Djoko Hartoyo Alumni UNDIP yang Dipercaya Jadi Asdep Menko Maritim dan Investasi

Djoko Hartoyo Alumni UNDIP yang Dipercaya Jadi Asdep Menko Maritim dan Investasi

FPIK, SEMARANG – Di usia kurang lebih 63 tahun, Universitas Diponegoro (UNDIP) yang didirikan pada tanggal 9 Januari 1957 sebagai Perguruan Tinggi Swasta dan baru mendapat status sebagai Perguruan Tinggi Negeri pada tahun 1961 dalam perjalannya banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa. Beberapa menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Salah satunya adalah Djoko Hartoyo, sosok yang kini dipercaya sebagai Asisten Deputi (Asdep) Infrastruktur Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves) RI sejak tahun 2019 sampai sekarang.

Djoko yang merupakan alumni angkatan pertama dan lulusan pertama Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) yang saat ini menjadi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP pada 1992 tersebut sudah berada di kementerian ketika masih bernama Kemenko Kemaritiman RI (2014-2019). “Saat ini tugas saya di pemerintahan Presiden Jokowi sebagai Asisten Deputi Infrastruktur Pengembangan Wilayah Kemenko Marves RI. Tugas utamanya melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian dari semua stakeholder,” kata Djoko Hartoyo saat diwawancara, Selasa (6/7/2021).

Dalam posisi itu dia harus melakukan koordinasi dengan mitra kerja dari lembaga lain mulai dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pemda Provinsi maupun Kabupaten/kota. “Jadi kalau permasalahan kita selesaikan, misalkan untuk membangun jalan melewati hutan produksi jadi ada PUPR dalam hal ini Bina Marga, ada KLHK yang dalam hal ini adalah Ditjen Planologi dan KSDAE, serta Pemda,” jelas laki-laki kelahiran Cilacap, 20 Oktober 1968.

Yang terbaru, saat ini, Djoko yang juga alumnus Magister Ilmu Kelautan Universitas New Wales Selatan, Sydney – Australia 2002 tengah disibukkan menangani pengembangan industri dan perkotaan baru Rebana (Cirebon-Patimban-Kertajati) yang mulai digarap pada Juli 2021. Sebanyak 88 proyek prioritas infrastruktur disiapkan untuk pengembangan kawasan dengan alokasi anggaran senilai Rp 240,75 triliun.

“Peraturan Presiden yang menjadi dasar hukum pengembangan kawasan Rebana masih kami tunggu. Kalau Perpres sudah terbit, kami akan langsung bergerak meski sekarang pun penyiapan dan pematangan program pembangunan kawasan Rebana tetap kami lakukan,” kata Djoko yang juga ambil Program Profesi Insinyur, UGM tahun 2020.

Menurut dia, program lain yang harus ditanganinya adalah pembangunan dan rehabilitasi beberapa waduk. Program yang merupakan bagian dari pengembangan kawasan terintegrasi itu melibatkan kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, termasuk dukungan anggaran dari APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan sektor swasta. ”Sampai tahun 2022, kami fokus pada persiapan. Selama ini, masalah utama proyek infrastruktur adalah lahan. Ini akan menjadi perhatian utama,” imbuhnya.

Djoko Hartoyo yang kini menjabat Ketua Keluarga Alumni Kelautan dan Oseanografi (KEKAL) UNDIP ini mengakui bekal yang diperoleh dari almamaternya sangat membantunya dalam pengembangan karier. Yang pasti, dia sangat terkesan saat belajar di kampus UNDIP. Selama belajar di UNDIP dirinya diperkenalkan kepada banyak hal khususnya di Ilmu dan Teknologi Kelautan. “Selaku alumni saya mengucapkan terima kasih kepada UNDIP sebagai lembaga yang turut membentuk karakter dan keahlian saya. Khususnya kepada para dosen yang selalu membimbingnya hingga menjadi sekarang ini. Sungguh suatu yang patut saya syukuri,” katanya.

Foto: Pengurus KEKAL UNDIP

Berkaca pada perjalanan karirnya, Djoko yang sering mendapat penghargaan baik nasional maupun internasional menyarankan agar para mahasiswa UNDIP terutama adik kelas yang harus belajar di tengah pandemi, mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini. “Harus aktif membangun jejaring dan terus mencari berbagai pengetahuan yang akan menjadi bekal setelah menyelesaikan studinya. Di masa pendemi ilmu dapat diperoleh dari acara webinar, kuliah online, pertemuan di Zoom, dan lainnya. UNDIP juga harus membuka diri untuk dapat bersinergi dan berkolaborasi dengan para alumni yang saat ini berkarya di berbagai tempat. Jangan putus semangat belajarnya meski kita tengah mengalami pandemi,” ujar Djoko yang juga sering menjadi pembicara seminar-seminar nasional hingga Internasional.

