan yang diraihnya saat ini. Yang pasti, mereka mengaku bersyukur karena mendapatkan pengalaman belajar di salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) terbaik yang kini kampusnya berpusat di Tembalang, Kota Semarang. Tentu banyak suka dan duka yang dialami, selain kisah-kisah yang bisa menginspirasi. Salah satunya adalah kisah sukses Haris Muhtadi, alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP). Haris adalah sosok yang semenjak tahun 2018 dipercaya menjadi Direktur Sales and Marketing di PT CJ Feed and Care Indonesia, perusahaan pakan ikan dan udang serta pakan ternak yang memiliki pabrik di Medan, Lampung, Serang (Banten), Batang (Jawa Tengah), Jombang (Jawa Timur) dan Banjarmasin. Dia merupakan mahasiswa angkatan pertama di Perikanan dan Kelautan.

Karirnya di perusahaan yang memiliki 6 pabrik di Indonesia, 2 pabrik di Korea, 9 pabrik di China, 4 pabrik di Vietnam, dan 1 pabrik di Filipina ini tergolong bersinar. Padahal sewaktu kuliah, pria kelahiran Kabupate Pati tanggal 26 Juli 1966 ini merasa biasa-biasa saja. Terdaftar di Jurusan Perikanan UNDIP Tahun 1984 yang waktu itu bernaung di Fakultas Peternakan dan Perikanan, Haris mengaku tak menonjol dibidang akademik. Dia menegaskan, kuliah di Jurusan Perikanan adalah pilihan pertamanya setamat sekolah menengah atas. “Perikanan adalah pilihan pertama saya,” tegasnya. Karena itu, meski mengaku tak menonjol di bidang akademik, gelar Sarjana Perikanan bisa diraihnya pada tahun 1989.

“Kebetulan dulu saya bukan mahasiswa yang menonjol secara akademis tapi lebih banyak melakukan aktivitas di luar untuk berinteraksi dengan berbagai golongan, jenis orang, jenis pemikiran itulah yang hari-hari saya ini terasa bermanfaat,” kata Haris Muhtadi yang juga menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), saat diwawancara pada Kamis (24/6/2021). Semangat tinggi untuk terus belajar dan membangun jaringan menjadi salah satu pintu kesuskesan. “Salah satunya terus update ilmu baru meskipun tidak melalui jalur formal menjadi sarjana S2. Pengembangan diri bisa didapat juga melalui training, short course, workshop dan seminar yang biasa diikuti selama kita bekerja,” kata alumni SMAN 1 Pati ini. Karena itulah, selain dipercaya menjadi salah satu orang penting di perusahaan pakan yang berpusat di Korea Selatan, sejak tahun 2016 dia juga dipercaya menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), organisasi tempat para produsen pakan ternak, pakan ikan dan pakan udang di Indonesia Berhimpun.

Di GPMT, alumni FPIK UNDIP ini tegas dalam menyuarakan aspirasi para anggotanya agar bisa terus eksis dan memberikan kontribusi pada usaha perikanan dan peternakan di Indonesia. Pengalamannya bergiat saat masih di Kampus Diponegoro, berpengaruh terhadap pola pikir dan pola tindak ketika dalam lingkungan pekerjaan dan organisasi. Pada posisinya sekarang sebagai direktur dari sebuah perusahaan pakan berskala internasional, dirinya pun harus bertemu sangat banyak orang, dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berasal dari berbagai bangsa. Di situlah beberapa pengalaman masa lalunya yang saat ini terasa relevan.

