Potensi Perairan Indonesia Melimpah, Departemen Sumber Daya Akuatik UNDIP Tawarkan 3 Strata Program Studi Ini

Potensi Perairan Indonesia Melimpah, Departemen Sumber Daya Akuatik UNDIP Tawarkan 3 Strata Program Studi Ini

FPIK, SEMARANG -​ Indonesia memiliki sumber daya perairan yang melimpah, tak hanya 1/3 luas lautannya bahkan berawal dari hulu hingga hilir. Hal ini merupakan motivasi Program Studi (Prodi) Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) yang ada di Departemen Sumber Daya Akuatik (SDA) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) untuk siap mencetak sumber daya manusia yang unggul dibidang sumber daya perairan.

Melihat begitu besarnya potensi sumber daya perairan yang dimiliki oleh kita saat ini, Ketua Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP, Dr. Ir. Suryanti, M.Pi, berpendapat bahwa walaupun sumber daya alam perairan (akuatik) Indonesia sangat beragam dan berlimpah, tetapi semua potensi yang tersedia belum didayagunakan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat karena masih terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengelola.

“Dalam konteks bagaimana sumber daya akuatik dikelola, tugas kami adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia yang unggul. Selain melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat yang terkait dengan hal tersebut sebagai institusi pendidikan tinggi,” ujarnya, Senin (28/6/2021). Menurut Suryanti, potensi yang ada pada sumber daya alam akuatik bisa dikatakan tak terbatas; sehingga perlu dipersiapkan SDM yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan kompetensi untuk mengelolanya. UNDIP menyadari pentingnya hal itu, sehingga PTN BH yang berada di Kota Semarang ini tergerak menyelenggarakan prodi yang berkait dengan pengelolaan sumber daya akuatik.

Foto: Ketua Prodi S1 MSP FPIK UNDIP Dr. Ir. Suryanti, M.Pi saat melakukan penelitian di lapangan

Sumber daya akuatik sendiri adalah suatu dimensi kekayaan alam yang berada di laut atau samudera, sungai, rawa, mata air, danau, waduk, serta pendayagunaan kolam-kolam buatan. Di dalamnya ada berbagai macam sumber daya yang bermanfaat bagi kehidupan mulai dari ikan yang menjadi sumber omega 3, vitamin, mineral dan protein; kemudian udang, cumi- cumi, gurita dan sejenisnya sebagai sumber gizi; rumput laut sebagai sumber serat; tumbuhan-tumbuhan  serta biota laut lainnya salah satunya sea urchin yang bisa menjadi sumber farmakologi; mutiara; serta pasir dan berbagai bahan mineral yang ada perairan yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan sebagai upaya ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19.

“Kita berada di negeri yang kaya dengan sumber daya akuatik. Jumlahnya berlimpah, dan jenisnya sangat beragam dan berlimpah. Ini challenge bagi generasi muda untuk menjawabnya. Kita sangat berharap para siswa SMA dan yang sederajat terjun ke bidang ini; kalau tidak maka tenaga-tenaga asing pasti masuk,” pungkasnya. Rasa tangung jawab sebagai lembaga pendidikan tinggi itu pula yang menjadikan UNDIP memiliki komitmen besar membuka Prodi MSP Departemen SDA FPIK. Prodi yang sudah memiliki Akreditas A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), agar pengelolaan kekayaan dilakukan oleh anak-anak negeri, bukan oleh tenaga kerja asing.

Prodi MSP Departemen SDA FPIK UNDIP berupaya maksimal untuk menyiapkan SDM yang mumpuni, bukan hanya menguasai pengetahuan dan mampu menerapkannya, namun bisa mengembangkan pengelolaan perairan dan perikanan untuk mengendalikan tingkat pemanfaatan sumber daya hayati perairan secara rasional, lestari dan keberlanjutan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat. “Target kami menghasilkan tenaga ahli yang berkarakter COMPLETE dan kompeten di bidang sumber daya akuatik,” tegas Suryanti.

Foto: Sertifikat Akreditasi BAN-PT Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan memenuhi syarat peringkat “A”

Ada tiga program studi yang diselenggarkan untuk menghasilkan SDM yang handal mengelola sumber daya perairan, yaitu melalui Program Studi Sarjana (S1) Manajemen Sumber Daya Perairan; Program Magister Manajemen Sumber Daya Pantai (S2); dan Program Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai (S3). “Dengan Predikat Terakreditasi A BAN PT di Departemen Sumber Daya Akuatik sudah lengkap sehingga untuk pengembangan keilmuannya bisa saling mendukung,” ujar Suryanti yang juga merangkap jabatan sebagai Plt Ketua Program Studi S1 Manajemen Sumber Daya Perairan.

UNDIP menargetkan agar para lulusannya selain memiliki karakter COMPLETE, juga memiliki kompetensi dan kualifikasi keahlian yang diakui secara nasional dan internasional. Karakter COMPLETE diartikan mampu menjadi Communicator (mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis), Professional (bekerja sesuai dengan prinsip, pengembangan berdasar prestasi dan menjujunjung tinggi kode etik), Leader (menjadi pemimpin yang adaptif, tanggap terhadap lingkungan, proaktif, bisa menjadi motivator, tangkas membangun kerjasama), Entrepreneur (etos kerja tinggi, memiliki ketrampilan berwirausaha, inovatif, kemandirian), Thinker (mampu berpikir kritis, belajar sepanjang hayat, bisa melakukan penelitian), dan Educator (mampu menjadi agen-agen perubahan).

Kompetensi, UNDIP mensyaratkan prodi yang ada untuk mengembangkan kemampuan lulusannya agar mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan. Departemen SDA FPIK, secara langsung menerapkan KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) sebagai kerangka penjenjangan kualifikasi SDM yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan untuk menunjang profesi. Lulusan Prodi S1 dipastikan berada di level 6, lulusan S2 berada di level 7 dan lulusan program S3 berada di level 9.

Selain KKNI, Prodi MSP yang ada di Departemen Sumber Daya Akuatik juga menerapkan standar keahlian yang diperlukan agar lulusannya bisa beraktivitas secara maksimal di lingkungan perairan. Keahlian renang menjadi syarat yang harus dipenuhi agar mahasiswa bisa lulus dari Prodi MSP. “Tentu ada yang lebih spesifik yang diberikan melalui perkuliahan dan praktik laboratorium serta praktik lapangan,” pungkasnya. (Kutip: joss.co.id | lna)

Haris Muhtadi Alumni FPIK UNDIP, Kini Sukses Pimpin Perusahaan Pakan Internasional

Haris Muhtadi Alumni FPIK UNDIP, Kini Sukses Pimpin Perusahaan Pakan Internasional

FPIK, SEMARANG – Ribuan alumni Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tersebar di penjuru tanah air memiliki cerita tersendiri atas kesuksesan yang diraihnya saat ini. Yang pasti, mereka mengaku bersyukur karena mendapatkan pengalaman belajar di salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) terbaik yang kini kampusnya berpusat di Tembalang, Kota Semarang. Tentu banyak suka dan duka yang dialami, selain kisah-kisah yang bisa menginspirasi. Salah satunya adalah kisah sukses Haris Muhtadi, alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP). Haris adalah sosok yang semenjak tahun 2018 dipercaya menjadi Direktur Sales and Marketing di PT CJ Feed and Care Indonesia, perusahaan pakan ikan dan udang serta pakan ternak yang memiliki pabrik di Medan, Lampung, Serang (Banten), Batang (Jawa Tengah), Jombang (Jawa Timur) dan Banjarmasin. Dia merupakan mahasiswa angkatan pertama di Perikanan dan Kelautan.