Mengenai arti kesuksesan, menurut dia sifatnya relatif. Yang utama untuk dilakukan saat ini adalah bagaimana membangun semangat dalam belajar. Apapun cita-citanya harus menjadi motivasi hidup. “Alhamdulillah cita-cita saya sekolah tinggi bisa tercapai. Saat ini saya masih eselon 2, doakan sebentar lagi dapat bersaing untuk menempati posisi eselon 1,” Pinta Djoko yang sudah menulis beberapa buku. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Kisah Sukses Benaya, Alumni FPIK UNDIP Jadi Peneliti Internasional Perikanan dan Konservasi Hiu Masyarakat Pesisir

Kisah Sukses Benaya, Alumni FPIK UNDIP Jadi Peneliti Internasional Perikanan dan Konservasi Hiu Masyarakat Pesisir

FPIK, SEMARANG – Kisah sukses para alumni memang selalu menjadi kebanggaan dan buah bibir tersendiri bagi perguruan tinggi, bahkan sering menjadi inspirasi bagi para adik kelasnya. Salah satunya adalah Benaya Meitasari Simeon (31), seorang peneliti di IUCN (International Union for Conservation of Nature) Species Survival Commission (SSC) – Shark Specialist Group. Alumni Program Studi (Prodi) Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan (sekarang Prodi Perikanan Tangkap) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) tahun 2012 adalah seorang spesialis ikan hiu di Komisi Penyelamatan Spesies (SSC) IUCN, sebuah komisi khusus yang bertujuan pelestarian spesies di seluruh dunia. Badan yang didirikan 1948 dan berpusat di Gland, Swiss beranggotakan 78 negara, 112 badan pemerintah, 735 organisasi non-pemerintah dan ribuan ahli dan ilmuwan dari 181 negara.

Benaya saat ini tergabung dalam jaringan ilmuwan yang terdiri dari ribuan ahli dan relawan dari seluruh negara di dunia yang bekerja dengan visi “sebuah dunia yang menghargai dan mengkonservasi keanekaragaman hayati” mulai mencintai masalah kelautan sejak menjadi mahasiswa. Perempuan kelahiran Semarang, 29 Mei 1990 itu kini dipercaya sebagai peneliti yang fokus pada perikanan dan konservasi laut Hiu dan Pari di pesisir Jawa Tengah. “Tahun 2021 ini saya menjadi salah satu anggota dari IUCN Species Survival Commission – Shark Specialist Group. Bersama IUCN banyak peneliti internasional, kami mengkaji kerentanan populasi Hiu baik di tingkat regional hingga global,” kata Benaya saat diwawancara, Sabtu (3/7/2021).

Sosok yang senang belajar tentang kehidupan kelautan khususnya pada ikan Hiu dan Pari ini memiliki banyak pengalaman bekerja. Di antaranya pada tahun 2017 dirinya diajak bergabung di salah satu lembaga non-profit Internasional yang bergerak di lingkungan hidup dan mendukung pemerintah untuk melakukan pengelolaan perikanan Hiu dan Pari di Provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat. Kemudian pada tahun 2018, dirinya menyelesaikan Training Conservation Leadership Program (CLP) bersama para konservasionis muda dari negara-negara di Asia – Pasifik. “Sehingga, melalui pengalaman ini, saya seringkali diundang menjadi pelatih identifikasi Hiu baik di tingkat nasional hingga tingkat regional.” terangnya.

Menurutnya, sebagai perempuan yang bergerak di bidang konservasi dengan pendekatan perikanan bukanlah hal yang mudah. Dengan pengalaman yang dimiliki, seringkali diundang oleh Badan Pangan Dunia FAO untuk mendiskusikan kondisi Hiu dan Pari sebagai perwakilan Indonesia, di antaranya saat pertemuan di Vigo Spanyol 2018 dan di Kochi India pada tahun 2019. “Pada tahun 2019, saya juga diajak bergabung dengan gerakan konservasionis internasional untuk menumbuhkan harapan tentang bumi ini dan mempresentasikan kondisi perikanan Hiu dan Pari di Indonesia dalam Conservasion Optimism di Universitas Oxford,” tambah perempuan yang juga lulusan Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB), Program Studi Teknologi Perikanan Laut.

