Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

FPIK, SEMARANG -​ Peristiwa tenggelamnya perahu di Waduk Kedung Ombo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali menarik rasa kemanusiaan bagi setiap orang. Salah satunya tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP). Mereka adalah Abat (23) Nabil (20), dan Zigro (23) yang tergabung di UKSA-387 (Unit Kegiatan Selam Air) UNDIP.

Pada Minggu (16/5/2021) pukul 09.30 WIB, Abat dan Nabil melakukan penyelaman di lokasi terbaliknya perahu wisata, sementara Zigro siap siaga di daratan area waduk untuk melakukan monitoring dan komunikasi dengan kedua rekannya selama penyelaman. Terjun menyelam di Waduk Kedung Ombo menjadi pengalaman petama dalam operasi SAR (Search and Rescue) pencarian korban tenggelam.

Mahasiswa FPIK UNDIP itu menceritakan kali pertama mendapat kabar dari seorang senior UKSA yang saat ini bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah untuk bergabung dalam operasi SAR di Kedung Ombo. Saat kejadian, SARDA Jateng sedang membutuhkan tenaga penyelam untuk pencarian korban tenggelam.

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP yang tergabung dalam UKSA-387 terjun dalam operasi pencarian dan penyelamatan korban tenggelam di Waduk Kedung Ombo. (Sumber: iNewsJateng.id)

Nabil dan Abat melakukan penyelaman selama sekitar 25 menit di kedalaman 25 meter. “Di kedalaman 15 meter ke permukaan visibiltasnya kurang bagus, kemudian selama menyelam kami ikutin jalur pasang di dasar, saat itu juga kami menemukan kerudung anak kecil berwarna abu-abu,” kata Nabil. “Namun kami kurang tahu juga apakah kerudung tersebut milik korban,” tambah mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan ini. “Jadi untuk relasi dengan SAR sudah lama. Terutama terkait dengan yang evakuasi di perairan, dari Tim SAR Jateng, kita sering dilibatkan,” jelas Nabil. Saat terjadi musibah kecelakaan pesawat Lion Air pada 29 Oktober 2018, di Laut Jawa sebelah utara Karawang Jawa Barat, UKSA-387 juga mengirim personelnya ke sana. “Kami menerjunkan anggota ke sana. Sebenarnya sudah sangat sering kami ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyelamatan dan pencarian.”

Foto: Aktivitas tim SAR bersama UKSA-387 dalam pencarian korban tenggelam di area waduk. (Sumber: UKSA-387)

Mendengar kisah ketiga mahasiswa FPIK UNDIP ini, Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum memberikan apresiasi kepada para mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UKSA-387. Aksi yang dilakukan oleh personel UKSA-387 dipandang Rektor sebagai kepedulian terhadap masalah kemanusiaan dan patut dijadikan contoh.

Sebagai bentuk apresiasi, Kamis (27/5/2021) Rektor memberikan piagam resmi dari UNDIP yang menyatakan mereka sebagai “Pahlawan Kemanusiaan”. Piagam tersebut diberikan secara langsung oleh Rektor kepada kepada Muhammad Ramadhan (S1 Oseanografi 2016), Bariq Nabil Ramadhan (S1 Ilmu Kelautan 2018, dan Zigro Taqwagie (S1 Ilmu Kelautan 2019).

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP sedang menerima penghargaan dari Rektor Universitas Diponegoro.

Dalam pernyataannya, Prof Yos memuji tindakan yang dilakukan anggota UKSA-387 UNDIP. “Universitas menghargai yang Anda lakukan. Karena lebih mementingkan keselamatan jiwa orang lain. Kalian memiliki jiwa kepedulian kepada orang lain. Selaku Rektor saya berterima kasih Anda telah memberi contoh yang baik kepada mahasiswa lain dan orang lain,” kata Rektor.

Rektor mengatakan, semua kegiatan mahasiswa dan dosen di bidang kemanusiaan merupakan bentuk nyata dari Tri Dharma UNDIP kepada masyarakat. Karena itu, universitas pun selalu mendukung dan mendorong civitas akademika untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan.

UKSA-387 UNDIP berdiri sejak Maret 1987. Saat ini jumlah anggota aktifnya sekitar 25 orang.  Ada lima peminatan di dalam wadah UKM ini, yakni scientific diving (kegiatan penyelaman yang berhubungan dengan ilmiah), underwater photographyunderwater work (berhubungan dengan pekerja komersial), SAR, dan kejuaraan (atlet). Para anggota UKSA semuanya memiliki lisensi selam.