Karirnya di perusahaan yang memiliki 6 pabrik di Indonesia, 2 pabrik di Korea, 9 pabrik di China, 4 pabrik di Vietnam, dan 1 pabrik di Filipina ini tergolong bersinar. Padahal sewaktu kuliah, pria kelahiran Kabupate Pati tanggal 26 Juli 1966 ini merasa biasa-biasa saja. Terdaftar di Jurusan Perikanan UNDIP Tahun 1984 yang waktu itu bernaung di Fakultas Peternakan dan Perikanan, Haris mengaku tak menonjol dibidang akademik. Dia menegaskan, kuliah di Jurusan Perikanan adalah pilihan pertamanya setamat sekolah menengah atas. “Perikanan adalah pilihan pertama saya,” tegasnya. Karena itu, meski mengaku tak menonjol di bidang akademik, gelar Sarjana Perikanan bisa diraihnya pada tahun 1989.

“Kebetulan dulu saya bukan mahasiswa yang menonjol secara akademis tapi lebih banyak melakukan aktivitas di luar untuk berinteraksi dengan berbagai golongan, jenis orang, jenis pemikiran itulah yang hari-hari saya ini terasa bermanfaat,” kata Haris Muhtadi yang juga menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), saat diwawancara pada Kamis (24/6/2021). Semangat tinggi untuk terus belajar dan membangun jaringan menjadi salah satu pintu kesuskesan. “Salah satunya terus update ilmu baru meskipun tidak melalui jalur formal menjadi sarjana S2. Pengembangan diri bisa didapat juga melalui training, short course, workshop dan seminar yang biasa diikuti selama kita bekerja,” kata alumni SMAN 1 Pati ini. Karena itulah, selain dipercaya menjadi salah satu orang penting di perusahaan pakan yang berpusat di Korea Selatan, sejak tahun 2016 dia juga dipercaya menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), organisasi tempat para produsen pakan ternak, pakan ikan dan pakan udang di Indonesia Berhimpun.

Di GPMT, alumni FPIK UNDIP ini tegas dalam menyuarakan aspirasi para anggotanya agar bisa terus eksis dan memberikan kontribusi pada usaha perikanan dan peternakan di Indonesia. Pengalamannya bergiat saat masih di Kampus Diponegoro, berpengaruh terhadap pola pikir dan pola tindak ketika dalam lingkungan pekerjaan dan organisasi. Pada posisinya sekarang sebagai direktur dari sebuah perusahaan pakan berskala internasional, dirinya pun harus bertemu sangat banyak orang, dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berasal dari berbagai bangsa. Di situlah beberapa pengalaman masa lalunya yang saat ini terasa relevan.

Foto: Haris Muhtadi Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

“Ternyata kunci dari berbagai deal business adalah bagaimana meyakinkan pihak lain bahwa ide kita ini layak untuk dibeli oleh client atau customer. Jadi, pesan saya untuk teman-teman mahasiswa maupun calon mahasiswa yang ingin belajar tentang Kelautan dan Perikanan khususnya di UNDIP, cobalah untuk lebih aktif bukan hanya di kelas dan mengejar keberhasilan akademis. Belajarlah juga dari luar kelas,” terangnya. Menurut dia, para mahasiswa yang mau belajar di luar kelas akan lebih banyak berinteraksi dengan sebanyak mungkin orang dengan latar belakang budaya, suku, negara, dan bangsa yang berbeda.  Maka disitulah mahasiswa akan dapat kekayaan intelektual. “Wawasan yang luas akan menjadi senjata yang bagus untuk bersosialisasi. Dengan luasnya pergaulan, membantu peningkatan pengakuan dari masyarakat sesuai bidang usaha, secara tidak langsung mempermudah kerja dan peningkatan karir kita,” dia menambahkan.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, dirinya juga mengajak para mahasiswa untuk terus kreatif dan tetap bersemangat dalam belajar. Dia menyarankan agar mahasiswa memperbaiki kemampuan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris. “Jangan berhenti belajar.” Hal lain yang disarankannya adalah untuk tidak berhenti membaca buku bidang apapun sesuai minat. Tersedianya sarana teknologi komunikasi, menurut dia, memudahkan kita dalam belajar. “Kalau kita persiapkan sebaik mungkin dan hidup kembali normal, kita tidak ketinggalan kereta, tetap update info dan tahu perkembangan zaman. The show must go on, Covid-19 bukan alasan untuk berhenti mengembangkan diri,” tegas Haris.

Yang pasti, selaku alumni dia mengucapkan terima kasih kepada UNDIP sebagai lembaga yang turut membentuk karakter dan keahliannya, khususnya para dosen dan senior yang selalu membimbingnya. “Tidak lupa, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada para dosen dan juga para senior yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam hidup saya,” pungkasnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Sekolah Lapangan Tambak, Jadi Solusi Budidaya Berkelanjutan | Webinar Series #2

Sekolah Lapangan Tambak, Jadi Solusi Budidaya Berkelanjutan | Webinar Series #2

​FPIK, SEMARANG – Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP), pekan lalu menyelenggarakan Webinar bertajuk Aquaculture Supporting Mangrove seri ke-2 dengan tema Coastal Field School atau Sekolah Lapangan Tambak pada Rabu (09/06/2021). Webinar seri ke-2 ini menghadirkan sejumlah expert, akademisi dan praktisi lapangan yaitu Benjamin Brown, Ph.D (Charles Darwin University), Syafruddin, S. P (Balai Proteksi Tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan), Ratnawaty Fadilah, M.Si (Departemen Teknologi Pertanian Universitas Negeri Makassar), Weningtyas Kismorodati, M.Si (community development).

Benjamin Brown, Ph.D. selaku Chief Technical Advisor Yayasan Hutan Biru menjelaskan berkaitan dengan webinar seri ke-1, tanggal 2 Juni lalu mengenai Associated Mangrove Aquaculture (AMA), Ben mengatakan bahwa AMA yang diterapkan oleh proyek Building with Nature di Kabupaten Demak menawarkan solusi yaitu pemberian insentif untuk “mengorbankan” sebidang tambak budidaya sepanjang 20 meter untuk rehabilitasi bakau. Mangrove yang terbentuk tersebut kemudian terhubung secara hidrologis dengan ekosistem sungai dan pesisir sehingga mampu mengurangi guncangan dan gangguan seperti banjir. Pendekatan Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) tersebut bersama-sama dengan pelaksanaan sekolah lapangan (SL) pembudidaya akan menghasilkan praktik pengelolaan yang lebih baik.

