Mahasiswa Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Raih JSPRS Award 2025 di Konferensi Internasional ACRS Makassar

Mahasiswa Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Raih JSPRS Award 2025 di Konferensi Internasional ACRS Makassar

Semarang, 2025 – Rizal Attaqwa, Mahasiswa Oseanografi angkatan 2022 dari Universitas Diponegoro meraih prestasi membanggakan pada “The 46th Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) 2025” yang digelar di Makassar, Indonesia, pada 27–31 Oktober 2025.

Konferensi internasional ini diselenggarakan oleh Indonesian Society of Remote Sensing (ISRS/MAPIN) dan Asian Association on Remote Sensing (AARS) dengan tema “Harnessing Remote Sensing for Global Sustainability, Resilience, and Technology Innovation.” ACRS mempertemukan para ahli untuk mengkaji peran penginderaan jauh bagi keberlanjutan dan ketahanan iklim.

Dalam konferensi tersebut, Rizal Attaqwa yang juga mewakili UKM-F REGISTER (Remote Sensing and Geographic Information System Technology Research) mempresentasikan penelitian berjudul “Marine Heatwaves Study Based on Copernicus OSTIA L4 Satellite-Derived Sea Surface Temperature and Geospatial Analysis in the Arafura Sea (1982–2024).” Studi ini menganalisis Marine Heatwaves (MHWs), yaitu periode pemanasan laut ekstrem yang diidentifikasi dari data suhu permukaan laut satelit selama lebih dari empat dekade.

Atas kontribusi tersebut, Rizal Attaqwa dianugerahi JSPRS Award 2025 oleh Japan Society of Photogrammetry and Remote Sensing sebagai peneliti muda dengan presentasi terbaik di bawah usia 35 tahun. Tim ini juga beranggotakan Dava Adria Ramadhan, Alfan Maulana, Seysha Haura Nydia Harini, dan Aulia Dinda Saputri, bimbingan Prof. Dr.Sc. Anindya Wirasatriya dan Dr. Muhammad Helmi.

Keberhasilan ini mempertegas kontribusi mahasiswa UNDIP dalam riset kelautan berbasis penginderaan jauh serta peran generasi muda Indonesia dalam sains global berkelanjutan.

Delegasi Mahasiswa Oseanografi, FPIK, UNDIP dalam Event The 46th Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) 2025 yang digelar di Makassar, Indonesia

Delegasi Mahasiswa Oseanografi, FPIK, UNDIP dalam Event The 46th Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) 2025 yang digelar di Makassar, Indonesia

Semarang, 2025 – Mahasiswa UKM-F REGISTER Universitas Diponegoro, Surya Adi Putra Pratama (Oseanografi 2022), berhasil menjadi salah satu delegasi yang mempresentasikan karya ilmiahnya pada The 46th Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) 2025), konferensi internasional bergengsi yang diselenggarakan di Makassar, Indonesia, pada 27–31 Oktober 2025.

   

ACRS 2025 diselenggarakan oleh Indonesian Society of Remote Sensing (ISRS/MAPIN) bersama Asian Association on Remote Sensing (AARS) dengan tema “Harnessing Remote Sensing for Global Sustainability, Resilience and Technology Innovation.” Forum ini menjadi ajang strategis bagi peneliti dari berbagai negara untuk berbagi inovasi dan memperkuat kolaborasi global di bidang penginderaan jauh.

Dalam konferensi tersebut, Surya mempresentasikan penelitian berjudul “Study of Sediment Land Elevation Dynamics Using Airborne LiDAR in the Ajkwa Estuary, Mimika, Papua, Indonesia.” Penelitian ini menganalisis dinamika perubahan elevasi sedimen akibat proses sedimentasi dan aktivitas manusia dengan memanfaatkan data Airborne LiDAR.

Setiap makalah yang dipresentasikan akan diterbitkan dalam e-Proceedings ISRS/MAPIN dan diajukan untuk indeksasi Scopus dan Web of Science, memberi eksposur internasional bagi riset mahasiswa UNDIP. Keikutsertaan ini menegaskan bahwa mahasiswa UNDIP mampu berkompetisi di level global dan menunjukkan kiprah REGISTER sebagai wadah riset mahasiswa yang aktif dan inovatif.