Untuk pelatihan, khususnya yang berhubungan dengan SAR, dilakukan oleh kakak-kakak senior. ‘’Kita dilatih untuk mencari korban di dalam air, penyelamatan pertama pada korban yang ditemukan, dan lain-lain. Sehingga tim terbiasa membantu kecelakaan di dalam air,” Zigro menuturkan. Sementera itu Nabil menambahkan, jika dalam setiap terjun ikut evakuasi korban di perairan, UKSA-387 punya alat sendiri. ‘’Kita punya alat selam sendiri, ketika dapat panggilan, maka kita siapkan alat sendiri. Kita juga punya base camp sendiri. Namun kalau perahu karet memang belum ada. Kalau di lapangan, ada tim SAR maka kita pakai kapal mereka,’’ jelas Nabil yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua dalam UKSA-387 ini.

Untuk latihan, tim memiliki jadwal yang kontinyu. Biasanya, tim berlatih di kolam renang Kodam IV/Diponegoro dan juga di sejumlah perairan. Keanggotaan UKSA terbuka bagi mahasiswa Undip dari semua fakultas. Dikutip dari manunggal.undip.ac.id, lahirnya UKM UKSA-387 karena besarnya keinginan dan rasa penasaran serta kuatnya jiwa berpetualang di bawah air. Alumni pertama UKSA-387 di antaranya Gatot (Fakultas Hukum), Antok (FPIK), Rifki (Fakultas Kedokteran) & beberapa mahasiswa dari jurusan Teknik Sipil, yang bersepakat untuk membentuk UKM selam.

Pada masa-masa awal ini hampir setiap bulan UKSA-387 mengadakan ekspedisi ke berbagai pulau di jawa seperti Kepulauan Karimunjawa, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Bawean, dan Kepulauan Seribu. Ekspedisi tak jarang pula dilakukan di luar Pulau Jawa seperti di Sanur, Nusa Penida di Pulau Bali, dan Gili Air, Trawangan, Meno, Sugiri, dan Lombok Timur, di Pulau Lombok. (Adm & Tim Humas)

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Cetak Lulusan Berkualitas

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Cetak Lulusan Berkualitas

FPIK, SEMARANG – Program Studi Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) berkomitmen menghasilkan profil lulusan berkualifikasi COMPLETE dengan Standar KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) Level 6 serta SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) yang terpercaya.

Sebagai perguruan tinggi berbadan hukum, UNDIP tidak hanya berusaha mencetak mahasiswa yang mandiri, mumpuni serta tangguh dalam ilmu pengetahuan; jati diri UNDIP juga diwujudkan dalam profil lulusan yang COMPLETE.

Konsepsi profil COMPLETE adalah target yang ingin dicapai Kampus Diponegoro untuk menghasilkan lulusan yang mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis dengan baik (Communicator),  Professional (bekerja sesuai prinsip, pengembangan berdasar prestasi dan menjunjung tinggi kode etik), memiliki jiwa kepemimpinan, yang proaktif serta bisa memotivasi dan bekerjasama (Leader), memiliki ketrampilan berwirausaha, inovatif, mandiri (Entrepreneur), sekaligus menjadi Thinker yang selalu berpikir kritis, terus belajar dan meneliti; serta mampu berperan menjadi agen perubahan (Educator).

Ketua Program Studi THP FPIK UNDIP, Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc, menyatakan komitmen mencetak lulusan dengan profil COMPLETE berlaku di semua program studi yang ada di Kampus Diponegoro. Untuk Program Studi THP, selain diakui masuk dalam Level 6 KKNI, juga diberikan SKPI kepada lulusannya. “SKPI atau Diploma Supplement adalah surat pernyataan resmi berisi informasi tentang pencapaian akademik atau kualifikasi dari lulusan pendidikan tinggi bergelar yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. SKPI bukan ijazah, namun dapat membantu pemegangnya mendapatkan pengakuan atau rekognisi,” kata Eko Nurcahya Dewi, Kamis (6/5/2021).

Beliau menegaskan bahwa SKPI adalah dokumen tambahan, bukan pengganti ijazah. Adapun informasi yang ada di dalamnya selain pencapaian akademik, juga ada deskripsi capaian pembelajaran lulusan pada jenjang KKNI yang relevan dan dalam suatu format standar yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. “Memang SKPI bukan dokumen yang secara otomatis pemegangnya mendapat pengakuan, tapi akan membantu identifikasi profil lulusan dan kualifikasinya,” dia menambahkan.