Syafruddin, fasilitator SL dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan yang menjelaskan SL memiliki kelebihan antara lain meningkatkan kemampuan observasi dan pengetahuan petani atau petambak melalui pembelajaran berbasis penemuan, membangun kepercayaan diri dan meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan dan memecahkan masalah, mengubah keyakinan dan perilaku yang telah berakar, mendorong budidaya yang ramah lingkungan. Sedangkan kekurangannya adalah waktu pelaksanaannya cukup, membutuhkan fasilitator yang berpengalaman, biaya cukup mahal. Agar SL bisa berjalan secara efektif dan komprehensif (dari sisi ekologi, ekonomi dan sosial) diperlukan desain kegiatan yang menarik agar semangat peserta selalu terjaga serta desain monitoring dan evaluasi yang efektif.

Ratna Fadilah dari Yayasan Hutan Biru Makassar, Sulawesi Selatan menjelaskan bahwa SL dikembangkan sebagai respon terhadap pendekatan pelatihan dan pemberdayaan yang secara umum biasa dilaksanakan namun hasilnya tidak efektif.  SL Tambak melakukan pendekatan yang bersifat inovatif, partisipatif, dan interaktif yang menekankan pada pembelajaran berdasarkan penemuan dan penyelesaian masalah agar masyarakat pesisir mampu membangun rasanya percaya diri serta memperluas pengetahuan lokal secara berkelanjutan.

Keberhasilan SL Tambak juga sangat tergantung pada keberhasilan pengorganisasian kelompok petambak. Weningtyas menegaskan bahwa pengorganisasian kelompok petambak akan memudahkan pencapaian tujuan SL. Durasi waktu Sekolah Lapangan Petambak adalah minimal 1 siklus budidaya tambak (± 3 – 4 bulan) atau berdasarkan topik kultivan yang dipelajari. Di akhir sesi webinar, peserta diajak untuk membandingkan antara demplot pembelajaran dan kebiasaan/pembanding. Hasil akhir SL adalah proses pemahaman secara menyeluruh (holistik) anggota kelompok belajar terhadap persoalan dan penemuan solusi (munculnya critical thinking), bukan mengenai kuantitas atau nominal hasil panen semata.

Secara khusus, Prof. Sri Rejeki, Restiana W. Ariyati dan Lestari L. Widowati dari Departemen Akuakultur FPIK UNDIP memaparkan pelaksanaan Sekolah Lapang di Kabupaten Demak. Sekolah Lapangan berperan secara efektif dalam meningkatkan produksi tambak melalui penerapan teknologi Budidaya Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah (LEISA), sehingga mampu meningkatkan pendapatan pembudidaya. 

Prof. Sri Rejeki bersama tim memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada lebih dari 270 petambak di 10 desa di Kabupaten Demak dari tahun 2016 – 2019.  Materi yang diberikan antara lain: Cara Budidaya Ikan yang Baik; pengolahan tambak yang benar; pemantauan kualitas air tambak (pH, salinitas, suhu, oksigen terlarut); pengamatan warna air tambak dengan color card untuk mengetahui pertumbuhan plankton setelah pemberian MOL (pupuk cair) dan penerapan LEISA untuk budidaya tambak yeng berkelanjutan. Selama 3 tahun penerapan LEISA di 10 tersebut memiliki dampak positif yaitu petambak yang telah mengikuti SL mengalami peningkatan produksi bandeng sebanyak 2 kali lipat (200%), peningkatan produksi udang sebanyak 25-50% serta memperkecil resiko kegagalan panen.

Seri ke-2 dari rangkaian 3 Webinar Associated Mangrove Aquaculture yang diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube ini diinisiasi oleh Wetland International dan Ecoshape Foundation, dengan kontribusi partner Departemen Akuakultur FPIK UNDIP, NGO Blue Forest dan Wetland Internasional Indonesia.  Antusiasme peserta terlihat dalam sesi QnA yang dipandu oleh moderator Ibu Woro Yuniati. Diskusi berlangsung menarik dengan para narasumber dan Dr. Roel H. Bosma yang ikut berpartisipasi dari Wageningen, The Netherlands melalui platform Zoom. Webinar seri ke-2 ini dapat dilihat secara online melalui tautan YouTube Official FPIK UNDIP. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Perlindungan Pesisir Laut, Gunakan Konsep Eksistensi Tambak dan Hutan Mangrove | Webinar Series #1

Perlindungan Pesisir Laut, Gunakan Konsep Eksistensi Tambak dan Hutan Mangrove | Webinar Series #1

FPIK, SEMARANG – Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) memperkenalkan konsep baru dalam perlindungan pesisir laut, yakni hutan mangrove dan eksistensi tambak bagi petani. Konsep baru ini dinilai berhasil dalam menjaga ketiganya terhadap ancaman abrasi dan penurunan permukaan tanah di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura). Guru Besar Departemen Akuakultur FPIK UNDIP, Prof. Dr. Sri Rejeki menjelaskan konsep baru ini bernama Associated Mangrove Aquaculture (AMA) atau sistem tambak terhubung mangrove.

Latar belakang konsep AMA ini adalah adanya penurunan permukaan tanah yang disebabkan berbagai faktor. Mulai dari masifnya penggunaan air tanah, penebangan hutan mangrove yang akhirnya menyebabkan 640 hektar tambak hilang di Kabupaten Demak dan 900 hektar lainnya terdampak akibat penurunan tanah maupun abrasi. Abrasi mengakibatkan morfologi pantai berubah dan garis pantai berpindah. Akibatnya, kualitas lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat juga berubah. Apalagi, banyak petambak yang mulai kehilangan tambak dan menyebabkan pengangguran serta kemiskinan baru. “Konsep AMA ini berbeda dengan sebelumnya, silvofishery. Di mana mangrove tidak ditanam di pematang atau di dalam tambak,” kata Sri Rejeki dalam Webinar Series #1Aquaculture Supporting Mangrove”, yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.

Dalam webinar yang dibuka oleh Dekan FPIK UNDIP, Prof. Dr. Tri Winarni Agustini tersebut menampilkan sejumlah narasumber, yaitu Project Manager and Researcher at The Chair Group Aquaculture and Fisheries (AFI) 2001 – 2019, Dr Roel H Bosma; Dosen Departemen Akuakultur FPIK UNDIP, Restiana Wisnu Ariyati MSi; Pengembang Komunitas pada Building with Nature Project yang memfasilitasi perencanaan 9 desa di Kabupaten Demak, Eko Budi Priyanto; dan peneliti Deltares, Ira Wardani.