Mahasiswa FPIK UNDIP Menjadi Delegasi untuk Mempresentasikan Hasil Riset di Konferensi Internasional ACRS 2025 Makassar

Mahasiswa FPIK UNDIP Menjadi Delegasi untuk Mempresentasikan Hasil Riset di Konferensi Internasional ACRS 2025 Makassar

Semarang, 2025 – Mahasiswa FPIK UNDIP kembali menorehkan prestasi di kancah internasional melalui partisipasi dalam The 46th Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) 2025. Ajang bergengsi ini diselenggarakan di Makassar, Indonesia, pada 27-31 Oktober 2025, dengan tema “Harnessing Remote Sensing for Global Sustainability, Resilience, and Technology Innovation.”

ACRS merupakan forum ilmiah tahunan yang mempertemukan peneliti, akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara. Tahun ini, konferensi diselenggarakan oleh Indonesian Society of Remote Sensing (ISRS/MAPIN) bekerja sama dengan Asian Association on Remote Sensing (AARS).

Delegasi yang terdiri atas Neisha Alfiza, Marito Gracia Lumbangaol, Karina Miranti Arsita Putri, Seno Aji Haning Mahendra, dan Muhammad Renaldi Zhafran menampilkan integrasi teknologi radar, pemodelan matematis, dan analisis spasial dalam studi oseanografi. Mereka mempresentasikan karya berjudul “Study of Internal Solitary Waves Characteristics Using Synthetic Aperture Radar Imagery and the Korteweg–de Vries Numerical Model in the Southern Andaman Sea” yang mengkaji dinamika gelombang soliter internal melalui integrasi citra SAR dan model numerik KdV.

Kegiatan tersebut menjadi wadah penting untuk berbagi inovasi, memperluas jejaring riset internasional, dan memperkuat kontribusi teknologi penginderaan jauh bagi keberlanjutan global serta ketahanan lingkungan.

PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA FILTRASI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS AIR (SDGS-12) PADA PEMBESARAN KOI DI POKDAKAN MINA RUKUN MAKMUR, GUNUNGPATI, SEMARANG

PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA FILTRASI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS AIR (SDGS-12) PADA PEMBESARAN KOI DI POKDAKAN MINA RUKUN MAKMUR, GUNUNGPATI, SEMARANG

Akuakultur, Semarang – Ikan koi sebagai salah satu ikan hias air tawar dengan jumlah peminat yang tinggi, menjadi salah satu sumber penghasilan bagi pembudidaya ikan. Kebutuhan ikan koi yang unggul dapat terpenuhi dengan prosedur pembenihan dan pembesaran yang baik. Pemeliharaan pada fase pembenihan dan pembesaran merupakan fase kritis dalam kegiatan budidaya. Ikan koi akan semakin mahal sebanding dengan ukuran dan kualitasnya. Namun hal itu ditentukan juga oleh kualitas dan kuantitas benih yang dimiliki. Tingginya kematian saat pembenihan maupun pembesaran ikan koi menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh pembudidaya. Kualitas air yang buruk menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kematian ikan.

Permasalahan kualitas air yang kurang optimal dapat mengakibatkan kerugian bagi pembudidaya karena dapat menimbulkan kematian massal dan menurunkan produksi. Bambang Sriyanto selaku pelaku usaha dan ketua POKDAKAN (Kelompok Budidaya Ikan) Mina Rukun Makmur, Gunungpati, Semarang, membenarkan bahwa hal tersebut menjadi masalah terbesar pada budidaya ikan pada kelompoknya.

Kolam Koi di Pokdakan Mina Rukun Makmur, Gunungpati, Semarang

Tim dosen dari Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, yang terdiri dari Dicky Harwanto, S.Pi., M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Sarjito, M.App.Sc., Dr. Ir. Diana Rachmawati, M.Si., Dr. Diana Chilmawati, S.Pi., M.Si., Ristiawan Agung Nugroho, S.Pi, M.Si., dan mahasiswa Departemen Akuakultur, telah melakukan Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat di POKDAKAN Mina Rukun Makmur, Gunungpati, Semarang, pada 1 November 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai manajemen kualitas air, khususnya teknologi sistem budidaya filtrasi dan pengaplikasiannya pada pembesaran ikan koi, serta meningkatkan penguasaan teknologi pembesaran koi berdasarkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).

