“Mahkota” Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP Bicara tentang Almamaternya

“Mahkota” Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP Bicara tentang Almamaternya

FPIK, SEMARANG – Profil dan sosok alumni lembaga pendidikan tinggi bukan saja diakui sebagai salah satu pilar dari kinerja, profil alumni juga kerap diasosiasikan sebagai “Mahkota Lembaga Pendidikan Tinggi”. Oleh Karena itu, tidak mengherankan jika lembaga-lembaga pemeringkat memasukan profil lulusan lembaga pendidikan tinggi sebagai unsur penting dalam pemeringkatan yang dilakukan. Menyitir ungkapan yang sering disampaikan Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum, bahwa “Mahkota Guru Besar terletak pada kemampuan mencetak karya”; tak berlebihan kalau dikatakan bahwa “Mahkota Lembaga Pendidikan Tinggi Adalah Kemampuannya Mencetak Lulusannya”.

Dalam konteks itu, menarik untuk disimak bagaimana komentar dan pendapat “Para Mahkota” Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP terhadap almamaternya. Semenjak berdiri tahun 1978, sudah ribuan alumni yang diluluskan FPIK UNDIP, dan mereka pun bergabung dalam wadah yang dinamai “Kerapu” (Keluarga Alumni Perikanan Undip). Kiprah anggota Kerapu pun sangat beragam. Selain di bidang perikanan dan kelautan yang menjadi keahlian utamanya, banyak pula yang berkarir di perusahaan swasta non-perikanan, ada yang menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) di lembaga-lembaga pemerintah, bankir, wirausahawan, politisi, tenaga pendidik, peneliti, profesional di perusahaan pertambangan, pemilik startup, dan masih banyak lagi profesi spesifik lain yang digeluti.

Dekan FPIK UNDIP, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D, mengatakan posisi alumni bukan saja sebagai mahkota, tapi sebagai mitra sekaligus reflektor. Sebagai mahkota, kiprah para alumni memberikan gambaran melalui prestasinya; sementara fungsi sebagai reflektor yakni memperkuat kompetensi para dosen apakah sudah mampu memberikan bekal yang baik kepada lulusannya. Sementara sebagai mitra, karena dalam implementasi proses belajar mengajar pastilah kita butuh praktek lapang apalagi dengan kebijakan baru terkait Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) maka peran alumni sebagai mitra sangatlah penting. “Semua itu akan terlihat, karena itu saya pribadi berpendapat ketiga hal itu menegaskan pentingnya peran alumni bagi lembaga pendidikan tinggi,” kata Tri Winarni Agustini, Senin (5/7/2021). Selanjutnya Dekan FPIK UNDIP menegaskan bahwa dalam konteks Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi hak mahasiswa untuk belajar tiga semester di luar program, keberadaan alumni menjadi sangat penting. Dalam implementasi MBKM sinergi dengan alumni menjadi suatu keniscayaan. “Dengan implementasi MBKM kita harus bermitra dengan alumni terutama mereka yang ada di sektor bisnis dan korporasi,” ujarnya.

Berdasarkan pendapat dan komentar yang berhasil dihimpun dari alumni Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) FPIK UNDIP, mayoritas alumni yang dihubungi mengatakan puas dan senang dengan program pendidikan tinggi yang diselenggarakan FPIK UNDIP. Mereka juga bangga dan bisa lulus dari PTN BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) yang ada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Materi pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama masa studi juga dirasakan membantu dan menjadi bekal penting bagi mereka saat berkiprah di masyarakat.

Foto: Titus Pramono, S.Pi

Titus Pramono, S.Pi, lulusan MSP Angkatan 1998 yang berkarir di Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menuturkan apa yang diperoleh saat kuliah di MSP FPIK UNDIP. ‘’Prodi MSP adalah kombinasi dari basic perikanan, mahasiswa dibekali untuk bersaing dalam manajemen perairan, manajemen pesisir, budidaya perikanan dan perikanan tangkap. Semula saya bekerja di usaha pembenihan udang dan mampu beradaptasi dan berkarya. Ketika masuk dalam Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP dalam pengelolaan pesisir saya mampu beradaptasi dan berkarya. MSP UNDIP memang hebat,’’ ujar Pramono.