Prof. Sri Rejeki menyampaikan umumnya tambak di pinggir sungai atau laut punya tanggul dengan lebar yang sempit atau langsung terhubung dengan badan air tanpa proteksi apapun. Sehingga rawan rob atau gelombang air laut. Konsep silvofishery yang menumbuhkan mangrove di dalam tambak atau pematang, kenyataanya hasil kurang optimal untuk budidaya maupun perlindungan pesisir. Karena penurunan kualitas air dan mangrove terlalu rimbun tanpa perawatan. Sistem AMA, pada prinsipnya adalah memperlebar tanggul yang berbatasan dengan sungai atau laut. “Hal itu sebagai sarana menumbuhkan mangrove untuk green belt. Misal, tambak dengan lebar kurang dari 30 meter dari tepian aliran sungai atau laut, disarankan seluruh tambak sebagai sabuk hijau. Jika di atas 30 meter, maka bangun green belt 10 meter. Caranya dengan mundurkan tanggul tambak dengan membuat tanggul baru secara bertahap. Melalui cara ini biasanya mangrove akan tumbuh seiring terbentuknya sedimen. Kemudian dibangun tanggul baru berikutnya. Prinsip AMA, mangrove tak berada atau tidak ditanam di pematang atau di pelataran tambak. Konsep lama, silvofishery, di mana pantai dan pematang tambak tak terlindungi’’ ujarnya.

Project Manager and Researcher at The Chair Group Aquaculture and Fisheries (AFI) 2001 – 2019, Dr. Roel H Bosma menjelaskan banyak negara yang abai terhadap hutan mangrove ini. Di sepanjang Pantura Jawa, kerusakan hutan mangrove menyebabkan hilangnya permukiman, infrastruktur dan ratusan hektare tambak. Untuk itu perlu dilakukan perlindungan dengan melindungi hutan mangrove yang tersisa. “Kurangi penggunaan air tanah, peningkatan SDM masyarakat melalui pelatihan, mengganti tambak dengan mangrove,” katanya.

Foto: Dekan FPIK UNDIP Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D. sedang melakukan sambutan pada acara webinar series #1 Aquaculture Supporting Mangrove. 

Dalam sambutannya Dekan FPIK UNDIP, Prof. Dr. Tri Winarni Agustini mengatakan webinar tersebut akan terbagi menjadi tiga series. Dua webinar lanjutan akan diselenggarakan dua pekan mendatang. “Ini momen bagus untuk mencermati tentang peran akuakultur dalam berkontribusi untuk pemulihan ekosistem mangrove,” tutur Tri Winarni.

Ketua Departemen Aquakultur FPIK UNDIP, Dr. Sarjito MAppSc sangat mengapresiasi terselenggaranya webinar ini. Webinar ini merupakan kolaborasi internasional dan disebar luaskan pada stakeholder pada bidang perikanan budidaya khususnya. Pembaharuan konsep, pola pikir dan teknologi akan terus dilakukan oleh peneliti – peneliti departemen ini untuk mendukung budidaya ramah lingkungan dan dalam meningkatkan ekonomi pesisir.

Di akhir sesi, Lestari Widowati, M.Si selaku master of ceremony sekaligus moderator, memandu diskusi beberapa pertanyaan dari peserta melalui zoom meeting dan YouTube channel. Isu kepemilikan lahan, banjir rob, dan peningkatan produksi udang pada system AMA menarik antusiasme dari peserta webinar dan menjadi bahan diskusi yang menarik. Ucapan terima kasih kepada para donor dari Ecoshape foundation dalam project Building with Nature Indonesia disampaikan oleh Riri untuk mengakhiri webinar sesi 1 ini. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Manfaat Keahlian Menyelam dan Peluang Kerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

Manfaat Keahlian Menyelam dan Peluang Kerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

FPIK, SEMARANG – Salah satu program yang dimiliki Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) yaitu program training dan sertifikasi Selam Keahlian di Kepulauan Karimunjawa Jepara. Program yang sudah berjalan empat tahun sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 melalui kerja sama dengan Kwansei Gakuin University (KGU) Jepang cukup diminati para mahasiswa reguler maupun mahasiswa asing.

“Program training yang disebut Introduction to Scientific Diving ini sudah berjalan 4 tahun sejak 2016 hingga 2019 dan berhenti karena pandemi virus corona (Covid-19)”, jelas Dr. Munasik dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Kelautan FPIK UNDIP dalam wawancara pada Sabtu (19/6/2021). Beliau menambahkan kegiatan training ini adalah Kuliah Musim panas, Summer Course dihargai dengan 1-2 Satuan Kredit Semester (SKS).

Disampaikan pula bahwa capaian pembelajaran dari kegiatan ini adalah mahasiswa mampu menyelam SCUBA dan tersertifikasi sebagai Open Water Diver dari Association of Diving School International ADS-I. Di samping itu dosen-dosen juga memberikan materi kuliah tentang ekosistem kelautan tropis yaitu terumbu karang, mangrove dan lamun.

“Selain memberikan Training Scuba Diving, kita juga mendidik mereka untuk peduli terhadap ekosistem laut, mengunjungi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil dan terlibat dalam perbaikan terumbu karang”, imbuhnya.

Keahlian menyelam inilah yang membuat mahasiswa FPIK UNDIP diminta bantuan oleh Tim SAR daerah Jawa Tengah untuk membantu operasi pencarian korban tenggelam perahu wisata yang terbalik di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Boyolali pada pertengahan bulan Mei yang lalu. Juga beberapa kegiatan kemanusiaan lainnya yang berhubungan dengan kecelakaan di dalam air.

Foto: Seorang mahasiswa FPIK sedang melakukan scuba water entry di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara

FPIK UNDIP memiliki 6 departemen, meliputi Departemen Akuakultur, Departemen Sumber Daya Akuatik, Departemen Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan, Departemen Oseanografi dan Departemen Teknologi Hasil Perikanan. Didukung dengan pengajar yang berkompetensi dengan kualifikasi 55 diantaranya bergelar doktor yang diperkuat oleh 19 Guru Besar aktif saat ini.

Alumni FPIK UNDIP telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan diberbagai bidang baik di pemerintahan, pendidikan, kesehatan, TNI, perusahaan swasta, BUMN maupun wirausahawan. Tidak sedikit pula lulusan FPIK UNDIP yang memegang posisi strategis seperti Sakina Roselasari sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah, kemudian Ir. Haris Muhtadi sebagai Direktur Marketing Aquafeed sekaligus Ketua GPMT, ditambah lagi A. Karding sebagai politisi, Benaya Semeon aktif di Wildlife Conservation Society (WCS), Widhya Nugroho Satrioajie, S.Pi., M.Si. sebagai Peneliti Ahli Muda Pusat Penelitian Biologi di Cibinong Science Center LIPI, Herda Bolly sebagai Quality Control di perusahaan makanan asing Belanda, Kharisma R. Dahono sebagai Manager Bank Mandiri, dan Sudiarso sebagai pengusaha PT Kurinia Mitra Makmur.

