Ajak Gaya Hidup Sehat Warga Tambak Mulyo, MSP juga Prioritaskan Baku Mutu Makanan Laut

Ajak Gaya Hidup Sehat Warga Tambak Mulyo, MSP juga Prioritaskan Baku Mutu Makanan Laut

FPIK, SEMARANG – Beberapa Dosen dari Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Diponegoro (UNDIP) telah melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Tambak Mulyo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang pada 3 November 2020. Kegiatan ini dipimpin oleh Oktavianto Eko Jati, S.Pi., M.Si yang merupakan tim 1 dengan anggota Prof. Norma Afiati, M.Sc., Ph.D; Dr. Ir. Pujiono Wahyu Purnomo, M.S; Arif Rahman, S.Pi, M.Si. dan Sigit Febrianto, S.Kel., M.Si. Selanjutnya Nurul Latifah, S.Kel, M.Si. merupakan pemimpin tim 2 dengan anggota Dr. Ir. Frida Purwanti, M.Sc dan Agus Trianto, S.T., M.Sc., Ph.D.

Berkaitan dengan sektor kesehatan yang kini masih perlu ditingkatkan di khalayak umum, tim 1 memberikan informasi kepada masyarakat Desa Tambak Mulyo mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan melalui penggunaan antiseptik dan disinfektan. Dalam paparannya kali ini, tim 1 bekerjasama dengan Mitra KUB Mitra Bahari. Sosialisasi terkait kesehatan dan kebersihan lingkungan terus digalakan melalui kegiatan sosialisasi ini. Setelah tahap sosialisasi berakhir, tim 1 memberikan bantuan berupa hand sanitizer, hand soap, dan disinfektan.

Demi melanjutkan kampanye kesehatan ini, tim 1 juga membuat dan menyebarkan poster tentang penggunaan antiseptik dan disinfektan. Didalamnya juga dituangkan informasi terkait penekanan pencegahan penyebaran wabah Covid-19. Untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan limbah rumah tangga, Tim pengabdian juga memberikan tong sampah di Desa Tambak Mulyo. Pimpinan tim 1, Oktavianto Eko Jati, S.Pi., M.Si berharap kegiatan pengabdian ini dapat membantu warga Tambak Mulyo dapat terhindar dari wabah Covid-19, serta dapat meningkatkan kesadaran gaya hidup sehat dan kebersihan lingkungan.

Kualitas produk pangan membutuhkan standar penilaian gizi dan baku mutu keamanan, supaya produk pangan tersebut layak dikonsumsi oleh manusia. Hal ini menjadi dasar tim 2 dalam kegiatan pengabdiannya. Nurul Latifah, S.Kel., M.Si dan anggota tim melakukan uji hasil logam berat pada Produk Kerupuk Kerang hijau milik Kelompok Pengolah Pemasar (Poklahsar) TERATAI. Hasil uji lab Pb (timbal) pada Kerupuk Kerang Hijau rerata sebesar 0,559 mg/l melebihi baku mutu yaitu 0,06 mg/l (SNI, 2009).  Begitu pula logam berat Cd (Cadmium), hasil menunjukan rerata sebesar 0,128 mg/l yang masih melebihi baku mutu yaitu sebesar 0,04 mg/l (SNI, 2009).  Kandungan logam berat pada Kerupuk Kerang Hijau yang melebihi baku mutu berdasarkan SNI tahun 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan, menggerakan tim pengabdian untuk dapat melakukan pengabdian lanjutan mengenai proses penurunan logam berat pada Kerang Hijau melalui proses purifikasi atau depurasi. Di akhir kegiatan, tim 2 memberikan sarana pengolahan produk kepada ketua Poklahsar TERATAI berupa oven, sealer, penggiling adonan kerupuk dan modul. (Dept. SDA).

 

Pustaka

SNI 7387:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan.

 

Departemen Sumber Daya Akuatik Sukseskan Pengabdian di Waduk Jatibarang

Departemen Sumber Daya Akuatik Sukseskan Pengabdian di Waduk Jatibarang

FPIK, SEMARANG – Tim Pengabdian Departemen Sumber Daya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Diponegoro (UNDIP), mengadakan berbagai rangkaian kegiatan bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Suko Makmur di Wilayah Waduk Jatibarang. Kegiatan pengabdian dalam bidang konservasi yang pertama yaitu pemberian teknologi tepat guna pada sistem pembuangan limbah. Kegiatan tersebut memiliki tema “Peningkatan Sanitasi sebagai Upaya Konservasi Lingkungan di Waduk Jatibarang, Semarang” yang diinisiasi oleh Dr. Aninditia Sabdaningsih. Selanjutnya kegiatan pengabdian bidang konservasi yang kedua, Dr. Haeruddin dan Arif Rahman, M.Si bersama tim menginisasinya dengan tema “Pengendalian Pencemaran Minyak dari Berbagai Kegiatan di Waduk Jatibarang”. Kedua kegiatan pengabdian bidang konservasi tersebut telah sukses dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2020.