Foto: Aktitvitas praktikum mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP 

Program Studi THP FPIK UNDIP yang berdiri tahun 2002, sejak tahun 2012 sudah mengantongi Akreditas A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi). Penetapan status akreditasi terbaru berdasarkan SK No 5053/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2017 yang berlaku sampai dengan 27 Desember tahun 2022.

Melihat kekayaan sumberdaya perairan Indonesia yang melimpah baik hewan maupun tumbuhan yang berasal dari hasil tangkapan maupun budidaya, Program Studi THP UNDIP intensif melakukan penelitian terhadap organisme ikan, udang, rumput laut, bakau dan lainnya agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku produk-produk bernilai tinggi yang mampu bersaing di pasar global. “Penelitian kami mencakup produk-produk perikanan, baik produk pangan maupun non-pangan. Cakupan produk perikanan ini sangat luas, tidak hanya produk pangan saja, ada produk-produk farmasi, kerajinan serta pemanfaatan limbahnya,” dia menegaskan.

Adapun pelaksanaan pengajaran dan riset di Program Studi THP didukung dosen yang terdiri dari 3 profesor, 3 doktor, dan 3 kandidat doktor serta 7 magister.  Proses belajar mengajarnya juga didukung tersedianya laboratorium yang lengkap, yaitu laboratorium pengolahan, laboratorium produksi dan pengemasan, laboratorium analisa mutu dan laboratorium mikrobiologi. Tersedia juga laboratorium terpadu UNDIP di Semarang, dan mini plant industri perikanan di Marine Science Technopark UNDIP Teluk Awur, Jepara.

Saat ini, Program Studi THP FPIK UNDIP melaksanakan Program Kurikulum Merdeka Merdeka Belajar seperti Kampus Mengajar. Dalam konteks ini, setiap kegiatan mahasiswa di luar Kampus akan dikonversikan dengan mata kuliah yang ada di program studi. Kurikulum terbaru yang dipakai saat ini merupakan hasil evaluasi dari kurikulum sebelumnya berdasarkan masukan dari stakeholder yang ada. “Kurikulum selalu diperbarui setiap 5 tahun untuk menyesuaikan dengan tuntutan pengguna atau stakeholder,” tukasnya. (Tim Humas UNDIP)

Prof Tri Winarni: Menyulap Kesan Maskulin di FPIK UNDIP

Prof Tri Winarni: Menyulap Kesan Maskulin di FPIK UNDIP

FPIK, SEMARANG – Momentum dilantiknya Prof Ir Tri Winarni Agustini M.Sc, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) periode 2019-2024 seolah membongkar kesan bahwa dunia perikanan dan kelautan adalah dunia lelaki. Setidaknya kesan maskulin di lingkungan pendidikan tinggi perikanan dan kelautan luruh saat Rektor UNDIP, Prof Dr Yos Johan Utama, mengambil sumpah Prof Winarni sebagai orang pertama di FPIK.

Peristiwa alih kepemimpinan dari Prof Dr Ir Agus Sabdono M.Sc kepada Prof Tri Winarni Agustini yang terjadi di Gedung SA-MWA (Senat Akademik-Majelis Wali Amanat) UNDIP Tembalang, Senin  (05/08/2019) juga dicatat sebagai hadirnya perempuan pertama di Kursi Dekan FPIK UNDIP. “Kalau saya menjadi perempuan pertama yang menjadi Dekan sejak FPIK UNDIP lahir, itu benar. Tapi kalau kehadiran perempuan di dunia perikanan dan kelautan, apalagi dalam konteks keilmuannya, saya kira sudah jamak,” kata pakar teknologi pengolahan ikan (Fish Processing Technology) kelahiran Kebumen, 21 Agustus 1965 ini.

Setamat dari SMA Negeri 1 Kebumen, tahun 1984 Winarni masuk ke Jurusan Perikanan di Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP. Setelah meraih gelar insinyur pada tahun 1989, Winarni muda memilih mengabdi di almamaternya sebagai dosen. Pilihan tersebut memberinya kesempatan untuk studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Tahun 1991, Winarni muda mendapat kesempatan belajar di University of Humberside, Inggris dan menyelesaikan program Master of Food Science and Technology di tahun 1993. Adapun jenjang Strata 3 dijalani di Tokyo University of Fisheries-TUF (sekarang Tokyo University of Marine Science and Technology-TUMSAT), Jepang dan berhasil mengantongi gelar Ph.D (Doctor of Philosophy) tahun 2001. “Studi lanjut di luar negeri memang menarik. Tapi kita juga harus menyadari banyak tantangan yang harus dihadapi,” ujarnya mengingatkan perlunya membiasakan untuk melihat satu hal dari beberapa sisi.