“Ini menunjukkan bahwa lulusan FPIK UNDIP memiliki peluang untuk bekerja di berbagai bidang”, ungkap Dekan FPIK UNDIP Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D pada wawancara terpisah pada Minggu (20/6/2021). Lebih lanjut Prof. Tri Winarni menyampaikan bahwa mahasiswa tidak hanya belajar yang berkaitan dengan keilmuan, tetapi juga diberikan materi yang berkaitan dengan manajemen dan bisnis. “Sehingga lulusan FPIK UNDIP tidak sebatas menyelami perairan, namun mampu berselancar ke berbagai dunia kerja dan memiliki banyak peluang diantaranya menjadi peneliti, pendidik, pengembang akuakultur, konsultan, ahli konservasi, instruktur akuakultur, manajer, pengusaha hingga anggota parlemen”, pungkasnya. (Utami | Tim Humas UNDIP)

Mahasiswa FPIK dan Mahasiswa Jepang Perbaiki Terumbu Karang di Karimunjawa

Mahasiswa FPIK dan Mahasiswa Jepang Perbaiki Terumbu Karang di Karimunjawa

FPIK, SEMARANG – Kegiatan kuliah sekaligus training dan sertifikasi Selam Keahlian yang digelar Program Studi (Prodi) Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara patut didukung. Pasalnya, program yang sudah berjalan empat tahun sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 melalui kerja sama dengan Kwansei Gakuin University (KGU) Jepang cukup diminati para mahasiswa reguler maupun mahasiswa asing.

Dosen Ilmu Kelautan FPIK UNDIP, Dr Munasik, saat diwawancara melalui telepon, Jumat (19/6/2021), mengatakan program training yang disebut Introduction to Scientific Diving ini sudah berjalan 4 tahun sejak 2016, 2017,2018, 2019 dan berhenti karena pandemi virus corona (Covid-19).

Beliau mengatakan, kegiatan training ini adalah Kuliah Musim Panas, Summer Course dihargai dengan 1-2 Satuan Kredit Semester (SKS). “Awalnya, pada tahun 2016 Prodi Ilmu Kelautan mengeluarkan transfer kredit 1 SKS untuk mahasiswa Jepang. Karena berlangsung lebih dari 10 hari, mahasiswa Jepang yang mengikuti training dan kemudian mendapatkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dari Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK),” tambah Munasik.

Dijelaskan juga, capaian pembelajaran dari kegiatan ini adalah mahasiswa mampu menyelam SCUBA dan tersertifikasi sebagai Open Water Diver dari Association of Diving School International (ADS-I). Di samping itu dosen-dosen juga memberikan materi kuliah tentang ekosistem kelautan tropis yaitu terumbu karang, mangrove dan lamun. “Kita juga mendidik mereka untuk peduli terhadap ekosistem laut, mengunjungi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil dan terlibat dalam perbaikan terumbu karang,” jelasnya.

Mahasiswa juga diajak melakukan transplantasi karang pada substrat terumbu buatan APR (Artificial Patch Reef) yang telah disiapkan.  Setiap penyelam yang melakukan transplantasi karang memasang tanda, tagging nama sehingga menyerupai program coral adoption. “Ternyata para penyelam memiliki kesan yang mendalam terhadap kegiatan ini dan berharap fragmen karang hasil transplantasinya dapat tumbuh dan di kemudian hari mereka dapat menyaksikan hasil pertumbuhan koloni karangnya. Ini akan mendorong program wisata partisipatif, wisatawan akan berminat untuk kunjungan berikutnya,” kata Koordinator Artificial Habitat Research Group UNDIP ini.

Foto: Dr. Ir. Munasik, M.Sc

Menurut dosen Program Studi Ilmu Kelautan ini, program wisata terumbu buatan tersebut akan berpotensi sebagai objek wisata alternatif bawah air dan akan berdampak terhadap variasi obyek wisata di Karimunjawa karena dapat dipasang di berbagai lokasi perairan dangkal pulau-pulau kecil di Karimunjawa.  Program ini juga berbasis masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam penyediaan bibit fragmen karang untuk diadopsi oleh wisatawan. “Atraksi wisata bawah air ini juga dapat mendidik masyarakat dan wisatawan untuk sadar lingkungan. Dan tentunya obyek wisata terumbu buatan dapat berkontribusi memperbaiki ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan,” ujarnya.

Foto: Pemasangan Artificial Patch Reef oleh UNDIP dan KGU 

Mengapa memilih Karimunjawa? Munasik mengatakan, karena di sana merupakan satu-satunya situs ekosistem laut tropis yang lengkap dan masih terjaga. Ia juga bercerita, ketika berkunjung ke KGU Senda Jepang, di awal 2018, program ini sangat terkenal dan menjadi favorit bagi mahasiswa KGU, di samping mahal juga sangat menantang. Mereka harus bisa berenang dan sehat.

Hasilnya, mahasiswa asing yang mengikuti untuk Scientific Diving ini dari tahun ke tahun meningkat dari 4 mahasiswa dengan 2 profesor pendamping dan admin kemudian meningkat sampai 8 orang ditambah pendamping. “Program ini, seharusnya menjadi model paket pariwisata edu-ekowisata yang khas Karimunjawa sehingga akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat Karimunjawa. Karena kami memadukan training selam, kuliah koralogi dan ecotourism. Apa itu, hasil produk riset kami yang disebut dengan terumbu buatan APR bisa menjadi atraksi wisata bawah air yang baru bagi wisatawan,” harapnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Times Higher Education Asia University Rankings 2021: UNDIP Nomor 6 di Indonesia

Times Higher Education Asia University Rankings 2021: UNDIP Nomor 6 di Indonesia

FPIK, SEMARANG -​ Times Higher Education (THE) kembali mengeluarkan hasil pemeringkatan untuk tingkat Asia pada awal Juni 2021. Hasilnya menempatkan Universitas Diponegoro (UNDIP) pada posisi ke-6 di Indonesia dan 401+ di Asia. The Times Higher Education Asia University Rankings 2021 menggunakan 13 indikator kinerja yang juga digunakan untuk melakukan pemeringkatan global dengan memberikan pembobotan yang dikalibrasi secara khusus untuk dapat merefleksikan prioritas-prioritas lembaga pendidikan di Asia.

Ketatnya penilaian yang dilakukan THE membuat hanya 9 perguruan tinggi di Indonesia yang berhasil masuk pemeringkatan berdasar urutan peringkatnya adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Padjajaran, Universitas Telkom dan Universitas Brawijaya. Universitas Indonesia berada posisi puncak dengan total nilai 32,9. THE melakukan penilaian terhadap 13 indikator kinerja meliputi empat misi utama pendidikan tinggi yaitu pengajaran, penelitian, alih pengetahuan kepada masyarakat luas dan kiprah internasional. Tahun ini, UNDIP berhasil meraih nilai yang cukup tinggi pada sitasi dan penelitian.

UNDIP berada pada posisi 401+ dengan nilaii range keseluruhan (overall) 12,9-21,6 dan overall calculation 19,8. Sitasi 15; industry income (alih pengetahuan ke dunia industri); 43,2, international outlook (dihitung berdasar rasio jumlah pengajar, mahasiswa, staf asing serta kerja sama internasional) 26,5; penelitian 12,8 dan pengajaran 24,9.

Kepala Kantor Pemeringkatan UNDIP, Prof. Dr. Denny Nugroho, ST., M.Si, mengatakan bahwa THE mengacu pada urutan huruf (alphabet) untuk kelompok peringkat rentang yang sama yaitu 401+ dengan nilai skor overall 12,9-21,6. Sedangkan jika dilakukan perhitungan dan analisis data berdasarkan indikator Citation (30%), Industry income (7,5%), International outlook (7,5%), Research (30%), Teaching (25%), maka nilai skor total UNDIP adalah 19,8 sehingga berada pada urutan ke-6 nasional.