Rezha Mahardika, S.Pi., M.Sc, adalah alumni MSP angkatan 2004 yang berkarir di sektor yang “berbeda” dengan ilmunya. Saat ini dia menekuni bisnis pertambangan sebagai owner PT Mahardika Sukses Sejahtera (MSS) yang bergerak di Bidang Pertambangan Migas. ‘’Kajian keilmuan, proses beradaptasi dan segala kompleksitas yang saya tempuh di program studi MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP memberikan saya level kepercayaan diri tinggi untuk bisa menguasai hal-hal baru yang kini saya tekuni. Dan ini adalah modal terbesar saya untuk mencapai tujuan hidup. Terima kasih MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP. Semangat Maju,’’ kata Rezha.

Foto: Rezha Mahardika, S.Pi., M.Sc

Foto: Endang Rahmi Hute, S.Pi., M.Pi

Alumni MSP FPIK UNDIP yang berkiprah di dunia politik, Endang Rahmi Hute, S.Pi., M.Pi, mensyukuri proses pendidikan di almamaternya memberikan bekal akademik dan non-akademik yang cukup. Rahmi Hute mahasiswa Prodi MSP Angkatan 2004 yang kini menjadi anggota DPRD di Muna Barat, Sulawesi Tenggara mengatakan berbagai keterampilan dan kemampuan non-akademis sebagai bekal menghadapi problematika selepas sarjana, semua itu menjadi pondasi karakter kepribadian yang memberi banyak manfaat. ‘’Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UNDIP telah mampu melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas. Saya bangga bisa menjadi bagian dari MSP,” kata Rahmi.

Peneliti Ahli Muda di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2B-LIPI), Cibinong Science Center, Bogor Indonesia; Widhya Nugroho Satrioajie, menyatakan cukup banyak alumni MSP Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK yang bekerja di lembaga riset seperti LIPI dan Badan LitBang Kementerian. Menurut Lulusan MSP tahun 2004 yang kini tengah menyelesaikan Program Studi Doktor di Wageningen University and Research Belanda, itu membuktikan bahwa lulusan Perikanan dapat memiliki kemampuan yang mumpuni dan kesempatan yang luas untuk dapat mengembangkan karir dan berprofesi sebagai peneliti.

Foto: Widhya Nugroho Satrioajie

Foto: Dr. Rizky Muliani Dwi Ujianti, S.Pi., MSi

Dr. Rizky Muliani Dwi Ujianti, S.Pi., MSi. lulusan Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP) Angkatan 2004, punya pendapat berbeda. Dosen di Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), mengakui kuliah di MSP FPIK UNDIP menempanya menjadi pribadi yang tangguh, kuat dan pantang menyerah. “Ilmu yang didapatkan sangat berguna bagi pengembangan diri saya menjadi seorang dosen dalam tri dharma perguruan tinggi, yakni mengajar, meneliti dan mengabdi kepada masyarakat. Di MSP kami selalu diajarkan untuk bekerjasama dalam tim saat kuliah maupun praktikum di lapangan, hal ini sangat berguna bagi saya dalam menyelesaikan tugas-tugas saya di kantor yang membutuhkan bekerjasama dengan rekan sejawat,” ungkapnya.

Lulusan FPIK UNDIP juga tidak sedikit yang berwirausaha. Mereka yang melakukan wirausaha juga punya andil besar dalam ikut membangun bangsa dan negara. Pasalnya, mereka mampu memberi pekerjaan pada orang lain. Adalah Pintya Dwanita Ayu Pratesthi, S.Pi salah satunya. Alumni MSP Angkatan 2012 ini adalah pemilik atau owner Pratesthi Batik, Craft, Ecoprint, Semarang. ‘’Banyak orang mengira kuliah di MSP hanya akan mendapatkan ilmu tentang manajemen perairan saja. Namun sebetulnya lebih dari itu. Kampus ini juga memberikan kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan ketrampilan soft skill. Kegiatan perkuliahan dan praktikum lapangan yang mengasah karakter, kemampuan berkomunikasi, jiwa kepemimpinan, dan membentuk etika kerja menjadi bekal penting bagi usaha saya sekarang,’’ ungkap Ayu Pratesthi.

Foto: Pintya Dwanita Ayu Pratesthi, S.Pi

Foto: Adnan Arsani Hirmawan, S.Pi.