Rangkaian kegiatan ini juga mendukung dan mendorong kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi tatanan normal baru pada situasi pandemi Covid-19. Wiwiet Teguh Taufani, M.Si dan tim mengusung kegiatan dengan tema “Sosialisasi Gerakan Kebiasaan Hidup Sehat” yang diaplikasikan dalam pembuatan papan informasi berkaitan dengan protokol kesehatan bagi pengunjung wisata. Menurut Prof. Suradi Wijaya Saputra dan tim, sebagai upaya penguatan peran masyarakat dalam mitigasi dan adaptasi kebiasaan baru, pemberian teknologi tepat guna berupa tempat cuci tangan harus diperbanyak di Kawasan Waduk Jatibarang.

Selain tempat cuci tangan, Churun’Ain, M.Si dan tim melalui Program Iptek Bagi Desa Binaan (IDBU) telah memberikan pelatihan pembuatan handsoap, hand sanitizer serta desinfektan dari Aloe Vera. Dr. Diah Ayuningrum beserta tim pun turut mengajak warga sekitar waduk untuk tetap menjaga kesehatan dan ketahanan imun melalui program “Pengembangan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai Upaya Peningkatan Sistem Imun di tengah Pandemi COVID-19”.

Kini tatanan normal baru telah menuntut Pokdarwis Suko Makmur untuk beradaptasi di sektor pariwisata. Peningkatan sektor pariwisata juga menjadi fokus kegiatan pengabdian. Selain peningkatan pendapatan masyarakat melalui sektor pariwisata, terapan kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan animo pengunjung wisata terhadap objek wisata Waduk Jatibarang. Churun’Ain, M.Si bersama Dr. Suryanti dan Nurul Latifah, M.Si mengusung konsep Eduwisata yang diaplikasikan dalam bentuk pembuatan peta tematik ekowisata dan infografis Waduk Jatibarang dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).

Berbagai kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh Departemen Sumber Daya Akuatik ini, telah mendukung program Sustainable Development Goals nomor 1 No Poverty, 8 Decent Work and Economic Growth dan 14 Life Below Water. (Dept. SDA).

Aplikasi Kalender Rob Ciptaan Departemen Oseanografi Bermanfaat Bagi Pesisir Indonesia

Aplikasi Kalender Rob Ciptaan Departemen Oseanografi Bermanfaat Bagi Pesisir Indonesia

FPIK, SEMARANG – Bencana banjir pasang yang dikenal dengan istilah rob merupakan suatu peristiwa di alam yang disebabkan oleh dinamika tinggi muka laut yang secara periodik menggenangi permukaan daratan. Namun seiring dengan perubahan iklim dan faktor alam lainnya, rob berpotensi merugikan dan mengganggu kehidupan normal masyarakat pesisir. Bencana banjir pasang hingga kini menjadi ancaman serius bagi kawasan pesisir Kota Semarang. Hal tersebut menjadi motivasi Tim Pengabdian Masyarakat Iptek Bagi Desa Binaan Undip (IDBU) Departemen Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) untuk membuat terobosan, mereka telah berhasil menciptakan sebuah aplikasi yang mampu menjadi alat prediksi kapan terjadinya rob. Aplikasi tersebut bernama “Kalender Rob” dan dapat diunduh di Play Store.

Tahun ini, tim IDBU memberikan Updating data pada Kalender Rob 2020 di daerah pesisir Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 September 2020 yang dihadiri oleh warga dan tokoh masyarakat serta ketua kelompok masyarakat.

Sosialisasi prosedur penggunaan dan update data Kalender Rob tahun 2020 ini merupakan lanjutan dari kerjasama antara Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) dengan Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Oseanografi Universitas Diponegoro yang terlaksana melalui Program Iptek Bagi Desa Binaan Undip (IDBU) selama tahun 2018-2020.

Menurut ketua Tim IDBU Undip, Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto ST. MSi., acara ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang tangguh terhadap bencana pesisir di Kelurahan Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah akibat bencana banjir pasang (rob) yang setiap saat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat.