Penyampaian Materi dan Diskusi

Aplikasi filter mekanik berupa batuan zeolite, karang jahe, dan batu apung, serta filter biologis berupa kaldness dan bioball diharapkan dapat memperbaiki kualitas air dengan cara menyaring padatan terlarut dan merombak senyawa anorganik beracun pada air. Hal ini diharapkan dapat mencegah ikan terkena penyakit sehingga ikan koi dapat tumbuh dengan baik dan mortalitasnya berkurang. Dengan demikian, maka sistem ini mampu mewujudkan tujuan SDGs-12 yaitu Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Aplikasi filter mekanik berupa batuan zeolite, karang jahe, dan batu apung, serta filter biologis berupa kaldness dan bioball diharapkan dapat memperbaiki kualitas air dengan cara menyaring padatan terlarut dan merombak senyawa anorganik beracun pada air. Hal ini diharapkan dapat mencegah ikan terkena penyakit sehingga ikan koi dapat tumbuh dengan baik dan mortalitasnya berkurang. Dengan demikian, maka sistem ini mampu mewujudkan tujuan SDGs-12 yaitu Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

FPIK UNDIP Perkuat Peran di Kancah Global, Prof. Desrina Paparkan Riset Penyebaran Virus WSSV dalam Konferensi DAA12 India

FPIK UNDIP Perkuat Peran di Kancah Global, Prof. Desrina Paparkan Riset Penyebaran Virus WSSV dalam Konferensi DAA12 India

Chennai, India — Prof. Dr. Ir. Desrina, Ketua Departemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP), berpartisipasi dalam Konferensi Internasional Diseases of Asian Aquaculture ke-12 (DAA12) yang diselenggarakan pada 23–27 September 2025 di Chennai, India.

Konferensi DAA12 merupakan forum ilmiah terkemuka di bidang kesehatan ikan yang diselenggarakan oleh ICAR-Central Institute of Brackishwater Aquaculture (ICAR-CIBA), India, bekerja sama dengan Fish Health Section – Asian Fisheries Society (FHS-AFS) dan didukung oleh berbagai institusi internasional yang bergerak dalam isu-isu kesehatan dan penyakit ikan. DAA telah lama dikenal sebagai ajang prestisius yang mempertemukan para peneliti, akademisi, dan praktisi dari seluruh dunia yang berfokus pada pengendalian dan studi penyakit ikan.

Dalam konferensi bergengsi ini, Prof. Desrina hadir sebagai anggota Executive Committee (Exe Comm) FHS-AFS, sekaligus menjadi salah satu presenter ilmiah yang diundang. Beliau memaparkan hasil penelitian berjudul:

“The White Spot Syndrome Virus (WSSV) Transmission from Blood Cockle (Tegilarca granosa) to Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei)”,

yang mengangkat isu penting terkait mekanisme penyebaran virus sindrom bercak putih (WSSV), salah satu penyakit paling merugikan dalam budidaya udang.

Lebih dari sekadar partisipasi aktif, Prof. Desrina juga mendapat kepercayaan internasional dalam forum ini. Dalam pertemuan resmi FHS-AFS, beliau ditunjuk sebagai Sekretaris dan Bendahara baru FHS-AFS, menggantikan Dr. Eduardo Leano dari NACA, Thailand. Penunjukan ini menjadi pengakuan atas kiprah dan kontribusi Prof. Desrina dalam bidang kesehatan ikan di kawasan Asia.

Kesempatan mengikuti DAA12 ini juga dimanfaatkan oleh Prof. Desrina untuk memperluas jejaring akademik internasional. Beliau menjalin diskusi dan potensi kolaborasi riset serta pendidikan dengan dua tokoh penting di bidangnya, yakni Prof. Naoki Itoh dari University of Tokyo dan Dr. Kelly Bateman, peneliti dari Centre for Environment, Fisheries and Aquaculture Science (CEFAS), Inggris.

Keterlibatan aktif Prof. Desrina dalam DAA12 menjadi representasi penting peran Indonesia, khususnya FPIK UNDIP, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan diplomasi akademik global di bidang akuakultur dan kesehatan ikan.