Hingga saat ini perempuan lulusan SMP PL Domenico Savio ini aktif mendukung pemerintah pusat baik KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) maupun LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) untuk melakukan penelitian dan pengelolaan Hiu dan Pari. Bukan hanya pemerintah, melalui konsorsium bernama Fisheries Resource Center of Indonesia dia juga aktif mendukung mahasiswa, LSM & komunitas lokal (LATUN Bengkulu & Sawfish Indonesia di Merauke) untuk melakukan riset dan pengelolaan Hiu dan Pari di Indonesia. Dari kegiatan yang dilakukannya, pecinta musik ini sudah meraih beberapa penghargaan terkait dengan bidang kelautan dan perikanan. Secara jujur dia mengakui sangat terkesan saat belajar di kampus UNDIP, meskipun FPIK waktu itu bukan merupakan jurusan pertama yang dipilih. Namun selama belajar di FPIK UNDIP, dirinya diperkenalkan kepada banyak hal yang sangat menyentuh hati. Salah satunya melihat masyarakat pesisir yang dinamis, keanekaragaman hayati laut Indonesia yang kaya, dan sumber daya ikan Indonesia yang harus dikelola.

Lokasi kampus UNDIP yang sangat strategis, berada di kota pesisir, membuat dirinya dengan mudah dapat melihat kondisi perikanan di Pantai Utara Jawa yang menjadi barometer perikanan Indonesia. Dia menegaskan, ilmu tidak hanya diperoleh dari buku dan teori, namun bisa diperoleh melalui praktik implementatif untuk pengelolaan perikanan di Indonesia. Dengan dukungan dosen-dosen dan keluarga alumni membuat dirinya mendapat banyak peluang belajar dan berkarya baik di tingkat Nasional hingga Internasional. “FPIK UNDIP memperkenalkan saya terhadap banyak nilai-nilai hidup dan mimpi-mimpi baru yang ingin saya capai melalui karier saya untuk ekosistem laut Indonesia yang sehat dan masyarakat pesisir yang sejahtera,” ujar alumni SMA Krista Mitra Semarang.

Berkaca pada perjalanan karirnya, Benaya menyarankan agar para mahasiswa terutama adik kelas yang harus belajar di tengah pandemi mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini. Dia menyebutkan saat ini merupakan masa yang berat untuk semua orang, namun justru cara beradaptasi pada masa pandemi ini mendobrak banyak batasan-batasan yang menjadi penghalang. Tentunya, dengan terus melakukan pembelajaran diri secara maksimal sesuai dengan protokol kesehatan sebagai pemahaman barunya. “Dengan metode online, mahasiswa dapat banyak belajar di webinar-webinar dan mendapatkan banyak pengalaman yang tidak bisa didapatkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Tetap semangat untuk menggapai cita-cita dan membangun Indonesia,” pungkas Benaya yang juga aktif membuat film-film pendek tentang dunia kelautan dan konsevasi laut masyarakat pesisir Jawa Tengah. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

“Mahkota” Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP Bicara tentang Almamaternya

“Mahkota” Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP Bicara tentang Almamaternya

FPIK, SEMARANG – Profil dan sosok alumni lembaga pendidikan tinggi bukan saja diakui sebagai salah satu pilar dari kinerja, profil alumni juga kerap diasosiasikan sebagai “Mahkota Lembaga Pendidikan Tinggi”. Oleh Karena itu, tidak mengherankan jika lembaga-lembaga pemeringkat memasukan profil lulusan lembaga pendidikan tinggi sebagai unsur penting dalam pemeringkatan yang dilakukan. Menyitir ungkapan yang sering disampaikan Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum, bahwa “Mahkota Guru Besar terletak pada kemampuan mencetak karya”; tak berlebihan kalau dikatakan bahwa “Mahkota Lembaga Pendidikan Tinggi Adalah Kemampuannya Mencetak Lulusannya”.

