Restorasi Mangrove: Seminar Nasional PT Freeport dan FPIK Undip

Restorasi Mangrove: Seminar Nasional PT Freeport dan FPIK Undip

Semarang (23/9) – PT Freeport Indonesia (PTFI) berpartisipasi dalam Seminar Nasional bertajuk “Perlindungan Kawasan Pesisir Melalui Restorasi Mangrove” yang diselenggarakan di Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP), pada hari Senin 23 September 2024.

Mangrove memainkan peran penting dalam menopang rantai kehidupan kawasan pesisir, meminimalisir terjadinya sedimentasi serta memitigasi perubahan iklim. Sejak tahun 2004, PTFI tengah melaksanakan program rehabilitasi mangrove di Mimika yang seluas 8.000 Ha, dan di sejumlah provinsi lain di Indonesia seluas 2.000 Ha bekerjasama dengan KLHK, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dan beberapa universitas di Indonesia. Hingga 2024, total kawasan penanaman mangrove PTFI telah mencapai 1.100 Ha.

Hadir sebagai panelis pada Seminar ini yaitu Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro, Vice President Environmental PT Freeport Indonesia Gesang Setyadi, Prof. Denny Nugroho Sugianto, dan Dr. Rudhi Pribadi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Sekitar 260 mahasiswa dan dosen dari berbagai fakultas di UNDIP serta universitas di sekitarnya, hadir dalam kegiatan ini.

Vice President Environmental PTFI Gesang Setyadi mengatakan dalam program rehabilitasi mangrove di Muara Ajkwa, Kabupaten Mimika, PTFI melibatkan 20 kontraktor lokal Papua untuk membangun struktur muara (estuary structure). Ke depannya keberadaan hutan mangrove ini diharapkan memberikan manfaat untuk masyarakat lokal berupa jasa ekosistem mangrove yang meliputi fisik, ekologi dan sosial ekonomi.

Dirjen PPKL Sigit Reliantoro menegaskan bahwa dalam melakukan restorasi mangrove, terdapat faktor yang cukup kompleks sehingga pelaksanaannya harus melalui perencanaan yang matang. “Diawali dengan studi dari berbagai aspek serta perencanaan yang cukup matang maka keberhasilan restorasi mangrove cukup tinggi,” ujarnya.

Pelibatan masyarakat lokal sangat penting untuk mendukung keberhasilan program rehabilitasi mangrove yang dilakukan PTFI. “Kami mendorong upaya pemberdayaan masyarakat untuk melindungi wilayah pesisir demi menjamin kelestarian alam di masa mendatang yang akan memberikan manfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Suku Kamoro yang berada di sekitar wilayah operasi perusahaan. Rehabilitasi mangrove ini sebagai upaya perusahaan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 30 persen di tahun 2030,” kata Gesang.

Senada dengan Gesang, Prof. Denny menambahkan melalui carbon sequestration, ekosistem mangrove mampu menyerap dan menyimpan karbondioksida dari atmosfer dalam jangka waktu yang lama.

“Upaya mempercepat restorasi mangrove perlu dilakukan melalui pendekatan infrastruktur hard structure, yang akan membantu proses sedimentasi, dan pada akhirnya membantu proses re- vegetasi mangrove di kawasan tersebut. Keberadaan hutan mangrove berkontribusi terhadap pengendalian perubahan iklim global,” katanya.

Wakil Rektor IV UNDIP bidang Riset, Inovasi dan Kerjasama Wijayanto dalam sambutannya menyampaikan “Melalui seminar nasional ini, dapat memberikan edukasi dan pemahaman kepada mahasiswa serta masyarakat terkait pentingnya peran hutan mangrove secara ekologi dan ekonomi.”

Mengingat nilai penting ekosistem mangrove baik secara fisik, ekologi maupun ekonomi, penggunaan vegetasi sangat diutamakan dalam rehabilitasi ekologi mangrove. Menurut Dr. Rudhi, selama ini banyak kegiatan rehabilitasi mangrove yang gagal atau kurang berhasil karena pada saat pelaksanaannya tidak mengacu pada permasalahan dasar yang menyebabkan degradasi mangrove tersebut. “Perlu dilakukan kajian terhadap faktor-faktor yang mendasari degradasi mangrove sebelum dilakukan upaya rehabilitasi,” ungkapnya.