Wirausahawan lain yang juga lulusan MSP UNDIP adalah Adnan Arsani Hirmawan, S.Pi. Alumni MSP Angkatan 2012 ini sekarang menjadi CEO PT Pico Biru Tekno. ‘’Dari belajar di Program Studi MSP UNDIP, saya tersadar bahwa Sumber Daya Perairan di Indonesia sangat kaya dan masih banyak yang belum termanfaatkan dengan optimal. Alhamdulillah dengan berbekal ilmu pengetahuan dan relasi selama kuliah, saya bisa membangun & mengembangkan Perusahaan startup di Bidang Bioteknologi Microalgae yang merupakan sumberdaya perikanan kelautan potensial di Indonesia,’’ katanya

Ketua Departemen Sumber Daya Akuatik FPIK UNDIP, Dr. Ir. Suryanti, M.Pi, meyakini semua alumni memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kemauan untuk terus belajar menjadi salah satu kunci keberhasilan. Sedangkan interaksi dengan almamater akan menjadi kemitraan yang saling menguatkan,” ujarnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Haris Muhtadi Alumni FPIK UNDIP, Kini Sukses Pimpin Perusahaan Pakan Internasional

Haris Muhtadi Alumni FPIK UNDIP, Kini Sukses Pimpin Perusahaan Pakan Internasional

FPIK, SEMARANG – Ribuan alumni Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tersebar di penjuru tanah air memiliki cerita tersendiri atas kesuksesan yang diraihnya saat ini. Yang pasti, mereka mengaku bersyukur karena mendapatkan pengalaman belajar di salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) terbaik yang kini kampusnya berpusat di Tembalang, Kota Semarang. Tentu banyak suka dan duka yang dialami, selain kisah-kisah yang bisa menginspirasi. Salah satunya adalah kisah sukses Haris Muhtadi, alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP). Haris adalah sosok yang semenjak tahun 2018 dipercaya menjadi Direktur Sales and Marketing di PT CJ Feed and Care Indonesia, perusahaan pakan ikan dan udang serta pakan ternak yang memiliki pabrik di Medan, Lampung, Serang (Banten), Batang (Jawa Tengah), Jombang (Jawa Timur) dan Banjarmasin. Dia merupakan mahasiswa angkatan pertama di Perikanan dan Kelautan.

Karirnya di perusahaan yang memiliki 6 pabrik di Indonesia, 2 pabrik di Korea, 9 pabrik di China, 4 pabrik di Vietnam, dan 1 pabrik di Filipina ini tergolong bersinar. Padahal sewaktu kuliah, pria kelahiran Kabupate Pati tanggal 26 Juli 1966 ini merasa biasa-biasa saja. Terdaftar di Jurusan Perikanan UNDIP Tahun 1984 yang waktu itu bernaung di Fakultas Peternakan dan Perikanan, Haris mengaku tak menonjol dibidang akademik. Dia menegaskan, kuliah di Jurusan Perikanan adalah pilihan pertamanya setamat sekolah menengah atas. “Perikanan adalah pilihan pertama saya,” tegasnya. Karena itu, meski mengaku tak menonjol di bidang akademik, gelar Sarjana Perikanan bisa diraihnya pada tahun 1989.

“Kebetulan dulu saya bukan mahasiswa yang menonjol secara akademis tapi lebih banyak melakukan aktivitas di luar untuk berinteraksi dengan berbagai golongan, jenis orang, jenis pemikiran itulah yang hari-hari saya ini terasa bermanfaat,” kata Haris Muhtadi yang juga menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), saat diwawancara pada Kamis (24/6/2021). Semangat tinggi untuk terus belajar dan membangun jaringan menjadi salah satu pintu kesuskesan. “Salah satunya terus update ilmu baru meskipun tidak melalui jalur formal menjadi sarjana S2. Pengembangan diri bisa didapat juga melalui training, short course, workshop dan seminar yang biasa diikuti selama kita bekerja,” kata alumni SMAN 1 Pati ini. Karena itulah, selain dipercaya menjadi salah satu orang penting di perusahaan pakan yang berpusat di Korea Selatan, sejak tahun 2016 dia juga dipercaya menjadi Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), organisasi tempat para produsen pakan ternak, pakan ikan dan pakan udang di Indonesia Berhimpun.

Di GPMT, alumni FPIK UNDIP ini tegas dalam menyuarakan aspirasi para anggotanya agar bisa terus eksis dan memberikan kontribusi pada usaha perikanan dan peternakan di Indonesia. Pengalamannya bergiat saat masih di Kampus Diponegoro, berpengaruh terhadap pola pikir dan pola tindak ketika dalam lingkungan pekerjaan dan organisasi. Pada posisinya sekarang sebagai direktur dari sebuah perusahaan pakan berskala internasional, dirinya pun harus bertemu sangat banyak orang, dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berasal dari berbagai bangsa. Di situlah beberapa pengalaman masa lalunya yang saat ini terasa relevan.

