Semarang, FPIK Undip dan PT BPI Tanam Terumbu Karang Buatan dan Rumah Ikan yang terbuat dariLimbah Batubara. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2022. Ratusan terumbu karang buatan berbentuk piramida Artificial Patch Reef (APR) dan Artificial Fish Apartmen (AFA) berbahan beton FABA (Bottom Ash) batubara ditaman di perairan laut Batang. Terumbu karang tersebut merupakan hasil dari penelitian Fakultas Perikanan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang bekerjasma PT BPI selaku konsorsium pembangunan PLTU 2×1.000 MW Batang.

Kegiatan ini diresmikan langsung oleh Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki sekaligus dilakukan pemasangan secara simbolis bersama Dekan Perikanan Undip dan jajaran direksi PT BPI di Pelabuhan Ikan Kelurahan Karangasem Utara Batang. Pj Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki mengatakan ini merupakan teknologi baru pemanfaatan limbah batu bara yang sudah kategori non B3 yang artinya sudah tidak berbahaya kemudian oleh Undip dan BPI dimanfaatkan untuk terumbu karang. “Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2021 tentang penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Fly Ash and Bottom Ash (FABA) sebagai limbah non B3 dapat dimanfaatkan oleh sendiri atau pihak lain sebagai substitusi bahan baku substrat atau sesuai dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),” jelasnya. Lebih lanjut, terumbu karang buatan itu akan ditenggelamkan di laut sebagai upaya untuk menjaga ekosistem laut.

Limbah batu bara atau FABA non B3, tidak hanya untuk pembuatan terumbu karang saja, tetaapi juga sudah bisa dimanfaatkan sebagai batako dan paving block. Dekan Fakultas Pertanian Undip, Prof. Tri Winarni mengatakan FABA yang dijadikan ATR dan AFA sudah melalui penelitian dan dinyatakan bahwa limbah tersebut tergolong non B3. Dijelaskannya, dengan rasio yang berbeda FABA bisa menggantikan semen yang sekarang harganya mahal. Maka pemanfaatan limbah ini bisa menjadi sesuatu potensi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Ketua Tim Penelitian dan Ahli Terumbu Karang Undip Semarang Munasik menjelaskan, terumbu karang di wilayah perairan laut pantura khususnya Batang kerusakan sudah sangat masif dan sudah terbilang hampir langka. Hal itu disebabkan salah satunya adanya sedimen dan pengenceran air laut. “Melalui program matching fun 2022 ini, kita ingin menghidupkan kembali habitat terumbu karang dengan pemanfaatan limbah batubara.