Dalam konteks itu, menarik untuk disimak bagaimana komentar dan pendapat “Para Mahkota” Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP terhadap almamaternya. Semenjak berdiri tahun 1978, sudah ribuan alumni yang diluluskan FPIK UNDIP, dan mereka pun bergabung dalam wadah yang dinamai “Kerapu” (Keluarga Alumni Perikanan Undip). Kiprah anggota Kerapu pun sangat beragam. Selain di bidang perikanan dan kelautan yang menjadi keahlian utamanya, banyak pula yang berkarir di perusahaan swasta non-perikanan, ada yang menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) di lembaga-lembaga pemerintah, bankir, wirausahawan, politisi, tenaga pendidik, peneliti, profesional di perusahaan pertambangan, pemilik startup, dan masih banyak lagi profesi spesifik lain yang digeluti.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D, mengatakan posisi alumni bukan saja sebagai mahkota, tapi sebagai mitra sekaligus reflektor. Sebagai mahkota, kiprah para alumni memberikan gambaran melalui prestasinya; sementara fungsi sebagai reflektor yakni memperkuat kompetensi para dosen apakah sudah mampu memberikan bekal yang baik kepada lulusannya. Sementara sebagai mitra, karena dalam implementasi proses belajar mengajar pastilah kita butuh praktek lapang apalagi dengan kebijakan baru terkait Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) maka peran alumni sebagai mitra sangatlah penting. “Semua itu akan terlihat, karena itu saya pribadi berpendapat ketiga hal itu menegaskan pentingnya peran alumni bagi lembaga pendidikan tinggi,” kata Tri Winarni Agustini, Senin (5/7/2021). Selanjutnya Dekan FPIK UNDIP menegaskan bahwa dalam konteks Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi hak mahasiswa untuk belajar tiga semester di luar program, keberadaan alumni menjadi sangat penting. Dalam implementasi MBKM sinergi dengan alumni menjadi suatu keniscayaan. “Dengan implementasi MBKM kita harus bermitra dengan alumni terutama mereka yang ada di sektor bisnis dan korporasi,” ujarnya.

Berdasarkan pendapat dan komentar yang berhasil dihimpun dari alumni Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) FPIK UNDIP, mayoritas alumni yang dihubungi mengatakan puas dan senang dengan program pendidikan tinggi yang diselenggarakan FPIK UNDIP. Mereka juga bangga dan bisa lulus dari PTN BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) yang ada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Materi pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama masa studi juga dirasakan membantu dan menjadi bekal penting bagi mereka saat berkiprah di masyarakat.

Foto: Titus Pramono, S.Pi

Titus Pramono, S.Pi, lulusan MSP Angkatan 1998 yang berkarir di Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menuturkan apa yang diperoleh saat kuliah di MSP FPIK UNDIP. ‘’Prodi MSP adalah kombinasi dari basic perikanan, mahasiswa dibekali untuk bersaing dalam manajemen perairan, manajemen pesisir, budidaya perikanan dan perikanan tangkap. Semula saya bekerja di usaha pembenihan udang dan mampu beradaptasi dan berkarya. Ketika masuk dalam Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP dalam pengelolaan pesisir saya mampu beradaptasi dan berkarya. MSP UNDIP memang hebat,’’ ujar Pramono.

Rezha Mahardika, S.Pi., M.Sc, adalah alumni MSP angkatan 2004 yang berkarir di sektor yang “berbeda” dengan ilmunya. Saat ini dia menekuni bisnis pertambangan sebagai owner PT Mahardika Sukses Sejahtera (MSS) yang bergerak di Bidang Pertambangan Migas. ‘’Kajian keilmuan, proses beradaptasi dan segala kompleksitas yang saya tempuh di program studi MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP memberikan saya level kepercayaan diri tinggi untuk bisa menguasai hal-hal baru yang kini saya tekuni. Dan ini adalah modal terbesar saya untuk mencapai tujuan hidup. Terima kasih MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP. Semangat Maju,’’ kata Rezha.

Foto: Rezha Mahardika, S.Pi., M.Sc

Foto: Endang Rahmi Hute, S.Pi., M.Pi

Alumni MSP FPIK UNDIP yang berkiprah di dunia politik, Endang Rahmi Hute, S.Pi., M.Pi, mensyukuri proses pendidikan di almamaternya memberikan bekal akademik dan non-akademik yang cukup. Rahmi Hute mahasiswa Prodi MSP Angkatan 2004 yang kini menjadi anggota DPRD di Muna Barat, Sulawesi Tenggara mengatakan berbagai keterampilan dan kemampuan non-akademis sebagai bekal menghadapi problematika selepas sarjana, semua itu menjadi pondasi karakter kepribadian yang memberi banyak manfaat. ‘’Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP telah mampu melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas. Saya bangga bisa menjadi bagian dari MSP,” kata Rahmi.