Foto: Haris Muhtadi Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

“Ternyata kunci dari berbagai deal business adalah bagaimana meyakinkan pihak lain bahwa ide kita ini layak untuk dibeli oleh client atau customer. Jadi, pesan saya untuk teman-teman mahasiswa maupun calon mahasiswa yang ingin belajar tentang Kelautan dan Perikanan khususnya di UNDIP, cobalah untuk lebih aktif bukan hanya di kelas dan mengejar keberhasilan akademis. Belajarlah juga dari luar kelas,” terangnya. Menurut dia, para mahasiswa yang mau belajar di luar kelas akan lebih banyak berinteraksi dengan sebanyak mungkin orang dengan latar belakang budaya, suku, negara, dan bangsa yang berbeda.  Maka disitulah mahasiswa akan dapat kekayaan intelektual. “Wawasan yang luas akan menjadi senjata yang bagus untuk bersosialisasi. Dengan luasnya pergaulan, membantu peningkatan pengakuan dari masyarakat sesuai bidang usaha, secara tidak langsung mempermudah kerja dan peningkatan karir kita,” dia menambahkan.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, dirinya juga mengajak para mahasiswa untuk terus kreatif dan tetap bersemangat dalam belajar. Dia menyarankan agar mahasiswa memperbaiki kemampuan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris. “Jangan berhenti belajar.” Hal lain yang disarankannya adalah untuk tidak berhenti membaca buku bidang apapun sesuai minat. Tersedianya sarana teknologi komunikasi, menurut dia, memudahkan kita dalam belajar. “Kalau kita persiapkan sebaik mungkin dan hidup kembali normal, kita tidak ketinggalan kereta, tetap update info dan tahu perkembangan zaman. The show must go on, Covid-19 bukan alasan untuk berhenti mengembangkan diri,” tegas Haris.

Yang pasti, selaku alumni dia mengucapkan terima kasih kepada UNDIP sebagai lembaga yang turut membentuk karakter dan keahliannya, khususnya para dosen dan senior yang selalu membimbingnya. “Tidak lupa, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada para dosen dan juga para senior yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam hidup saya,” pungkasnya. (Sumber: undip.ac.id | Tim Humas UNDIP)

Manfaat Keahlian Menyelam dan Peluang Kerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

Manfaat Keahlian Menyelam dan Peluang Kerja di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

FPIK, SEMARANG – Salah satu program yang dimiliki Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) yaitu program training dan sertifikasi Selam Keahlian di Kepulauan Karimunjawa Jepara. Program yang sudah berjalan empat tahun sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 melalui kerja sama dengan Kwansei Gakuin University (KGU) Jepang cukup diminati para mahasiswa reguler maupun mahasiswa asing.

“Program training yang disebut Introduction to Scientific Diving ini sudah berjalan 4 tahun sejak 2016 hingga 2019 dan berhenti karena pandemi virus corona (Covid-19)”, jelas Dr. Munasik dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Kelautan FPIK UNDIP dalam wawancara pada Sabtu (19/6/2021). Beliau menambahkan kegiatan training ini adalah Kuliah Musim panas, Summer Course dihargai dengan 1-2 Satuan Kredit Semester (SKS).

Disampaikan pula bahwa capaian pembelajaran dari kegiatan ini adalah mahasiswa mampu menyelam SCUBA dan tersertifikasi sebagai Open Water Diver dari Association of Diving School International ADS-I. Di samping itu dosen-dosen juga memberikan materi kuliah tentang ekosistem kelautan tropis yaitu terumbu karang, mangrove dan lamun.

“Selain memberikan Training Scuba Diving, kita juga mendidik mereka untuk peduli terhadap ekosistem laut, mengunjungi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil dan terlibat dalam perbaikan terumbu karang”, imbuhnya.

Keahlian menyelam inilah yang membuat mahasiswa FPIK UNDIP diminta bantuan oleh Tim SAR daerah Jawa Tengah untuk membantu operasi pencarian korban tenggelam perahu wisata yang terbalik di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Boyolali pada pertengahan bulan Mei yang lalu. Juga beberapa kegiatan kemanusiaan lainnya yang berhubungan dengan kecelakaan di dalam air.