Saat bersamaan turut digelar peluncuran buku berjudul Mangrove di Mimika, yang merupakan terbitan buku ke-11 dari serial buku Biodiversity di Mimika. Buku setebal 163 halaman ini mendeskripsikan tentang jenis-jenis mangrove di wilayah operasi PTFI. Keberadaan buku mangrove ini diharapkan dapat memperkaya referensi literasi kekayaan mangrove di Indonesia, khususnya dari Papua. (Tim PTFI & Ut-Humas)

Dilansir dari: Website Universitas Diponegoro

Kolaborasi Undip dan Pushidrosal: Dukung Pengembangan Hidro-Oseanografi

Kolaborasi Undip dan Pushidrosal: Dukung Pengembangan Hidro-Oseanografi

FPIK, SEMARANG – Senin (02/09) Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. telah melakukan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Undip dengan TNI Angkatan Laut (TNI AL) yang diwakili oleh Laksamana Madya TNI Dr. Budi Purwanto, S.T., M.M., selaku Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal). Bertempat di Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK Undip), penandatanganan kerja sama ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan pendidikan dan penelitian di Undip guna mendukung penyelenggaraan tugas di bidang Hidro-Oseanografi yang diemban oleh TNI AL serta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang kelautan khususnya Hidro-Oseanografi melalui pelatihan dan penelitian untuk kepentingan bersama.

Beraneka ragam peluang kerja sama antara Pushidrosal dengan Undip diantaranya

  1. Pendidikan dan pelatihan di bidang hidrografi, oseanografi, SIG, akustik, dan instrumentasi kelautan.
  2. Sertifikasi kompetensi (sertifikat pendamping ijazah).
  3. Survei, penelitian, dan publikasi bersama bidang kelautan.
  4. Pengiriman atau pertukaran Sumber Daya Manusia (Perwira Pushidros, dosen, mahasiswa) untuk meningkatkan kapasitas SDM.
  5. Bersama-sama mendukung dan mewujudkan program pemerintah dalam membangun kelautan nasional yang berkelanjutan.

Setelah Perjanjian Kerja Sama ditandatangani kedua belah pihak, acara berikutnya dilanjutkan dengan Kuliah Umum bertema “Peran Pushidrosal dalam Mendukung Pembangunan Kelautan Nasional” dengan narasumber Laksamana Madya TNI Dr. Budi Purwanto, S.T., M.M. Beliau menyampaikan hidrografi adalah cabang ilmu terapan yang berkaitan dengan pengukuran dan deskripsi fitur fisik lautan, laut, wilayah pesisir, danau dan sungai, serta prediksi perubahannya dari waktu ke waktu, untuk tujuan utama keselamatan navigasi dan mendukung semua kegiatan laut lainnya, termasuk pembangunan ekonomi, keamanan dan pertahanan, penelitian ilmiah, dan perlindungan lingkungan.

Literasi Ekonomi Biru dalam Kuliah Umum Dies Natalis ke-30 FPIK UNDIP

Literasi Ekonomi Biru dalam Kuliah Umum Dies Natalis ke-30 FPIK UNDIP

Semarang – Jawa Tengah (27/8). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) menggelar kuliah Umum mengusung tema “Optimalisasi Ekonomi Biru: Bioteknologi Laut dan Solusi Perubahan Iklim” dalam rangka Dies Natalis ke-30 FPIK UNDIP bertempat di Gedung serbaguna Muladi Dome, kampus UNDIP Tembalang. Kuliah umum yang diselenggarakan bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam inovasi bioteknologi dan mitigasi perubahan iklim untuk peningkatan ekonomi biru di Indonesia.

Hadir secara daring, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Ir. Sakti Wahyu Trenggono, M.M. yang menekankan pentingnya optimalisasi ekonomi biru. “Optimalkan perikanan dengan menempatkan ekologi sebagai panglima dan ekonomi biru harus menjadi mainstream dalam penyusunan kebijakan, riset dan inovasi teknologi serta pengembangan ekonomi dan industri di Indonesia terutama untuk mencapai triple win yakni Ocean Health, Ocean Wealth, dan Ocean Prosperity,” kata Sakti Wahyu Trenggono.