“Kami sudah melakukan perhitungan dan mengurutkan berdasarkan nilai skor totalnya. Bila tidak cermat dan hati-hati kita bisa keliru memaknainya. Beberapa media biasanya hanya melihat urutan yang ada di website untuk melihat urutan pemeringkatannya,” kata Prof. Denny Nugroho, Minggu (6/6/2021).

Hasil pemeringkatan saat ini menjadi salah satu acuan penting yang dipakai pelajar dan keluarganya dalam memilih universitas. Pemerintah dan kalangan perguruan tinggi juga menjadikan hasil pemeringkatan THE sebagai acuan berbagai kebijakan. Tingginya kebutuhan atas hasil pemeringkatan dibuktikan dengan jumlah kunjungan yang tinggi terhadap website THE World University Rankings, di mana dalam setahun jumlah kunjungan mencapai hampir 30 juta.

Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum, menegaskan perguruan tinggi yang saat ini dipimpinnya terus melakukan penyempurnaan agar kualifikasi lulusan dan proses pembelajarannya makin membaik dan sesuai dengan cita-cita yang digariskan. “Kami terus mendorong kualifikasi para dosen dengan program one professor one candidate. Untuk riset, bukan hanya dosen dan peneliti yang terus menghasilkan karya ilmiah bereputasi, mahasiswa juga kita dorong dan fasilitasi supaya bisa menghasilkan karya inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat,” kata Prof Yos Johan.

Kinerja universitas merupakan hal yang penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, serta pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai gambaran betapa pentingnya penguatan lembaga pendidikan tinggi, pemerintah Jepang mengumumkan rencana meningkatkan alokasi dana abadi sebesar £70 billion untuk penelitian di universitas untuk merespons kinerja peringkat universitas-universitas negeri matahari terbit yang sempat turun pada beberapa tahun belakangan ini. (Adm, Dhany dan Tim Humas)

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

FPIK, SEMARANG -​ Peristiwa tenggelamnya perahu di Waduk Kedung Ombo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali menarik rasa kemanusiaan bagi setiap orang. Salah satunya tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP). Mereka adalah Abat (23) Nabil (20), dan Zigro (23) yang tergabung di UKSA-387 (Unit Kegiatan Selam Air) UNDIP.

Pada Minggu (16/5/2021) pukul 09.30 WIB, Abat dan Nabil melakukan penyelaman di lokasi terbaliknya perahu wisata, sementara Zigro siap siaga di daratan area waduk untuk melakukan monitoring dan komunikasi dengan kedua rekannya selama penyelaman. Terjun menyelam di Waduk Kedung Ombo menjadi pengalaman petama dalam operasi SAR (Search and Rescue) pencarian korban tenggelam.

Mahasiswa FPIK UNDIP itu menceritakan kali pertama mendapat kabar dari seorang senior UKSA yang saat ini bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah untuk bergabung dalam operasi SAR di Kedung Ombo. Saat kejadian, SARDA Jateng sedang membutuhkan tenaga penyelam untuk pencarian korban tenggelam.

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP yang tergabung dalam UKSA-387 terjun dalam operasi pencarian dan penyelamatan korban tenggelam di Waduk Kedung Ombo. (Sumber: iNewsJateng.id)

Nabil dan Abat melakukan penyelaman selama sekitar 25 menit di kedalaman 25 meter. “Di kedalaman 15 meter ke permukaan visibiltasnya kurang bagus, kemudian selama menyelam kami ikutin jalur pasang di dasar, saat itu juga kami menemukan kerudung anak kecil berwarna abu-abu,” kata Nabil. “Namun kami kurang tahu juga apakah kerudung tersebut milik korban,” tambah mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan ini. “Jadi untuk relasi dengan SAR sudah lama. Terutama terkait dengan yang evakuasi di perairan, dari Tim SAR Jateng, kita sering dilibatkan,” jelas Nabil. Saat terjadi musibah kecelakaan pesawat Lion Air pada 29 Oktober 2018, di Laut Jawa sebelah utara Karawang Jawa Barat, UKSA-387 juga mengirim personelnya ke sana. “Kami menerjunkan anggota ke sana. Sebenarnya sudah sangat sering kami ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyelamatan dan pencarian.”

Foto: Aktivitas tim SAR bersama UKSA-387 dalam pencarian korban tenggelam di area waduk. (Sumber: UKSA-387)

Mendengar kisah ketiga mahasiswa FPIK UNDIP ini, Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum memberikan apresiasi kepada para mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UKSA-387. Aksi yang dilakukan oleh personel UKSA-387 dipandang Rektor sebagai kepedulian terhadap masalah kemanusiaan dan patut dijadikan contoh.

Sebagai bentuk apresiasi, Kamis (27/5/2021) Rektor memberikan piagam resmi dari UNDIP yang menyatakan mereka sebagai “Pahlawan Kemanusiaan”. Piagam tersebut diberikan secara langsung oleh Rektor kepada kepada Muhammad Ramadhan (S1 Oseanografi 2016), Bariq Nabil Ramadhan (S1 Ilmu Kelautan 2018, dan Zigro Taqwagie (S1 Ilmu Kelautan 2019).

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP sedang menerima penghargaan dari Rektor Universitas Diponegoro.

Dalam pernyataannya, Prof Yos memuji tindakan yang dilakukan anggota UKSA-387 UNDIP. “Universitas menghargai yang Anda lakukan. Karena lebih mementingkan keselamatan jiwa orang lain. Kalian memiliki jiwa kepedulian kepada orang lain. Selaku Rektor saya berterima kasih Anda telah memberi contoh yang baik kepada mahasiswa lain dan orang lain,” kata Rektor.

Rektor mengatakan, semua kegiatan mahasiswa dan dosen di bidang kemanusiaan merupakan bentuk nyata dari Tri Dharma UNDIP kepada masyarakat. Karena itu, universitas pun selalu mendukung dan mendorong civitas akademika untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan.

UKSA-387 UNDIP berdiri sejak Maret 1987. Saat ini jumlah anggota aktifnya sekitar 25 orang.  Ada lima peminatan di dalam wadah UKM ini, yakni scientific diving (kegiatan penyelaman yang berhubungan dengan ilmiah), underwater photographyunderwater work (berhubungan dengan pekerja komersial), SAR, dan kejuaraan (atlet). Para anggota UKSA semuanya memiliki lisensi selam.

Untuk pelatihan, khususnya yang berhubungan dengan SAR, dilakukan oleh kakak-kakak senior. ‘’Kita dilatih untuk mencari korban di dalam air, penyelamatan pertama pada korban yang ditemukan, dan lain-lain. Sehingga tim terbiasa membantu kecelakaan di dalam air,” Zigro menuturkan. Sementera itu Nabil menambahkan, jika dalam setiap terjun ikut evakuasi korban di perairan, UKSA-387 punya alat sendiri. ‘’Kita punya alat selam sendiri, ketika dapat panggilan, maka kita siapkan alat sendiri. Kita juga punya base camp sendiri. Namun kalau perahu karet memang belum ada. Kalau di lapangan, ada tim SAR maka kita pakai kapal mereka,’’ jelas Nabil yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua dalam UKSA-387 ini.