Peneliti Ahli Muda di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2B-LIPI), Cibinong Science Center, Bogor Indonesia; Widhya Nugroho Satrioajie, menyatakan cukup banyak alumni MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK yang bekerja di lembaga riset seperti LIPI dan Badan LitBang Kementerian. Menurut Lulusan MSP tahun 2004 yang kini tengah menyelesaikan Program Studi Doktor di Wageningen University and Research Belanda, itu membuktikan bahwa lulusan Perikanan dapat memiliki kemampuan yang mumpuni dan kesempatan yang luas untuk dapat mengembangkan karir dan berprofesi sebagai peneliti.

Foto: Widhya Nugroho Satrioajie

Foto: Dr. Rizky Muliani Dwi Ujianti, S.Pi., MSi

Dr. Rizky Muliani Dwi Ujianti, S.Pi., MSi. lulusan Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) Angkatan 2004, punya pendapat berbeda. Dosen di Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), mengakui kuliah di MSP FPIK UNDIP menempanya menjadi pribadi yang tangguh, kuat dan pantang menyerah. “Ilmu yang didapatkan sangat berguna bagi pengembangan diri saya menjadi seorang dosen dalam tri dharma perguruan tinggi, yakni mengajar, meneliti dan mengabdi kepada masyarakat. Di MSP kami selalu diajarkan untuk bekerjasama dalam tim saat kuliah maupun praktikum di lapangan, hal ini sangat berguna bagi saya dalam menyelesaikan tugas-tugas saya di kantor yang membutuhkan bekerjasama dengan rekan sejawat,” ungkapnya.

Lulusan FPIK UNDIP juga tidak sedikit yang berwirausaha. Mereka yang melakukan wirausaha juga punya andil besar dalam ikut membangun bangsa dan negara. Pasalnya, mereka mampu memberi pekerjaan pada orang lain. Adalah Pintya Dwanita Ayu Pratesthi, S.Pi salah satunya. Alumni MSP Angkatan 2012 ini adalah pemilik atau owner Pratesthi Batik, Craft, Ecoprint, Semarang. ‘’Banyak orang mengira kuliah di MSP hanya akan mendapatkan ilmu tentang manajemen perairan saja. Namun sebetulnya lebih dari itu. Kampus ini juga memberikan kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan ketrampilan soft skill. Kegiatan perkuliahan dan praktikum lapangan yang mengasah karakter, kemampuan berkomunikasi, jiwa kepemimpinan, dan membentuk etika kerja menjadi bekal penting bagi usaha saya sekarang,’’ ungkap Ayu Pratesthi.

Foto: Pintya Dwanita Ayu Pratesthi, S.Pi

Foto: Adnan Arsani Hirmawan, S.Pi.

Wirausahawan lain yang juga lulusan MSP UNDIP adalah Adnan Arsani Hirmawan, S.Pi. Alumni MSP Angkatan 2012 ini sekarang menjadi CEO PT Pico Biru Tekno. ‘’Dari belajar di Program Studi MSP UNDIP, saya tersadar bahwa Sumber Daya Perairan di Indonesia sangat kaya dan masih banyak yang belum termanfaatkan dengan optimal. Alhamdulillah dengan berbekal ilmu pengetahuan dan relasi selama kuliah, saya bisa membangun & mengembangkan Perusahaan startup di Bidang Bioteknologi Microalgae yang merupakan sumberdaya perikanan kelautan potensial di Indonesia,’’ katanya

Ketua Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP, Dr. Ir. Suryanti, M.Pi, meyakini semua alumni memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kemauan untuk terus belajar menjadi salah satu kunci keberhasilan. Sedangkan interaksi dengan almamater akan menjadi kemitraan yang saling menguatkan,” ujarnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Prodi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Dampingi UMKM Comida Kendal Produksi Bandeng Presto

Prodi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Dampingi UMKM Comida Kendal Produksi Bandeng Presto

FPIK, SEMARANG – Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan akademik perguruan tinggi. Begitu juga dengan tim pengabdian kepada masyarakat dari Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (THP FPIK UNDIP) yang telah melaksanakan kegiatan pendampingan produksi bagi pengusaha bandeng presto di Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Tim yang diketuai oleh Apri Dwi Anggo S.Pi, M.Sc dan beranggotakan Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc, PhD, A. Suhaeli Fahmi, S.Pi, M.Sc,  Retno Ayu Kurniasih, S.Pi, M.Sc  dan Eko Susanto. S.Pi, M.Sc, PhD  telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan mitra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Comida yang beralamat di Desa Bebengan ini. Kegiatan ini berlangsung di Bulan Mei hingga Juni tahun 2021.