Pencapaian tertinggi jabatan akademisi sebagai profesor diraihnya pada Desember 2017 dan pada hari Rabu (14/3/2018) dikukuhkan Tri Winarni sebagai Guru Besar di FPIK UNDIP. Pidato ilmiah yang mengusung tema Produk Pangan Masa Depan Berbasis Sumberdaya Ikan” yang dipaparkannya dalam Sidang Senat Terbuka di Gedung Prof.Soedarto SH, Kampus UNDIP Tembalang, menjadi penanda keabsahan memakai gelar Prof di depan namanya.

Rupanya, tidak hanya karir akademik dari penulis puluhan jurnal ilmiah dan reviewer jurnal ini. Karir strukturalnya di Kampus Diponegoro juga melaju dengan baik. Sebelum diambil sumpahnya menjadi Dekan FPIK Periode 2019-2024, pemilik NIDN (Nomer Induk Dosen Nasional) 0021086501 ini dipercaya menjadi Sekretaris Prodi PSP (Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, kini menjadi Prodi Perikanan Tangkap) di tahun 2001-2003; kemudian menjadi Sekretaris Prodi THP (Teknologi Hasil Perikanan) pada rentang waktu 2003 – 2007; pada tahun 2007-2010 menjadi Staf ahli Lembaga Penelitian dan di tahun 2016-2019 mengemban amanah sebagai Sekretaris LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNDIP.

Kini, sebagai orang pertama di FPIK yang mengelola 10 program studi dan memiliki sumber daya 19 profesor serta 55 dosen bergelar doktor, Prof Winarni yang juga aktif menggeluti bidang Halal Pangan (wakil Pusat Studi Halal UNDIP) berupaya keras agar bukan hanya kualitas pendidikan dan akreditasinya unggul, tapi juga harus berupaya keras agar program studi yang ada lebih dikenal dan menjadi dekat dengan masyarakat. Tri Winarni yang menjalani masa kecil sampai remaja di wilayah pesisir selatan Jawa ini mengajak anak muda mau terjun mengelola potensi laut dan perairan Indonesia yang begitu besar untuk kesejahteraan bersama.

“Siapa yang harus mengelola potensi laut dan perairan kita kalau bukan anak bangsa? Masak kita mau membiarkan orang asing yang menikmati kekayaan laut kita? Laut kita sangat kaya, luas dan cukup untuk bisa mensejahterakan warga bangsa kita,” katanya, bersemangat.

Foto: Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D.

Beliau mengatakan bahwa FPIK UNDIP merupakan kampus yang siap mendidik kawula muda mempelajari perikanan dan kelautan. Di program sarjana, ada enam Prodi yang bisa dipilih mulai dari Prodi Akuakultur, Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Prodi Oseanografi, Prodi Perikanan Tangkap, Prodi Teknologi Hasil Perikanan, serta Prodi Ilmu Kelautan. “Untuk jenjang S1, kami termasuk yang cukup lengkap. Perlu diketahui, Prodi Oseanografi hanya ada di Undip dan ITB,” tuturnya.

Untuk jenjang pascasarjana, di jenjang S2 ada Prodi Magister Ilmu Kelautan dan Magister Manajemen Sumber Daya Perairan. Sedangkan di jenjang S3 ada Program Doktor Manajemen Sumber Daya Perairan dan Program Doktor Ilmu Kelautan. Yang pasti, sebagai penyelenggara pendidikan tinggi FPIK Undip juga banyak melakukan penelitian-penelitian tentang perikanan dan kelautan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kerja sama dengan pihak lain. FPIK juga memiliki jurnal ilmiah terindeks Scopus yakni Jurnal IJMS (Indonesian Journal of Marine Science) serta beberapa jurnal terakreditasi nasional (Sinta 2 dan3) yang bisa dibanggakan.

Dalam konteks memperkuat wawasan mahasiswanya, FPIK juga selalu mengadakan kuliah umum dari narasumber yang sangat berkompeten. Diantaranya dengan mengundang beberapa pakar dari Lembaga pemerintah, para praktisi sekaligus para diaspora seperti Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Kapushidrosal), Laksamana Muda TNI Dr Ir Harjo Susmoro SSos SH MH, Prof Irwandi Jaswir, untuk memberikan pemahaman dan tambahan wawasan serta pengenalan dunia nyata dalam industri kepada para mahasiswa terkait perkembangan ilmu dibidang perikanan dan kelautan

“Kerja sama dengan semua lembaga baik pemerintah maupun swasta adalah langkah nyata untuk mendekatkan dunia akademik dengan realitas. Apalagi di era teknologi informasi yang begitu kencang mendera. Sinergitas dan kolaborasi adalah sebuah keniscayaan,” ujarnya sembari menunjukkan beberapa dampak disrupsi dunia digital.