Foto: Seorang mahasiswa FPIK sedang melakukan scuba water entry di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara

FPIK UNDIP memiliki 6 departemen, meliputi Departemen Akuakultur, Departemen Sumber Daya Akuatik, Departemen Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan, Departemen Oseanografi dan Departemen Teknologi Hasil Perikanan. Didukung dengan pengajar yang berkompetensi dengan kualifikasi 55 diantaranya bergelar doktor yang diperkuat oleh 19 Guru Besar aktif saat ini.

Alumni FPIK UNDIP telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan diberbagai bidang baik di pemerintahan, pendidikan, kesehatan, TNI, perusahaan swasta, BUMN maupun wirausahawan. Tidak sedikit pula lulusan FPIK UNDIP yang memegang posisi strategis seperti Sakina Roselasari sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah, kemudian Ir. Haris Muhtadi sebagai Direktur Marketing Aquafeed sekaligus Ketua GPMT, ditambah lagi A. Karding sebagai politisi, Benaya Semeon aktif di Wildlife Conservation Society (WCS), Widhya Nugroho Satrioajie, S.Pi., M.Si. sebagai Peneliti Ahli Muda Pusat Penelitian Biologi di Cibinong Science Center LIPI, Herda Bolly sebagai Quality Control di perusahaan makanan asing Belanda, Kharisma R. Dahono sebagai Manager Bank Mandiri, dan Sudiarso sebagai pengusaha PT Kurinia Mitra Makmur.

“Ini menunjukkan bahwa lulusan FPIK UNDIP memiliki peluang untuk bekerja di berbagai bidang”, ungkap Dekan FPIK UNDIP Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D pada wawancara terpisah pada Minggu (20/6/2021). Lebih lanjut Prof. Tri Winarni menyampaikan bahwa mahasiswa tidak hanya belajar yang berkaitan dengan keilmuan, tetapi juga diberikan materi yang berkaitan dengan manajemen dan bisnis. “Sehingga lulusan FPIK UNDIP tidak sebatas menyelami perairan, namun mampu berselancar ke berbagai dunia kerja dan memiliki banyak peluang diantaranya menjadi peneliti, pendidik, pengembang akuakultur, konsultan, ahli konservasi, instruktur akuakultur, manajer, pengusaha hingga anggota parlemen”, pungkasnya. (Utami | Tim Humas UNDIP)

Times Higher Education Asia University Rankings 2021: UNDIP Nomor 6 di Indonesia

Times Higher Education Asia University Rankings 2021: UNDIP Nomor 6 di Indonesia

FPIK, SEMARANG -​ Times Higher Education (THE) kembali mengeluarkan hasil pemeringkatan untuk tingkat Asia pada awal Juni 2021. Hasilnya menempatkan Universitas Diponegoro (UNDIP) pada posisi ke-6 di Indonesia dan 401+ di Asia. The Times Higher Education Asia University Rankings 2021 menggunakan 13 indikator kinerja yang juga digunakan untuk melakukan pemeringkatan global dengan memberikan pembobotan yang dikalibrasi secara khusus untuk dapat merefleksikan prioritas-prioritas lembaga pendidikan di Asia.

Ketatnya penilaian yang dilakukan THE membuat hanya 9 perguruan tinggi di Indonesia yang berhasil masuk pemeringkatan berdasar urutan peringkatnya adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Padjajaran, Universitas Telkom dan Universitas Brawijaya. Universitas Indonesia berada posisi puncak dengan total nilai 32,9. THE melakukan penilaian terhadap 13 indikator kinerja meliputi empat misi utama pendidikan tinggi yaitu pengajaran, penelitian, alih pengetahuan kepada masyarakat luas dan kiprah internasional. Tahun ini, UNDIP berhasil meraih nilai yang cukup tinggi pada sitasi dan penelitian.

UNDIP berada pada posisi 401+ dengan nilaii range keseluruhan (overall) 12,9-21,6 dan overall calculation 19,8. Sitasi 15; industry income (alih pengetahuan ke dunia industri); 43,2, international outlook (dihitung berdasar rasio jumlah pengajar, mahasiswa, staf asing serta kerja sama internasional) 26,5; penelitian 12,8 dan pengajaran 24,9.