Tujuan program ini adalah agar terjadi hubungan yang baik antara perguruan tinggi dengan unit kegiatan masyarakat untuk memberikan problem solving di lapangan. Apri Dwi Anggo, S.Pi, M.Sc selaku ketua tim menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian ini diharapkan usaha mitra bisa berkembang lebih produktif dan berkelanjutan sehingga berperan baik sebagai penggerak ekonomi di masyarakat.

UMKM Comida sendiri merupakan industri pengolahan bandeng presto rumahan yang beralamatkan di Dusun Somopuro, Rt 02, Rw 07, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Industri rumahan ini telah berdiri sejak tahun 2019 sampai sekarang dan dijalani oleh pemilik yaitu Siti Rosidah yang dibantu oleh keluarganya. Secara umum, ditemukan beberapa permasalahan di industri pengolahan bandeng presto ini, mulai dari manajemen, proses produksi hingga omzet produksi yang belum optimal. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 di mana banyak sektor ekonomi rakyat yang terpuruk bahkan mengakibatkan fluktuasi pasar yang tidak stabil. Oleh karena itu, sentuhan ilmu dan teknologi dari perguruan tinggi sangat diperlukan.

Foto: Salah satu tim pengabdian THP FPIK UNDIP sedang mendampingi proses produksi bandeng presto UMKM Comida Kendal

Proses pendampingan diawali dengan pendekatan mitra UMKM yang diharapkan mampu membentuk komunikasi yang sinergi, kemudian dilanjutkan dengan pencarian titik temu antara program tim pengabdian THP FPIK UNDIP dengan mitra kerja tentang solusi permasalahan untuk kegiatan produksi yang berkesinambungan. Aktualisasi pendampingan tersebut antara lain penyuluhan dan pelatihan Cara Pengolahan Pangan Olahan Yang Baik (CPPOB) atau sering disebut dengan Good Manufacturing Practices (GMP) agar proses pengolahan bandeng presto menjadi lebih baik lagi. Kemudian hibah peralatan guna membantu produktifitas pembuatan bandeng presto. Dan terakhir adalah memberikan motivasi kepada pengolah dengan harapan proses pengolahan ikan menjadi lebih profesional, merealisasikan peralatan produksi dan menambah pengetahuan serta jenis produk yang dihasilkan.

Siti Rosidah selaku pemilik UMKM Comida menyampaikan bahwa apa yang disampaikan oleh tim pengabdian THP FPIK UNDIP sangat bermanfaat bagi usaha yang dijalankannya sekaligus berharap pendampingan usaha bisa terus berlanjut agar usahanya bisa berjalan lebih baik dan kontinyu. Salah satu kelebihan yang dipunyai oleh mitra adalah mereka mempunyai niat yang kuat dalam berusaha dan bersedia belajar untuk selalu memajukan usahanya. Mitra UMKM Comida bertindak secara kooperatif dan menyambut baik kegiatan pengabdian ini. (Editor: Apri Dwi Anggo)

Ciptakan Budidaya Perikanan “Zero-Waste” | Webinar Series #3

Ciptakan Budidaya Perikanan “Zero-Waste” | Webinar Series #3

FPIK, SEMARANG – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP), 16 Juni 2021 lalu, kembali menjadi tuan rumah pelaksanaan Webinar Aquaculture Supporting Mangrove Seri ke-3 dengan tema Integrated Multi Trophic Aquaculture. Webinar ini menghadirkan pembicara Dr. Roel H. Bosma, Prof. Dr. Marc Verdegem (Wageningen University) berkolaborasi dengan pembicara dari Departemen Akuakultur FPIK UNDIP yaitu Prof. Dr. Ir. Sri Rejeki, MSc; Restiana Wisnu, M.Si dan Lestari L Widowati, M.Si.