Ditanya program dalam masa jabatannya sebagai Dekan FPIK, peningkatan kualitas akademik baik itu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat adalah prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar. Kualitas bukan hanya kurikulum dan sarana penunjang seperti laboratorium yang update; tapi juga akreditasi sebagai bentuk pengakuan yang sah harus diraih. “Kami berjuang supaya semua Prodi di FPIK memiliki akreditas unggul dari lembaga nasional maupun internasional. Saat ini kami sedang merintis akreditasi internasional ASIIN untuk Prodi IK, Oseanografi dan Akuakultur. Harapannya tahun ini atau tahun depan dapat diraih. Membangun lebih banyak kerja sama dengan perguruan tinggi asing juga penting. Arah kami jelas, berkontribusi nyata membawa UNDIP masuk World Class University,” pungkasnya. (Tim Humas UNDIP)

UNDIP Matangkan Skenario Perkuliahan Tatap Muka

UNDIP Matangkan Skenario Perkuliahan Tatap Muka

FPIK, SEMARANG – Universitas Diponegoro (UNDIP) sedang mematangkan skenario pelaksanaan Perkuliahan Tatap Muka (PTM) yang kemungkinan akan dilaksanakan di bulan Juli 2021 mendatang. Pematangan PTM dilakukan untuk meminimalisasi risiko yang mungkin muncul dari kegiatan tersebut.

Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UNDIP, Prof Budi Setiyono PhD, mengatakan kemungkinan memang PTM akan dilaksanakan pada Juli 2021 mendatang. ‘’Namun, UNDIP sendiri juga masih menunggu detail petunjuk pelaksanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ,’’ katanya saat dikonfirmasi tentang hal itu, Jumat (9/4/2021).

Menurut dia, hal-hal yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PTM terus diiventarisasi dan dikaji lebih dalam. Terutama terkait kemungkinan risiko yang ditimbulkannya. Pimpinan universitas juga tengah mendiskusikan beberapa skenario pelaksanaan PTM dengan fakultas dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa).

Proses tersebut merupakan hal yang penting sebagai antisipasi munculnya hal yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan PTM. Bagaimanapun saat ini pandemi Covid-19 masih terjadi. ‘’Kita masih membicarakan hal tersebut, baik itu di struktural UNDIP, senat akademik, Pemerintah Kota Semarang dan Pemerintah Provinsi Jateng,’’ jelasnya.

Karena itu, Undip tidak mau tergesa-gesa dalam menggelar uji coba PTM, karena ada sejumlah pertimbangan. ‘’Diantara yang menjadi pertimbangan kita adalah, staf kita sampai minggu kemarin itu masih ada yang positif Covid-19. Juga dua minggu yang lalu, ada yang meninggal dunia, seperti almarhum Prof Miyasto (Guru besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis-Red) karena Covid-19. Sehingga kita akan mengambil langkah yang paling aman.”

Foto: Wakil Rektor 1 Universitas Diponegoro

Ada beberapa langkah meminimalisasikan risiko yang dilakukan lembaga, seperti melakukan vaksinasi terhadap semua dosen dan tenaga kependidikan. Pihak universitas juga menyarankan agar mahasiswa yang mau mengikuti perkuliahan secara offline dipastikan sudah divaksi. Dengan begitu, risiko yang mungkin timbul pada perkuliahan tatap muka bisa ditekan.

Hal lain yang disiapkan universitas adalah kemungkinan penerapan model pola pembejaran sistem ganjil genap. Sebuah model pembatasan untuk mengurangi kepadatan dan kerumuman dalam proses PTM. Model tersebut memakai nomor induk mahasiswa yang dimilki, misalnya saat nomor genap PTM maka yang genap bisa mengikutinya secara online. Begitu pula sebaliknya. ‘’Itu akan Juga dipertimbangkan implikasi-implikasinya. Misalnya, apakah sifat kuliah offline wajib dan tambahan atau bagaimana,’’ dia menambahkan.