Kepala Kantor Pemeringkatan UNDIP, Prof. Dr. Denny Nugroho, ST., M.Si, mengatakan bahwa THE mengacu pada urutan huruf (alphabet) untuk kelompok peringkat rentang yang sama yaitu 401+ dengan nilai skor overall 12,9-21,6. Sedangkan jika dilakukan perhitungan dan analisis data berdasarkan indikator Citation (30%), Industry income (7,5%), International outlook (7,5%), Research (30%), Teaching (25%), maka nilai skor total UNDIP adalah 19,8 sehingga berada pada urutan ke-6 nasional.

“Kami sudah melakukan perhitungan dan mengurutkan berdasarkan nilai skor totalnya. Bila tidak cermat dan hati-hati kita bisa keliru memaknainya. Beberapa media biasanya hanya melihat urutan yang ada di website untuk melihat urutan pemeringkatannya,” kata Prof. Denny Nugroho, Minggu (6/6/2021).

Hasil pemeringkatan saat ini menjadi salah satu acuan penting yang dipakai pelajar dan keluarganya dalam memilih universitas. Pemerintah dan kalangan perguruan tinggi juga menjadikan hasil pemeringkatan THE sebagai acuan berbagai kebijakan. Tingginya kebutuhan atas hasil pemeringkatan dibuktikan dengan jumlah kunjungan yang tinggi terhadap website THE World University Rankings, di mana dalam setahun jumlah kunjungan mencapai hampir 30 juta.

Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum, menegaskan perguruan tinggi yang saat ini dipimpinnya terus melakukan penyempurnaan agar kualifikasi lulusan dan proses pembelajarannya makin membaik dan sesuai dengan cita-cita yang digariskan. “Kami terus mendorong kualifikasi para dosen dengan program one professor one candidate. Untuk riset, bukan hanya dosen dan peneliti yang terus menghasilkan karya ilmiah bereputasi, mahasiswa juga kita dorong dan fasilitasi supaya bisa menghasilkan karya inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat,” kata Prof Yos Johan.

Kinerja universitas merupakan hal yang penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, serta pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai gambaran betapa pentingnya penguatan lembaga pendidikan tinggi, pemerintah Jepang mengumumkan rencana meningkatkan alokasi dana abadi sebesar £70 billion untuk penelitian di universitas untuk merespons kinerja peringkat universitas-universitas negeri matahari terbit yang sempat turun pada beberapa tahun belakangan ini. (Adm, Dhany dan Tim Humas)

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

Tiga Mahasiswa Penyelam FPIK UNDIP Cari Korban Tenggelam di Waduk Kedung Ombo hingga dapat Apresiasi Rektor

FPIK, SEMARANG -​ Peristiwa tenggelamnya perahu di Waduk Kedung Ombo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali menarik rasa kemanusiaan bagi setiap orang. Salah satunya tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP). Mereka adalah Abat (23) Nabil (20), dan Zigro (23) yang tergabung di UKSA-387 (Unit Kegiatan Selam Air) UNDIP.

Pada Minggu (16/5/2021) pukul 09.30 WIB, Abat dan Nabil melakukan penyelaman di lokasi terbaliknya perahu wisata, sementara Zigro siap siaga di daratan area waduk untuk melakukan monitoring dan komunikasi dengan kedua rekannya selama penyelaman. Terjun menyelam di Waduk Kedung Ombo menjadi pengalaman petama dalam operasi SAR (Search and Rescue) pencarian korban tenggelam.

Mahasiswa FPIK UNDIP itu menceritakan kali pertama mendapat kabar dari seorang senior UKSA yang saat ini bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah untuk bergabung dalam operasi SAR di Kedung Ombo. Saat kejadian, SARDA Jateng sedang membutuhkan tenaga penyelam untuk pencarian korban tenggelam.

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP yang tergabung dalam UKSA-387 terjun dalam operasi pencarian dan penyelamatan korban tenggelam di Waduk Kedung Ombo. (Sumber: iNewsJateng.id)

Nabil dan Abat melakukan penyelaman selama sekitar 25 menit di kedalaman 25 meter. “Di kedalaman 15 meter ke permukaan visibiltasnya kurang bagus, kemudian selama menyelam kami ikutin jalur pasang di dasar, saat itu juga kami menemukan kerudung anak kecil berwarna abu-abu,” kata Nabil. “Namun kami kurang tahu juga apakah kerudung tersebut milik korban,” tambah mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan ini. “Jadi untuk relasi dengan SAR sudah lama. Terutama terkait dengan yang evakuasi di perairan, dari Tim SAR Jateng, kita sering dilibatkan,” jelas Nabil. Saat terjadi musibah kecelakaan pesawat Lion Air pada 29 Oktober 2018, di Laut Jawa sebelah utara Karawang Jawa Barat, UKSA-387 juga mengirim personelnya ke sana. “Kami menerjunkan anggota ke sana. Sebenarnya sudah sangat sering kami ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyelamatan dan pencarian.”