Pada webinar seri ke-3 ini, konsorsium Building With Nature Indonesia menyajikan informasi tentang sistem budidaya multi-trofik terpadu Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA), mulai dari latar belakang, konsep, implementasinya hingga bagaimana hasilnya. Sistem IMTA merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh program Building With Nature Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan praktik pengelolaan tambak di Pantai Utara Jawa, khususnya di Kabupaten Demak dengan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Peserta yang hadir dari berbagai instansi, universitas, praktisi baik di Indonesia maupun beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Philipina. Prof. Sri Rejeki menyampaikan konsep IMTA sebagai teknik budidaya yang ramah lingkungan dengan prinsip zero waste, sedangkan diskusi para peserta webinar dengan Dr. Roel H. Bosma mengenai motivasi, aplikasi serta hambatan dan tantangan dalam penerapan sistem ini. Kedua narasumber tersebut berbagi ilmu mengenai aspek-aspek penting IMTA berdasarkan Project to Design Aquaculture to Support Mangrove Reforestation in Indonesia (PASMI) yang telah sukses dilaksanakan pada tahun 2016 – 2019. Prof. Marc sebagai keynote speaker, secara live dari Wageningen, The Netherlands, memberikan materi mengenai Nutrious Pond, yang merupakan prinsip management pakan yang efektif dalam akuakultur. Sejak 2012, Ia telah berkolaborasi dengan WorldFish dalam pengembangan konsep ‘tambak bernutrisi’ dan sejak 2020 juga terlibat dalam sebuah proyek penelitian terpadu dengan tema ‘Climate Smart Farming’ berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor.

Rangkaian Webinar ini terlaksana atas dukungan Wetlands International dan Ecoshape, bekerja sama dengan Yayasan Lahan Basah, FPIK UNDIP dan Yayasan Hutan Biru. Webinar ini merupakan sarana untuk menyebarluaskan gagasan serta berdiskusi mengenai pengembangan budidaya perikanan pesisir yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan hutan mangrove melalui pendekatan bersama alam.

Wakil Dekan II, Prof. Dr. Aristi Dian Purnama Fitri, S.Pi., M.Si menutup rangkaian webinar ini dan memberikan apresiasi serta merasa bangga dapat berperan serta dalam menyebarluaskan gagasan sebagai wujud pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat. FPIK UNDIP siap berkolaborasi untuk membangun ekosistem pesisir yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Di akhir acara, Woro Yuniati, M.Sc selaku moderator menyampaikan take home message yaitu Sistem IMTA merupakan cara budidaya dengan pendekatan ekologis ‘zero-waste system’ dengan memanfaatkan organisme berdasarkan trophic level pada rantai makanan. Pemanfaatan multi spesies pada budidaya dengan sistem IMTA terbukti dapat meningkatkan efisiensi tambak yang kemudian mampu meningkatkan produktifitas tambak serta pada akhirnya meningkatkan penghasilan ekonomi petambak. Penerapan sistem IMTA dapat berhasil dengan mempertimbangkan faktor-faktor kesesuaian lokasi, jenis organisme lokal yang tersedia dan kalender musim.

Webinar seri ke-3 ini dapat dilihat secara online melalui Channel YouTube Official FPIK UNDIP. (Sumber: undip.ac.id | Adm)

Potensi Perairan Indonesia Melimpah, Departemen Sumber Daya Akuatik UNDIP Tawarkan 3 Strata Program Studi Ini

Potensi Perairan Indonesia Melimpah, Departemen Sumber Daya Akuatik UNDIP Tawarkan 3 Strata Program Studi Ini

FPIK, SEMARANG -​ Indonesia memiliki sumber daya perairan yang melimpah, tak hanya 1/3 luas lautannya bahkan berawal dari hulu hingga hilir. Hal ini merupakan motivasi Program Studi (Prodi) Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) yang ada di Departemen Sumber Daya Akuatik (SDA) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) untuk siap mencetak sumber daya manusia yang unggul dibidang sumber daya perairan.

Melihat begitu besarnya potensi sumber daya perairan yang dimiliki oleh kita saat ini, Ketua Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP, Dr. Ir. Suryanti, M.Pi, berpendapat bahwa walaupun sumber daya alam perairan (akuatik) Indonesia sangat beragam dan berlimpah, tetapi semua potensi yang tersedia belum didayagunakan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat karena masih terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengelola.

“Dalam konteks bagaimana sumber daya akuatik dikelola, tugas kami adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia yang unggul. Selain melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat yang terkait dengan hal tersebut sebagai institusi pendidikan tinggi,” ujarnya, Senin (28/6/2021). Menurut Suryanti, potensi yang ada pada sumber daya alam akuatik bisa dikatakan tak terbatas; sehingga perlu dipersiapkan SDM yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan kompetensi untuk mengelolanya. UNDIP menyadari pentingnya hal itu, sehingga PTN BH yang berada di Kota Semarang ini tergerak menyelenggarakan prodi yang berkait dengan pengelolaan sumber daya akuatik.