Foto: Haris Muhtadi Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

“Ternyata kunci dari berbagai deal business adalah bagaimana meyakinkan pihak lain bahwa ide kita ini layak untuk dibeli oleh client atau customer. Jadi, pesan saya untuk teman-teman mahasiswa maupun calon mahasiswa yang ingin belajar tentang Kelautan dan Perikanan khususnya di UNDIP, cobalah untuk lebih aktif bukan hanya di kelas dan mengejar keberhasilan akademis. Belajarlah juga dari luar kelas,” terangnya. Menurut dia, para mahasiswa yang mau belajar di luar kelas akan lebih banyak berinteraksi dengan sebanyak mungkin orang dengan latar belakang budaya, suku, negara, dan bangsa yang berbeda.  Maka disitulah mahasiswa akan dapat kekayaan intelektual. “Wawasan yang luas akan menjadi senjata yang bagus untuk bersosialisasi. Dengan luasnya pergaulan, membantu peningkatan pengakuan dari masyarakat sesuai bidang usaha, secara tidak langsung mempermudah kerja dan peningkatan karir kita,” dia menambahkan.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, dirinya juga mengajak para mahasiswa untuk terus kreatif dan tetap bersemangat dalam belajar. Dia menyarankan agar mahasiswa memperbaiki kemampuan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris. “Jangan berhenti belajar.” Hal lain yang disarankannya adalah untuk tidak berhenti membaca buku bidang apapun sesuai minat. Tersedianya sarana teknologi komunikasi, menurut dia, memudahkan kita dalam belajar. “Kalau kita persiapkan sebaik mungkin dan hidup kembali normal, kita tidak ketinggalan kereta, tetap update info dan tahu perkembangan zaman. The show must go on, Covid-19 bukan alasan untuk berhenti mengembangkan diri,” tegas Haris.

Yang pasti, selaku alumni dia mengucapkan terima kasih kepada UNDIP sebagai lembaga yang turut membentuk karakter dan keahliannya, khususnya para dosen dan senior yang selalu membimbingnya. “Tidak lupa, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada para dosen dan juga para senior yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam hidup saya,” pungkasnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Sekolah Lapangan Tambak, Jadi Solusi Budidaya Berkelanjutan | Webinar Series #2

Sekolah Lapangan Tambak, Jadi Solusi Budidaya Berkelanjutan | Webinar Series #2

​FPIK, SEMARANG – Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP), pekan lalu menyelenggarakan Webinar bertajuk Aquaculture Supporting Mangrove seri ke-2 dengan tema Coastal Field School atau Sekolah Lapangan Tambak pada Rabu (09/06/2021). Webinar seri ke-2 ini menghadirkan sejumlah expert, akademisi dan praktisi lapangan yaitu Benjamin Brown, Ph.D (Charles Darwin University), Syafruddin, S. P (Balai Proteksi Tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan), Ratnawaty Fadilah, M.Si (Departemen Teknologi Pertanian Universitas Negeri Makassar), Weningtyas Kismorodati, M.Si (community development).

Benjamin Brown, Ph.D. selaku Chief Technical Advisor Yayasan Hutan Biru menjelaskan berkaitan dengan webinar seri ke-1, tanggal 2 Juni lalu mengenai Associated Mangrove Aquaculture (AMA), Ben mengatakan bahwa AMA yang diterapkan oleh proyek Building with Nature di Kabupaten Demak menawarkan solusi yaitu pemberian insentif untuk “mengorbankan” sebidang tambak budidaya sepanjang 20 meter untuk rehabilitasi bakau. Mangrove yang terbentuk tersebut kemudian terhubung secara hidrologis dengan ekosistem sungai dan pesisir sehingga mampu mengurangi guncangan dan gangguan seperti banjir. Pendekatan Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) tersebut bersama-sama dengan pelaksanaan sekolah lapangan (SL) pembudidaya akan menghasilkan praktik pengelolaan yang lebih baik.

Syafruddin, fasilitator SL dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan yang menjelaskan SL memiliki kelebihan antara lain meningkatkan kemampuan observasi dan pengetahuan petani atau petambak melalui pembelajaran berbasis penemuan, membangun kepercayaan diri dan meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan dan memecahkan masalah, mengubah keyakinan dan perilaku yang telah berakar, mendorong budidaya yang ramah lingkungan. Sedangkan kekurangannya adalah waktu pelaksanaannya cukup, membutuhkan fasilitator yang berpengalaman, biaya cukup mahal. Agar SL bisa berjalan secara efektif dan komprehensif (dari sisi ekologi, ekonomi dan sosial) diperlukan desain kegiatan yang menarik agar semangat peserta selalu terjaga serta desain monitoring dan evaluasi yang efektif.