Foto: Aktivitas tim SAR bersama UKSA-387 dalam pencarian korban tenggelam di area waduk. (Sumber: UKSA-387)

Mendengar kisah ketiga mahasiswa FPIK UNDIP ini, Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum memberikan apresiasi kepada para mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UKSA-387. Aksi yang dilakukan oleh personel UKSA-387 dipandang Rektor sebagai kepedulian terhadap masalah kemanusiaan dan patut dijadikan contoh.

Sebagai bentuk apresiasi, Kamis (27/5/2021) Rektor memberikan piagam resmi dari UNDIP yang menyatakan mereka sebagai “Pahlawan Kemanusiaan”. Piagam tersebut diberikan secara langsung oleh Rektor kepada kepada Muhammad Ramadhan (S1 Oseanografi 2016), Bariq Nabil Ramadhan (S1 Ilmu Kelautan 2018, dan Zigro Taqwagie (S1 Ilmu Kelautan 2019).

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP sedang menerima penghargaan dari Rektor Universitas Diponegoro.

Dalam pernyataannya, Prof Yos memuji tindakan yang dilakukan anggota UKSA-387 UNDIP. “Universitas menghargai yang Anda lakukan. Karena lebih mementingkan keselamatan jiwa orang lain. Kalian memiliki jiwa kepedulian kepada orang lain. Selaku Rektor saya berterima kasih Anda telah memberi contoh yang baik kepada mahasiswa lain dan orang lain,” kata Rektor.

Rektor mengatakan, semua kegiatan mahasiswa dan dosen di bidang kemanusiaan merupakan bentuk nyata dari Tri Dharma UNDIP kepada masyarakat. Karena itu, universitas pun selalu mendukung dan mendorong civitas akademika untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan.

UKSA-387 UNDIP berdiri sejak Maret 1987. Saat ini jumlah anggota aktifnya sekitar 25 orang.  Ada lima peminatan di dalam wadah UKM ini, yakni scientific diving (kegiatan penyelaman yang berhubungan dengan ilmiah), underwater photographyunderwater work (berhubungan dengan pekerja komersial), SAR, dan kejuaraan (atlet). Para anggota UKSA semuanya memiliki lisensi selam.

Untuk pelatihan, khususnya yang berhubungan dengan SAR, dilakukan oleh kakak-kakak senior. ‘’Kita dilatih untuk mencari korban di dalam air, penyelamatan pertama pada korban yang ditemukan, dan lain-lain. Sehingga tim terbiasa membantu kecelakaan di dalam air,” Zigro menuturkan. Sementera itu Nabil menambahkan, jika dalam setiap terjun ikut evakuasi korban di perairan, UKSA-387 punya alat sendiri. ‘’Kita punya alat selam sendiri, ketika dapat panggilan, maka kita siapkan alat sendiri. Kita juga punya base camp sendiri. Namun kalau perahu karet memang belum ada. Kalau di lapangan, ada tim SAR maka kita pakai kapal mereka,’’ jelas Nabil yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua dalam UKSA-387 ini.

Untuk latihan, tim memiliki jadwal yang kontinyu. Biasanya, tim berlatih di kolam renang Kodam IV/Diponegoro dan juga di sejumlah perairan. Keanggotaan UKSA terbuka bagi mahasiswa Undip dari semua fakultas. Dikutip dari manunggal.undip.ac.id, lahirnya UKM UKSA-387 karena besarnya keinginan dan rasa penasaran serta kuatnya jiwa berpetualang di bawah air. Alumni pertama UKSA-387 di antaranya Gatot (Fakultas Hukum), Antok (FPIK), Rifki (Fakultas Kedokteran) & beberapa mahasiswa dari jurusan Teknik Sipil, yang bersepakat untuk membentuk UKM selam.