Foto: Ketua Prodi S1 MSP FPIK UNDIP Dr. Ir. Suryanti, M.Pi saat melakukan penelitian di lapangan

Sumber daya akuatik sendiri adalah suatu dimensi kekayaan alam yang berada di laut atau samudera, sungai, rawa, mata air, danau, waduk, serta pendayagunaan kolam-kolam buatan. Di dalamnya ada berbagai macam sumber daya yang bermanfaat bagi kehidupan mulai dari ikan yang menjadi sumber omega 3, vitamin, mineral dan protein; kemudian udang, cumi- cumi, gurita dan sejenisnya sebagai sumber gizi; rumput laut sebagai sumber serat; tumbuhan-tumbuhan  serta biota laut lainnya salah satunya sea urchin yang bisa menjadi sumber farmakologi; mutiara; serta pasir dan berbagai bahan mineral yang ada perairan yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan sebagai upaya ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19.

“Kita berada di negeri yang kaya dengan sumber daya akuatik. Jumlahnya berlimpah, dan jenisnya sangat beragam dan berlimpah. Ini challenge bagi generasi muda untuk menjawabnya. Kita sangat berharap para siswa SMA dan yang sederajat terjun ke bidang ini; kalau tidak maka tenaga-tenaga asing pasti masuk,” pungkasnya. Rasa tangung jawab sebagai lembaga pendidikan tinggi itu pula yang menjadikan UNDIP memiliki komitmen besar membuka Prodi MSP Departemen SDA FPIK. Prodi yang sudah memiliki Akreditas A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), agar pengelolaan kekayaan dilakukan oleh anak-anak negeri, bukan oleh tenaga kerja asing.

Prodi MSP Departemen SDA FPIK UNDIP berupaya maksimal untuk menyiapkan SDM yang mumpuni, bukan hanya menguasai pengetahuan dan mampu menerapkannya, namun bisa mengembangkan pengelolaan perairan dan perikanan untuk mengendalikan tingkat pemanfaatan sumber daya hayati perairan secara rasional, lestari dan keberlanjutan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat. “Target kami menghasilkan tenaga ahli yang berkarakter COMPLETE dan kompeten di bidang sumber daya akuatik,” tegas Suryanti.

Foto: Sertifikat Akreditasi BAN-PT Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan memenuhi syarat peringkat “A”

Ada tiga program studi yang diselenggarkan untuk menghasilkan SDM yang handal mengelola sumber daya perairan, yaitu melalui Program Studi Sarjana (S1) Manajemen Sumber Daya Perairan; Program Magister Manajemen Sumber Daya Pantai (S2); dan Program Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai (S3). “Dengan Predikat Terakreditasi A BAN PT di Departemen Sumber Daya Akuatik sudah lengkap sehingga untuk pengembangan keilmuannya bisa saling mendukung,” ujar Suryanti yang juga merangkap jabatan sebagai Plt Ketua Program Studi S1 Manajemen Sumber Daya Perairan.

UNDIP menargetkan agar para lulusannya selain memiliki karakter COMPLETE, juga memiliki kompetensi dan kualifikasi keahlian yang diakui secara nasional dan internasional. Karakter COMPLETE diartikan mampu menjadi Communicator (mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis), Professional (bekerja sesuai dengan prinsip, pengembangan berdasar prestasi dan menjujunjung tinggi kode etik), Leader (menjadi pemimpin yang adaptif, tanggap terhadap lingkungan, proaktif, bisa menjadi motivator, tangkas membangun kerjasama), Entrepreneur (etos kerja tinggi, memiliki ketrampilan berwirausaha, inovatif, kemandirian), Thinker (mampu berpikir kritis, belajar sepanjang hayat, bisa melakukan penelitian), dan Educator (mampu menjadi agen-agen perubahan).

Kompetensi, UNDIP mensyaratkan prodi yang ada untuk mengembangkan kemampuan lulusannya agar mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan. Departemen SDA FPIK, secara langsung menerapkan KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) sebagai kerangka penjenjangan kualifikasi SDM yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan untuk menunjang profesi. Lulusan Prodi S1 dipastikan berada di level 6, lulusan S2 berada di level 7 dan lulusan program S3 berada di level 9.

Selain KKNI, Prodi MSP yang ada di Departemen Sumber Daya Akuatik juga menerapkan standar keahlian yang diperlukan agar lulusannya bisa beraktivitas secara maksimal di lingkungan perairan. Keahlian renang menjadi syarat yang harus dipenuhi agar mahasiswa bisa lulus dari Prodi MSP. “Tentu ada yang lebih spesifik yang diberikan melalui perkuliahan dan praktik laboratorium serta praktik lapangan,” pungkasnya. (Kutip: joss.co.id | lna)