Untuk latihan, tim memiliki jadwal yang kontinyu. Biasanya, tim berlatih di kolam renang Kodam IV/Diponegoro dan juga di sejumlah perairan. Keanggotaan UKSA terbuka bagi mahasiswa Undip dari semua fakultas. Dikutip dari manunggal.undip.ac.id, lahirnya UKM UKSA-387 karena besarnya keinginan dan rasa penasaran serta kuatnya jiwa berpetualang di bawah air. Alumni pertama UKSA-387 di antaranya Gatot (Fakultas Hukum), Antok (FPIK), Rifki (Fakultas Kedokteran) & beberapa mahasiswa dari jurusan Teknik Sipil, yang bersepakat untuk membentuk UKM selam.

Pada masa-masa awal ini hampir setiap bulan UKSA-387 mengadakan ekspedisi ke berbagai pulau di jawa seperti Kepulauan Karimunjawa, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Bawean, dan Kepulauan Seribu. Ekspedisi tak jarang pula dilakukan di luar Pulau Jawa seperti di Sanur, Nusa Penida di Pulau Bali, dan Gili Air, Trawangan, Meno, Sugiri, dan Lombok Timur, di Pulau Lombok. (Adm & Tim Humas)

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Cetak Lulusan Berkualitas

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Cetak Lulusan Berkualitas

FPIK, SEMARANG – Program Studi Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) berkomitmen menghasilkan profil lulusan berkualifikasi COMPLETE dengan Standar KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) Level 6 serta SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) yang terpercaya.

Sebagai perguruan tinggi berbadan hukum, UNDIP tidak hanya berusaha mencetak mahasiswa yang mandiri, mumpuni serta tangguh dalam ilmu pengetahuan; jati diri UNDIP juga diwujudkan dalam profil lulusan yang COMPLETE.

Konsepsi profil COMPLETE adalah target yang ingin dicapai Kampus Diponegoro untuk menghasilkan lulusan yang mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis dengan baik (Communicator),  Professional (bekerja sesuai prinsip, pengembangan berdasar prestasi dan menjunjung tinggi kode etik), memiliki jiwa kepemimpinan, yang proaktif serta bisa memotivasi dan bekerjasama (Leader), memiliki ketrampilan berwirausaha, inovatif, mandiri (Entrepreneur), sekaligus menjadi Thinker yang selalu berpikir kritis, terus belajar dan meneliti; serta mampu berperan menjadi agen perubahan (Educator).

Ketua Program Studi THP FPIK UNDIP, Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc, menyatakan komitmen mencetak lulusan dengan profil COMPLETE berlaku di semua program studi yang ada di Kampus Diponegoro. Untuk Program Studi THP, selain diakui masuk dalam Level 6 KKNI, juga diberikan SKPI kepada lulusannya. “SKPI atau Diploma Supplement adalah surat pernyataan resmi berisi informasi tentang pencapaian akademik atau kualifikasi dari lulusan pendidikan tinggi bergelar yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. SKPI bukan ijazah, namun dapat membantu pemegangnya mendapatkan pengakuan atau rekognisi,” kata Eko Nurcahya Dewi, Kamis (6/5/2021).

Beliau menegaskan bahwa SKPI adalah dokumen tambahan, bukan pengganti ijazah. Adapun informasi yang ada di dalamnya selain pencapaian akademik, juga ada deskripsi capaian pembelajaran lulusan pada jenjang KKNI yang relevan dan dalam suatu format standar yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. “Memang SKPI bukan dokumen yang secara otomatis pemegangnya mendapat pengakuan, tapi akan membantu identifikasi profil lulusan dan kualifikasinya,” dia menambahkan.

Foto: Aktitvitas praktikum mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP 

Program Studi THP FPIK UNDIP yang berdiri tahun 2002, sejak tahun 2012 sudah mengantongi Akreditas A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi). Penetapan status akreditasi terbaru berdasarkan SK No 5053/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2017 yang berlaku sampai dengan 27 Desember tahun 2022.

Melihat kekayaan sumberdaya perairan Indonesia yang melimpah baik hewan maupun tumbuhan yang berasal dari hasil tangkapan maupun budidaya, Program Studi THP UNDIP intensif melakukan penelitian terhadap organisme ikan, udang, rumput laut, bakau dan lainnya agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku produk-produk bernilai tinggi yang mampu bersaing di pasar global. “Penelitian kami mencakup produk-produk perikanan, baik produk pangan maupun non-pangan. Cakupan produk perikanan ini sangat luas, tidak hanya produk pangan saja, ada produk-produk farmasi, kerajinan serta pemanfaatan limbahnya,” dia menegaskan.

Adapun pelaksanaan pengajaran dan riset di Program Studi THP didukung dosen yang terdiri dari 3 profesor, 3 doktor, dan 3 kandidat doktor serta 7 magister.  Proses belajar mengajarnya juga didukung tersedianya laboratorium yang lengkap, yaitu laboratorium pengolahan, laboratorium produksi dan pengemasan, laboratorium analisa mutu dan laboratorium mikrobiologi. Tersedia juga laboratorium terpadu UNDIP di Semarang, dan mini plant industri perikanan di Marine Science Technopark UNDIP Teluk Awur, Jepara.

Saat ini, Program Studi THP FPIK UNDIP melaksanakan Program Kurikulum Merdeka Merdeka Belajar seperti Kampus Mengajar. Dalam konteks ini, setiap kegiatan mahasiswa di luar Kampus akan dikonversikan dengan mata kuliah yang ada di program studi. Kurikulum terbaru yang dipakai saat ini merupakan hasil evaluasi dari kurikulum sebelumnya berdasarkan masukan dari stakeholder yang ada. “Kurikulum selalu diperbarui setiap 5 tahun untuk menyesuaikan dengan tuntutan pengguna atau stakeholder,” tukasnya. (Tim Humas UNDIP)

Prof Tri Winarni: Menyulap Kesan Maskulin di FPIK UNDIP

Prof Tri Winarni: Menyulap Kesan Maskulin di FPIK UNDIP

FPIK, SEMARANG – Momentum dilantiknya Prof Ir Tri Winarni Agustini M.Sc, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) periode 2019-2024 seolah membongkar kesan bahwa dunia perikanan dan kelautan adalah dunia lelaki. Setidaknya kesan maskulin di lingkungan pendidikan tinggi perikanan dan kelautan luruh saat Rektor UNDIP, Prof Dr Yos Johan Utama, mengambil sumpah Prof Winarni sebagai orang pertama di FPIK.