Dengan adanya Kalender Rob ini, Masyarakat dapat dengan mudah bisa memprediksikan kapan terjadinya rob, seberapa tinggi genangan air rob, berapa lama durasi rob berlangsung, serta bagaimana kondisi level air genangan rob, sehingga bisa dilakukan upaya antisipasi oleh warga itu sendiri dengan mempersiapkan memindahkan barang-barang atau menyelamatkan sebagian perabot rumah tangganya agar tidak tergenang oleh air rob yang tiba-tiba datang.

Manfaat lain yang dirasakan warga adalah ketika akan mempunyai acara-acara sosial, keagamaan, bahkan acara resepsi pernikahan. Warga dapat melihat Kalender Rob untuk menentukan waktu yang tepat sehingga tidak bersamaan dengan terjadinya Rob. Selain itu bermanfaat juga sebagai informasi untuk mitigasi jangka pendek, menengah maupun panjang untuk pemerintah, stakeholder, dan masyarakat terkait dengan kejadian rob yang terjadi di wilayah pesisir.

Hal ini juga sebagai salah satu wujud kegiatan UNDIP dalam rangka implementasi agenda pemerintah yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dengan goals SDGs 13 (climate action) dan 17 (partnerships for the goals), yaitu Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutanSustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.

Ketua RT 04 RW 16 Bapak Suratno yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Manunggal Bahari yang mewakili warga, menyampaikan bahwa adanya Kalender Rob ini sangat bermanfaat dan menjadi pedoman warga dalam menentukan acara – acara yang akan diselenggarakan di kampung. Menurut ketua RW 16 Tambakrejo Tanjung Mas, Bapak Slamet Riyadi, bahwa Kalender Rob yang sudah dibuat oleh Tim IDBU sejak tahun 2018-2020 sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang tidak luput dari bencana rob yang datang setiap saat. Kini, warga bisa melakukan antisipasi dan bisa menyelamatkan barang-barangnya sebelum rob datang.

Selanjutnya, anggota tim IDBU Dr. Muhammad Helmi menambahkan, bahwa Kalender Rob ini mempunyai 2 versi, yaitu digital dan manual (bentuk kalender cetak). Untuk bentuk digital Aplikasi Kalender Rob berbasis android bisa diunduh di Play Store, menampilkan kondisi ketinggian air, di mana dalam satu hari terdapat informasi level air tertinggi dan level air terendah, dalam satuan meter. Data ditampilkan per-jam dan setiap hari secara langsung. Serta informasi level air apakah masih dalam kondisi ketinggian aman, waspada 1, waspada 2, dan siaga.  Terdapat informasi juga kalender masehi dan jawa serta informasi posisi bulan. Saat ini aplikasi Kalender Rob baru menyajikan data di daerah Kota Semarang dan sekitarnya dan dalam tahap pengembangan untuk seluruh pantai utara Jawa Tengah. Rencananya, aplikasi Kalender Rob akan terus dikembangkan ke daerah – daerah lain yang rawan terhadap bencana banjir pasang atau rob. (Adm | Sumber: undip.ac.id & pkmbrp.undip.ac.id).

FPIK UNDIP Kenalkan Teknologi Asap Cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal

FPIK UNDIP Kenalkan Teknologi Asap Cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal

FPIK, SEMARANG – Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) telah menggelar pelatihan pembuatan ikan asap menggunakan teknologi asap cair kepada UMKM di Kabupaten Kendal. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Purwosari pada hari senin, 7 September 2020.

Hadir pada acara pelatihan yakni Ir. Sri Harjinto yang menjabat Kepala Dinas (Kadis) Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal dan Ir. Gunadi selaku Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap beserta jajaran DKP Kendal. Adapun narasumber dari Tim Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP yakni Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc. selaku Ketua, bersama dengan tim yakni Prof. Dr. Ir. YS Darmanto, M.Sc., Romadhon, S.pi., M. Biotek. dan Slamet Suharto, S.Pi., M.Si.

Tujuan dari pelatihan ini adalah membagi ilmu pengetahuan tentang pengaplikasian asap cair dalam pengolahan ikan asap, serta penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standar Operasional dan Prosedur Sanitasi (SSOP) kepada UMKM dalam proses pengolahan sehingga mampu menghasilkan produk ikan asap yang berkualitas.

“Sehingga peserta pelatihan ini diharapkan mampu menghasilkan produk ikan asap yang lebih berkualitas, aman dan juga layak dikonsumsi karena terjaga kebersihannya,” jelas Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc.

Selain transfer teknologi melalui kegiatan penyuluhan mengenai aplikasi asap cair pada proses pengolahan ikan asap, mereka sekaligus mendapatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai cara pengemasan serta pemasaran produk secara online, guna menjangkau potensi pasar maupun konsumen yang lebih luas. Diharapkan peningkatan pemasaran produk ini dapat berbasis digital. Baik melalui media sosial maupun market place yang sedang populer pada era industri 4.0 saat ini.

Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc. menambahkan, Kecamatan Purwosari selama ini menjadi sentra pengembangan usaha pemindangan serta pengasapan ikan di Kabupaten Kendal. Sehingga program Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP menyasar kepada 84 pengelola UMKM ikan yang tersebar di berbagai desa di kecamatan tersebut.

Berbagai jenis ikan yang diolah seperti ikan pari, manyung dan tongkol, selain itu juga di beberapa tempat lainnya mengolah ikan layang, salem, cucut serta ikan kembung. Pengolah ikan asap tersebut selama ini masih menggunakan teknik pengolahan ikan asap tradisional. “Maka kita transfer teknologi asap cair guna meningkatkan hasil produksi dan juga meningkatkan cakupan pemasaran,” tegasnya.

Terkait dengan program pelatihan tersebut, Kadis DKP Kabupaten Kendal, Ir. Sri. Harjinto mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan oleh Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP di daerahnya.

Menurutnya, program tersebut merupakan aplikasi penerapan ilmu dan teknologi pengolahan hasil perikanan yang memang dibutuhkan para pelaku UMKM pengasapan ikan dalam mendorong kesejahteraan mereka. (Adm).

Mahasiswa FPIK UNDIP Berhasil Menemukan Spesies Baru Bryozoa Pleurocodonellina jeparaensis n. sp.

Mahasiswa FPIK UNDIP Berhasil Menemukan Spesies Baru Bryozoa Pleurocodonellina jeparaensis n. sp.

FPIK, SEMARANG – Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan sumberdaya laut yang luar biasa namun belum banyak dikaji. Salah satunya adalah bryozoa. Hewan ini merupakan salah satu filum dari hewan invertebrata yang hidup di air tawar maupun laut. Bryozoa bersifat sesil (menempel), sering hidup berkoloni, dan hingga 2013 sudah ada lebih dari 5.900 spesies yang diketahui (Bock dan Gordon, 2013). Beberapa studi telah berhasil menemukan bryozoa yang hidup pada permukaan alga, karang, moluska dan paling banyak ditemukan di cangkang bivalvia/kerang mati (McCann et. al., 2007; Gordon & Taylor 2008). Selain itu, Bryozoa juga ditemukan pada berbagai benda seperti kayu, plastik hingga sampah lain yang ada di laut (Watts et. al., 1998; Barnes & Dick 2000).

Di Indonesia, studi mengenai Bryozoa masih langka, sehingga kajian ini menjadi topik penelitian yang dilakukan oleh Dr. Meezan A. Asagabaldan, mahasiswa prodi Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai (MSDP) yang juga penerima beasiswa PMDSU. Studi yang dilakukannya berhasil mendeskripsikan 6 spesies Bryozoa dari perairan Jepara dan satu di antaranya adalah spesies baru yang diberi nama Pleurocodonellina jeparaensis n. sp. (Smittinidae). Menariknya, spesies baru ini ditemukan di potongan cangkang bivalvia yang terdapat di Telukawur.

Penelitian ini menjadi laporan pertama yang berhasil mendeskripsikan keberadaan invertebrata Bryozoa di Jawa Tengah. Penemuan spesies baru di Telukawur menunjukkan bahwa perairan Jepara masih menyimpan kekayaan laut yang perlu untuk dikaji demi pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. (Mada).

Sumber artikel:

Asagabaldan MA, Bourgoungnon N, Bedoux G, Kristiana R, Ayuningrum D, Widyananto PA, Muchlissin SI, Magueresse A, Sabdono A, Trianto A, Radjasa OK. 2019. Some Cheilostomata (Bryozoa) from the Java Sea, central Indonesian Archipelago, with a description of Pleurocodonellina jeparaensis n. sp. (Smittinidae). Zootaxa 4668(3): 329-234.

DOI: https://doi.org/10.11646/zootaxa.4668.3.2

 

Daftar Pustaka:

Bock, P.E. & Gordon, D.P. (2013) Phylum Bryozoa Ehrenberg, 1831. Zootaxa, 3703 (1), 67–74. https://doi.org/10.11646/zootaxa.3703.1.14

McCann, L.D., Hitchcock, N.G., Winston, J.E. & Ruiz, G.M. (2007) Non-native bryozoans in coastal embayments of the southern United States: new records for the Western Atlantic. Bulletin of Marine Science, 80, 319–342.