Ratna Fadilah dari Yayasan Hutan Biru Makassar, Sulawesi Selatan menjelaskan bahwa SL dikembangkan sebagai respon terhadap pendekatan pelatihan dan pemberdayaan yang secara umum biasa dilaksanakan namun hasilnya tidak efektif.  SL Tambak melakukan pendekatan yang bersifat inovatif, partisipatif, dan interaktif yang menekankan pada pembelajaran berdasarkan penemuan dan penyelesaian masalah agar masyarakat pesisir mampu membangun rasanya percaya diri serta memperluas pengetahuan lokal secara berkelanjutan.

Keberhasilan SL Tambak juga sangat tergantung pada keberhasilan pengorganisasian kelompok petambak. Weningtyas menegaskan bahwa pengorganisasian kelompok petambak akan memudahkan pencapaian tujuan SL. Durasi waktu Sekolah Lapangan Petambak adalah minimal 1 siklus budidaya tambak (± 3 – 4 bulan) atau berdasarkan topik kultivan yang dipelajari. Di akhir sesi webinar, peserta diajak untuk membandingkan antara demplot pembelajaran dan kebiasaan/pembanding. Hasil akhir SL adalah proses pemahaman secara menyeluruh (holistik) anggota kelompok belajar terhadap persoalan dan penemuan solusi (munculnya critical thinking), bukan mengenai kuantitas atau nominal hasil panen semata.

Secara khusus, Prof. Sri Rejeki, Restiana W. Ariyati dan Lestari L. Widowati dari Departemen Akuakultur FPIK UNDIP memaparkan pelaksanaan Sekolah Lapang di Kabupaten Demak. Sekolah Lapangan berperan secara efektif dalam meningkatkan produksi tambak melalui penerapan teknologi Budidaya Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah (LEISA), sehingga mampu meningkatkan pendapatan pembudidaya. 

Prof. Sri Rejeki bersama tim memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada lebih dari 270 petambak di 10 desa di Kabupaten Demak dari tahun 2016 – 2019.  Materi yang diberikan antara lain: Cara Budidaya Ikan yang Baik; pengolahan tambak yang benar; pemantauan kualitas air tambak (pH, salinitas, suhu, oksigen terlarut); pengamatan warna air tambak dengan color card untuk mengetahui pertumbuhan plankton setelah pemberian MOL (pupuk cair) dan penerapan LEISA untuk budidaya tambak yeng berkelanjutan. Selama 3 tahun penerapan LEISA di 10 tersebut memiliki dampak positif yaitu petambak yang telah mengikuti SL mengalami peningkatan produksi bandeng sebanyak 2 kali lipat (200%), peningkatan produksi udang sebanyak 25-50% serta memperkecil resiko kegagalan panen.

Seri ke-2 dari rangkaian 3 Webinar Associated Mangrove Aquaculture yang diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube ini diinisiasi oleh Wetland International dan Ecoshape Foundation, dengan kontribusi partner Departemen Akuakultur FPIK UNDIP, NGO Blue Forest dan Wetland Internasional Indonesia.  Antusiasme peserta terlihat dalam sesi QnA yang dipandu oleh moderator Ibu Woro Yuniati. Diskusi berlangsung menarik dengan para narasumber dan Dr. Roel H. Bosma yang ikut berpartisipasi dari Wageningen, The Netherlands melalui platform Zoom. Webinar seri ke-2 ini dapat dilihat secara online melalui tautan YouTube Official FPIK UNDIP. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Manfaat Keahlian Menyelam dan Peluang Kerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

Manfaat Keahlian Menyelam dan Peluang Kerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

FPIK, SEMARANG – Salah satu program yang dimiliki Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) yaitu program training dan sertifikasi Selam Keahlian di Kepulauan Karimunjawa Jepara. Program yang sudah berjalan empat tahun sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 melalui kerja sama dengan Kwansei Gakuin University (KGU) Jepang cukup diminati para mahasiswa reguler maupun mahasiswa asing.