Peristiwa alih kepemimpinan dari Prof Dr Ir Agus Sabdono M.Sc kepada Prof Tri Winarni Agustini yang terjadi di Gedung SA-MWA (Senat Akademik-Majelis Wali Amanat) UNDIP Tembalang, Senin  (05/08/2019) juga dicatat sebagai hadirnya perempuan pertama di Kursi Dekan FPIK UNDIP. “Kalau saya menjadi perempuan pertama yang menjadi Dekan sejak FPIK UNDIP lahir, itu benar. Tapi kalau kehadiran perempuan di dunia perikanan dan kelautan, apalagi dalam konteks keilmuannya, saya kira sudah jamak,” kata pakar teknologi pengolahan ikan (Fish Processing Technology) kelahiran Kebumen, 21 Agustus 1965 ini.

Setamat dari SMA Negeri 1 Kebumen, tahun 1984 Winarni masuk ke Jurusan Perikanan di Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP. Setelah meraih gelar insinyur pada tahun 1989, Winarni muda memilih mengabdi di almamaternya sebagai dosen. Pilihan tersebut memberinya kesempatan untuk studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Tahun 1991, Winarni muda mendapat kesempatan belajar di University of Humberside, Inggris dan menyelesaikan program Master of Food Science and Technology di tahun 1993. Adapun jenjang Strata 3 dijalani di Tokyo University of Fisheries-TUF (sekarang Tokyo University of Marine Science and Technology-TUMSAT), Jepang dan berhasil mengantongi gelar Ph.D (Doctor of Philosophy) tahun 2001. “Studi lanjut di luar negeri memang menarik. Tapi kita juga harus menyadari banyak tantangan yang harus dihadapi,” ujarnya mengingatkan perlunya membiasakan untuk melihat satu hal dari beberapa sisi.

Pencapaian tertinggi jabatan akademisi sebagai profesor diraihnya pada Desember 2017 dan pada hari Rabu (14/3/2018) dikukuhkan Tri Winarni sebagai Guru Besar di FPIK UNDIP. Pidato ilmiah yang mengusung tema Produk Pangan Masa Depan Berbasis Sumberdaya Ikan” yang dipaparkannya dalam Sidang Senat Terbuka di Gedung Prof.Soedarto SH, Kampus UNDIP Tembalang, menjadi penanda keabsahan memakai gelar Prof di depan namanya.

Rupanya, tidak hanya karir akademik dari penulis puluhan jurnal ilmiah dan reviewer jurnal ini. Karir strukturalnya di Kampus Diponegoro juga melaju dengan baik. Sebelum diambil sumpahnya menjadi Dekan FPIK Periode 2019-2024, pemilik NIDN (Nomer Induk Dosen Nasional) 0021086501 ini dipercaya menjadi Sekretaris Prodi PSP (Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, kini menjadi Prodi Perikanan Tangkap) di tahun 2001-2003; kemudian menjadi Sekretaris Prodi THP (Teknologi Hasil Perikanan) pada rentang waktu 2003 – 2007; pada tahun 2007-2010 menjadi Staf ahli Lembaga Penelitian dan di tahun 2016-2019 mengemban amanah sebagai Sekretaris LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNDIP.

Kini, sebagai orang pertama di FPIK yang mengelola 10 program studi dan memiliki sumber daya 19 profesor serta 55 dosen bergelar doktor, Prof Winarni yang juga aktif menggeluti bidang Halal Pangan (wakil Pusat Studi Halal UNDIP) berupaya keras agar bukan hanya kualitas pendidikan dan akreditasinya unggul, tapi juga harus berupaya keras agar program studi yang ada lebih dikenal dan menjadi dekat dengan masyarakat. Tri Winarni yang menjalani masa kecil sampai remaja di wilayah pesisir selatan Jawa ini mengajak anak muda mau terjun mengelola potensi laut dan perairan Indonesia yang begitu besar untuk kesejahteraan bersama.

“Siapa yang harus mengelola potensi laut dan perairan kita kalau bukan anak bangsa? Masak kita mau membiarkan orang asing yang menikmati kekayaan laut kita? Laut kita sangat kaya, luas dan cukup untuk bisa mensejahterakan warga bangsa kita,” katanya, bersemangat.

Foto: Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D.

Beliau mengatakan bahwa FPIK UNDIP merupakan kampus yang siap mendidik kawula muda mempelajari perikanan dan kelautan. Di program sarjana, ada enam Prodi yang bisa dipilih mulai dari Prodi Akuakultur, Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Prodi Oseanografi, Prodi Perikanan Tangkap, Prodi Teknologi Hasil Perikanan, serta Prodi Ilmu Kelautan. “Untuk jenjang S1, kami termasuk yang cukup lengkap. Perlu diketahui, Prodi Oseanografi hanya ada di Undip dan ITB,” tuturnya.

Untuk jenjang pascasarjana, di jenjang S2 ada Prodi Magister Ilmu Kelautan dan Magister Manajemen Sumber Daya Perairan. Sedangkan di jenjang S3 ada Program Doktor Manajemen Sumber Daya Perairan dan Program Doktor Ilmu Kelautan. Yang pasti, sebagai penyelenggara pendidikan tinggi FPIK Undip juga banyak melakukan penelitian-penelitian tentang perikanan dan kelautan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kerja sama dengan pihak lain. FPIK juga memiliki jurnal ilmiah terindeks Scopus yakni Jurnal IJMS (Indonesian Journal of Marine Science) serta beberapa jurnal terakreditasi nasional (Sinta 2 dan3) yang bisa dibanggakan.

Dalam konteks memperkuat wawasan mahasiswanya, FPIK juga selalu mengadakan kuliah umum dari narasumber yang sangat berkompeten. Diantaranya dengan mengundang beberapa pakar dari Lembaga pemerintah, para praktisi sekaligus para diaspora seperti Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Kapushidrosal), Laksamana Muda TNI Dr Ir Harjo Susmoro SSos SH MH, Prof Irwandi Jaswir, untuk memberikan pemahaman dan tambahan wawasan serta pengenalan dunia nyata dalam industri kepada para mahasiswa terkait perkembangan ilmu dibidang perikanan dan kelautan

“Kerja sama dengan semua lembaga baik pemerintah maupun swasta adalah langkah nyata untuk mendekatkan dunia akademik dengan realitas. Apalagi di era teknologi informasi yang begitu kencang mendera. Sinergitas dan kolaborasi adalah sebuah keniscayaan,” ujarnya sembari menunjukkan beberapa dampak disrupsi dunia digital.

Ditanya program dalam masa jabatannya sebagai Dekan FPIK, peningkatan kualitas akademik baik itu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat adalah prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar. Kualitas bukan hanya kurikulum dan sarana penunjang seperti laboratorium yang update; tapi juga akreditasi sebagai bentuk pengakuan yang sah harus diraih. “Kami berjuang supaya semua Prodi di FPIK memiliki akreditas unggul dari lembaga nasional maupun internasional. Saat ini kami sedang merintis akreditasi internasional ASIIN untuk Prodi IK, Oseanografi dan Akuakultur. Harapannya tahun ini atau tahun depan dapat diraih. Membangun lebih banyak kerja sama dengan perguruan tinggi asing juga penting. Arah kami jelas, berkontribusi nyata membawa UNDIP masuk World Class University,” pungkasnya. (Tim Humas UNDIP)