Gordon, D.P. & Taylor, P.D. (2008) Systematics of the bryozoan. Linnean Society, 153, 115–146.

https://doi.org/10.1111/j.1096-3642.2008.00386.x

Watts, P.C., Thorpe, J.P. & Taylor, P.D. (1998) Natural and anthropogenic dispersal mechanisms in the marine environment: a study using cheilostome Bryozoa. Philosophical Transactions of The Royal Society B Biological Sciences, 353, 453–464.

Profesor dari Undip dan Peneliti Alor Temukan Bukti Fenomena Upwelling di Lintasan Cetacea, Selat Alor

Profesor dari Undip dan Peneliti Alor Temukan Bukti Fenomena Upwelling di Lintasan Cetacea, Selat Alor

FPIK, SEMARANG – Peneliti oseanografi senior dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP yaitu Prof. Agus Hartoko dan peneliti kandidat Doktor Jahved F. Maro dari Universitas Tribuana Kalabahi (UNTRIB) telah menemukan bukti adanya fenomena lokal yang disebut Air Dingin di Selat Alor. Dalam keilmuan oseanografi, fenomena ini disebut upwelling, pada kasus ini terjadi saat masa air laut dari kedalaman 1.000 meter naik ke permukaan laut dan setelah dilakukan pengukuran, temperatur menunjukan suhu 7°C. Seperti kejadian pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 11.44 WIT (Waktu Indonesia Timur), secara normal permukaan laut mempunyai temperatur 30°C. Pada kondisi ini grup Cetacea ini berdatangan dan lumba-lumba berenang di permukaan air laut.

Selama beratus-ratus tahun yang lalu, Laut Sawu Nusa Tenggara Timur (NTT), Lamalera dan Selat Alor yang merupakan bagian dari Laut Sawu telah dikenal oleh nelayan setempat sebagai alur lintasan migrasi grup Cetacea, yaitu paus, lumba-lumba dan dugong atau ikan duyung. Hal ini mengakibatkan paus banyak yang terdampar ke pantai setelah melewati selat ini dan biasanya akan mati secara alami.

 

Dugong | Sumber foto: FPIK.

Lumba-lumba (Tursiops sp., Stenella sp., Lagenodelphis sp.) | Sumber foto: FPIK.

Paus (Feresa sp., Kogia sp., Mesoplodon sp.) | Sumber foto: FPIK.

Berdasarkan hasil pengukuran di laut maupun analisis data satelit MODIS – Aqua diketahui pada saat-saat tertentu telah terjadi upwelling maka di Perairan Laut Sawu berubah menjadi “Kolam Dingin” yang dikelilingi air hangat, hal ini ditunjukan pada hasil analisa data satelit. Kisaran temperatur muka laut di dalam Laut Sawu antara 26,7°C – 28,6°C atau 2°C lebih dingin jika dibandingkan di luar area Laut Sawu yaitu di Utara Alor dan di Selatan Pulau Rote. Suhu di area permukaan air laut tersebut kisaran antara 28,6°C – 31,4°C.

Gambar analisis data satelit MODIS - Aqua. Sumber gambar: Pribadi.

Gambar analisis data satelit MODIS – Aqua | Sumber: FPIK.

Masa air dingin dari samudera Hindia mengalir ke Utara menelusuri bentuk morfologi dasar samudra dari palung pertemuan lempeng tektonik Australia dan Pasifik di Selatan Laut Sawu. Dalam proses terjadinya fenomena “Air dingin” atau “Upwelling” ini, masa air laut dari samudera Hindia mengalir menuju “kolam” Laut Sawu dengan kedalaman 3.500 meter, kemudian air dingin mengalir ke Utara merambat naik ke Selat Alor dengan kedalaman 500 meter dan akhirnya naik ke permukaan laut dengan temperatur 7°C pada bulan Mei. Kejadian fenomena upwelling ini biasanya terjadi pada bulan Mei dan November atau pada musim monsoon-timur.

Wilayah Laut Sawu telah ditetapkan menjadi wilayah perlindungan laut, maka dimasa datang dari institusi UNDIP, Pemerintah Kabupaten Alor, Pemerintah Provinsi NTT, UNTRIB Alor dan WWF Alor bekerjasama dalam mengembangkan kawasan tersebut menjadi kawasan wisata laut atau disebut “Marine Geopark” terpadu dan lestari bersama masyarakat. (Dwi Haryanti).

Sumber Artikel:

https://www.researchgate.net/publication/341600602_Morphology_and_Molecular_Biology_of_Benthic_Java_Sea_Shark_Ray_Rhina_ancylostoma_Bloch_and_Scheider_1801_Elasmobranchia_Rhinidae