“Program training yang disebut Introduction to Scientific Diving ini sudah berjalan 4 tahun sejak 2016 hingga 2019 dan berhenti karena pandemi virus corona (Covid-19)”, jelas Dr. Munasik dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Kelautan FPIK UNDIP dalam wawancara pada Sabtu (19/6/2021). Beliau menambahkan kegiatan training ini adalah Kuliah Musim panas, Summer Course dihargai dengan 1-2 Satuan Kredit Semester (SKS).

Disampaikan pula bahwa capaian pembelajaran dari kegiatan ini adalah mahasiswa mampu menyelam SCUBA dan tersertifikasi sebagai Open Water Diver dari Association of Diving School International ADS-I. Di samping itu dosen-dosen juga memberikan materi kuliah tentang ekosistem kelautan tropis yaitu terumbu karang, mangrove dan lamun.

“Selain memberikan Training Scuba Diving, kita juga mendidik mereka untuk peduli terhadap ekosistem laut, mengunjungi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil dan terlibat dalam perbaikan terumbu karang”, imbuhnya.

Keahlian menyelam inilah yang membuat mahasiswa FPIK UNDIP diminta bantuan oleh Tim SAR daerah Jawa Tengah untuk membantu operasi pencarian korban tenggelam perahu wisata yang terbalik di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Boyolali pada pertengahan bulan Mei yang lalu. Juga beberapa kegiatan kemanusiaan lainnya yang berhubungan dengan kecelakaan di dalam air.

Foto: Seorang mahasiswa FPIK sedang melakukan scuba water entry di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara

FPIK UNDIP memiliki 6 departemen, meliputi Departemen Akuakultur, Departemen Sumber Daya Akuatik, Departemen Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan, Departemen Oseanografi dan Departemen Teknologi Hasil Perikanan. Didukung dengan pengajar yang berkompetensi dengan kualifikasi 55 diantaranya bergelar doktor yang diperkuat oleh 19 Guru Besar aktif saat ini.

Alumni FPIK UNDIP telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan diberbagai bidang baik di pemerintahan, pendidikan, kesehatan, TNI, perusahaan swasta, BUMN maupun wirausahawan. Tidak sedikit pula lulusan FPIK UNDIP yang memegang posisi strategis seperti Sakina Roselasari sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah, kemudian Ir. Haris Muhtadi sebagai Direktur Marketing Aquafeed sekaligus Ketua GPMT, ditambah lagi A. Karding sebagai politisi, Benaya Semeon aktif di Wildlife Conservation Society (WCS), Widhya Nugroho Satrioajie, S.Pi., M.Si. sebagai Peneliti Ahli Muda Pusat Penelitian Biologi di Cibinong Science Center LIPI, Herda Bolly sebagai Quality Control di perusahaan makanan asing Belanda, Kharisma R. Dahono sebagai Manager Bank Mandiri, dan Sudiarso sebagai pengusaha PT Kurinia Mitra Makmur.

“Ini menunjukkan bahwa lulusan FPIK UNDIP memiliki peluang untuk bekerja di berbagai bidang”, ungkap Dekan FPIK UNDIP Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D pada wawancara terpisah pada Minggu (20/6/2021). Lebih lanjut Prof. Tri Winarni menyampaikan bahwa mahasiswa tidak hanya belajar yang berkaitan dengan keilmuan, tetapi juga diberikan materi yang berkaitan dengan manajemen dan bisnis. “Sehingga lulusan FPIK UNDIP tidak sebatas menyelami perairan, namun mampu berselancar ke berbagai dunia kerja dan memiliki banyak peluang diantaranya menjadi peneliti, pendidik, pengembang akuakultur, konsultan, ahli konservasi, instruktur akuakultur, manajer, pengusaha hingga anggota parlemen”, pungkasnya. (Utami | Tim Humas UNDIP)