Yang menarik, pihak universitas juga tengah mengkaji Uang Kuliah Tunggal (UKT) terkait pelaksanaan perkuliahan yang ada sekarang. Masukan dari mahasiswa kini tengah dihimpun untuk diproses sebagai pertimbangan universitas dalam membuat kebijakan UKT. (Sumber: undip.ac.id)

Beasiswa UNDIP Periode III Tahun 2021 Telah Dibuka

Beasiswa UNDIP Periode III Tahun 2021 Telah Dibuka

FPIK, SEMARANG – Diberitahukan kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan (tendik) di lingkungan Fakultas/Sekolah/Unit, bahwa Universitas Diponegoro akan menyelenggarakan seleksi Beasiswa Universitas Diponegoro Periode III Tahun 2021. Surat permohonan dan dokumen pendukung yang dipersyaratkan akan diterima paling lambat tanggal 30 April 2021.

Terdapat 3 (tiga) skema beasiswa yang disediakan, yaitu:

  1. Beasiswa Izin Belajar,
  2. Beasiswa Tugas Belajar Dalam Negeri, dan
  3. Beasiswa Tugas Belajar Luar Negeri.

 

Persyaratan Umum Bagi Dosen

  • Umum
    1. PNS UNDIP atau pegawai tetap UNDIP.
    2. Telah diangkat ke dalam jabatan fungsional;
    3. Mengikuti pendidikan lanjut jenjang Strata 3 (S3), Spesialis 1 (Sp1), Spesialis 2 (Sp2).;
    4. Memiliki NIDN atau NIDK atau NIP UNDIP;
    5. Beasiswa tidak diberikan kepada pelamar untuk mendapatkan gelar kedua dalam jenjang yang sama.
  • Tugas Belajar
    1. Batas usia penerima beasiswa tugas belajar paling tinggi 40 (empat puluh) tahun untuk Strata 3 (S3) atau yang disetarakan;
    2. Penerima beasiswa tugas belajar tidak sedang menduduki jabatan tugas tambahan di Universitas Diponegoro.
  • Izin Belajar
    1. Batas usia penerima bantuan izin belajar paling rendah 30 (tiga puluh) tahun sampai dengan 65 (enam puluh lima) tahun untuk Strata 3 (S3);
    2. Batas usia penerima bantuan izin belajar paling rendah 40 (empat puluh) tahun sampai dengan 48 (empat puluh delapan) tahun untuk Spesialis 1 (Sp1), dan paling rendah 41 (empat puluh satu) tahun sampai dengan 65 (enam puluh lima) tahun untuk Spesialis 2 (Sp2).

Persyaratan Umum Bagi Tenaga Kependidikan

  1. PNS UNDIP atau pegawai tetap UNDIP.
  2. Tenaga Kependidikan yang akan menempuh jenjang S1 wajib memiliki ijazah D3 dengan IPK paling rendah 3,00 (PTN) dan 3,25 (PTS) dalam skala 4 atau sekurang-kurangnya memiliki ijazah SLTA/sederajat dengan nilai rata-rata 7;
  3. Tenaga Kependidikan yang akan menempuh jenjang Strata 2 (S2) sekurang-kurangnya memiliki ijazah Strata 1 (S1) dengan IPK paling rendah 3,00 (PTN) dan 3,25 (PTS) dalam skala 4;
  4. Batas usia penerima beasiswa tugas belajar paling tinggi 25 (dua puluh lima) tahun untuk Strata 1 (S1) dan 37 (tiga puluh tujuh) tahun untuk Strata 2 (S2);
  5. Batas usia penerima bantuan izin belajar paling rendah 26 (dua puluh enam) tahun sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun untuk Strata 1 (S1), paling rendah 31 (tiga puluh satu) tahun sampai dengan 48 (empat puluh delapan) tahun untuk Strata 2 (S2) dan paling rendah 41 (empat puluh satu) tahun sampai dengan 55 (lima puluh lima) tahun untuk Strata 3 (S3);
  6. Studi lanjut diutamakan di UNDIP dengan program studi yang sesuai dan mendukung pelaksanaan
  7. Apabila program studi yang dituju sebagaimana dimaksud pada nomor 6 tidak ada di UNDIP, maka dapat menempuh studi lanjut di perguruan tinggi di luar UNDIP yang institusi dan program studinya terakreditasi A/setara, atau sekurang-kurangnya program studi terakreditisi B/setara dengan akreditasi institusi A/setara.

Untuk informasi persyaratan khusus, selengkapnya di sini.

Sumber berita: https://bpsdm.undip.ac.id/