Mewakili Rektor UNDIP, Wakil Rektor Inovasi dan Kerja Sama, Wijayanto,S.IP.,M.Si.,Ph.D. mengatakan, “wilayah Indonesia sebagian besar adalah lautan, Sehingga laut dan sumber dayanya menjadi masa depan Indonesia. Melalui ekonomi biru, salah satunya perikanan mendorong pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan”.

Lebih lanjut Wijayanto menjelaskan, “sejalan dengan program ekonomi biru, Universitas Diponegoro telah turut mendukung program pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan dengan membuka prodi S1 Agribisnis yakni prodi yang mempelajari bidang pertanian beserta bisnis pengelolaannya di PSDKU (Program Studi Di luar Kampus Utama) kampus UNDIP di Batang. Di kampus UNDIP di Jepara, Universitas Diponegoro membuka prodi S1 Teknologi Bisnis Perikanan dan Kelautan”.

Dalam kuliah umum ini menghadirkan 4 (empat) orang narasumber yakni I Nyoman Radiarta (Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan); Abung Maruli Simanjuntak, S.Pi.,M.Si. dari DSM-Firmenich Animal Nutrition & Health; Guruh Suryawan, S.Pi. dari PT Central Proteina Prima Tbk.; dan Prof. Dr. Sc. Anindya Wirasatriya, S.T., M.Si.,M.Sc. yang merupakan guru besar bidang oceanografi FPIK UNDIP.

Mengawali sesi pertama kuliah umum, I Nyoman Radiarta (Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan menyampaikan materi tentang Implementasi Kebijakan Ekonomi Biru dalam Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia. Ia menyampaikan bersumber dari World Economics Forum, United Nations, FAO (2018) bahwa diprediksi populasi dunia tumbuh lebih dari 26% sampai dengan tahun 2050 sehingga diprediksi kebutuhan protein dunia meningkat hingga 70%. Hal tersebut berdampak pada permintaan ikan global meningkat dan diprediksi akan lebih banyak dipenuhi dari produksi perikanan budidaya.

Maka perlu kebijakan ekonomi biru untuk kelautan dan perikanan berkelanjutan. Tujuannya untuk melindungi laut dan sumberdayanya; mengurangi tekanan dan aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan; serta menjaga wilayah laut. Untuk itu, I Nyoman Radiarta menjelaskan 5 (lima) hal yang dilakukan untuk mengimplementasikan program ekonomi biru dalam sektor kelautan dan perikanan, antara lain: memperluas Kawasan konservasi laut; penangkapan ikan terukur berbasis kuota; pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan; pengawasan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; serta pembersihan sampah plastik di laut melalui Gerakan partisipasi nelayan.

Sementara pada sesi kedua menghadirkan 3 (tiga) narasumber yakni: Abung Maruli Simanjuntak, S.Pi.,M.Si. dari DSM-Firmenich Animal Nutrition & Health; Guruh Suryawan, S.Pi. dari PT Central Proteina Prima Tbk.; dan Prof. Dr. Sc. Anindya Wirasatriya, S.T., M.Si.,M.Sc. yang merupakan guru besar bidang oceanografi FPIK UNDIP. Ketiga narasumber membahas 3 (tiga) hal, yakni: Aplikasi probiotik untuk menunjang budidaya udang; Best practice budidaya udang Lestari; serta Mitigasi dan climate change. (Ut-Humas)

Dilansir dari: Website Universitas Diponegoro

Kuliah  Umum  “Air Sea Interaction and Climate Change”

Kuliah Umum “Air Sea Interaction and Climate Change”

FPIK UNDIP. Departemen Oseanografi mengadakan kuliah umum dengan tema “Air Sea Interaction and Climate Change” pada bulan Maret 2023.

Kuliah umum tersebut dilaksakan di auditorium FPIk dengan 2 pembicara yaitu :

  1. Dr. Kok Leong Wee dari Principal Consultant at Weeaqua Consultancy, Malaysia
  2. Prof. Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc. dari Program Studi Ilmu Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Dr. Kok membawakan materi tentang Recent Developments in Aquafeed sedangkan Prof. Dedi membawakan materi tentang Potential use of Ulva as a future aquafeed raw material