Pada masa-masa awal ini hampir setiap bulan UKSA-387 mengadakan ekspedisi ke berbagai pulau di jawa seperti Kepulauan Karimunjawa, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Bawean, dan Kepulauan Seribu. Ekspedisi tak jarang pula dilakukan di luar Pulau Jawa seperti di Sanur, Nusa Penida di Pulau Bali, dan Gili Air, Trawangan, Meno, Sugiri, dan Lombok Timur, di Pulau Lombok. (Adm & Tim Humas)

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Cetak Lulusan Berkualitas

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UNDIP Cetak Lulusan Berkualitas

FPIK, SEMARANG – Program Studi Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) berkomitmen menghasilkan profil lulusan berkualifikasi COMPLETE dengan Standar KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) Level 6 serta SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) yang terpercaya.

Sebagai perguruan tinggi berbadan hukum, UNDIP tidak hanya berusaha mencetak mahasiswa yang mandiri, mumpuni serta tangguh dalam ilmu pengetahuan; jati diri UNDIP juga diwujudkan dalam profil lulusan yang COMPLETE.

Konsepsi profil COMPLETE adalah target yang ingin dicapai Kampus Diponegoro untuk menghasilkan lulusan yang mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis dengan baik (Communicator),  Professional (bekerja sesuai prinsip, pengembangan berdasar prestasi dan menjunjung tinggi kode etik), memiliki jiwa kepemimpinan, yang proaktif serta bisa memotivasi dan bekerjasama (Leader), memiliki ketrampilan berwirausaha, inovatif, mandiri (Entrepreneur), sekaligus menjadi Thinker yang selalu berpikir kritis, terus belajar dan meneliti; serta mampu berperan menjadi agen perubahan (Educator).

Ketua Program Studi THP FPIK UNDIP, Prof. Dr. Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc, menyatakan komitmen mencetak lulusan dengan profil COMPLETE berlaku di semua program studi yang ada di Kampus Diponegoro. Untuk Program Studi THP, selain diakui masuk dalam Level 6 KKNI, juga diberikan SKPI kepada lulusannya. “SKPI atau Diploma Supplement adalah surat pernyataan resmi berisi informasi tentang pencapaian akademik atau kualifikasi dari lulusan pendidikan tinggi bergelar yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. SKPI bukan ijazah, namun dapat membantu pemegangnya mendapatkan pengakuan atau rekognisi,” kata Eko Nurcahya Dewi, Kamis (6/5/2021).

Beliau menegaskan bahwa SKPI adalah dokumen tambahan, bukan pengganti ijazah. Adapun informasi yang ada di dalamnya selain pencapaian akademik, juga ada deskripsi capaian pembelajaran lulusan pada jenjang KKNI yang relevan dan dalam suatu format standar yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. “Memang SKPI bukan dokumen yang secara otomatis pemegangnya mendapat pengakuan, tapi akan membantu identifikasi profil lulusan dan kualifikasinya,” dia menambahkan.

Foto: Aktitvitas praktikum mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP 

Program Studi THP FPIK UNDIP yang berdiri tahun 2002, sejak tahun 2012 sudah mengantongi Akreditas A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi). Penetapan status akreditasi terbaru berdasarkan SK No 5053/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2017 yang berlaku sampai dengan 27 Desember tahun 2022.

Melihat kekayaan sumberdaya perairan Indonesia yang melimpah baik hewan maupun tumbuhan yang berasal dari hasil tangkapan maupun budidaya, Program Studi THP UNDIP intensif melakukan penelitian terhadap organisme ikan, udang, rumput laut, bakau dan lainnya agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku produk-produk bernilai tinggi yang mampu bersaing di pasar global. “Penelitian kami mencakup produk-produk perikanan, baik produk pangan maupun non-pangan. Cakupan produk perikanan ini sangat luas, tidak hanya produk pangan saja, ada produk-produk farmasi, kerajinan serta pemanfaatan limbahnya,” dia menegaskan.

Adapun pelaksanaan pengajaran dan riset di Program Studi THP didukung dosen yang terdiri dari 3 profesor, 3 doktor, dan 3 kandidat doktor serta 7 magister.  Proses belajar mengajarnya juga didukung tersedianya laboratorium yang lengkap, yaitu laboratorium pengolahan, laboratorium produksi dan pengemasan, laboratorium analisa mutu dan laboratorium mikrobiologi. Tersedia juga laboratorium terpadu UNDIP di Semarang, dan mini plant industri perikanan di Marine Science Technopark UNDIP Teluk Awur, Jepara.

Saat ini, Program Studi THP FPIK UNDIP melaksanakan Program Kurikulum Merdeka Merdeka Belajar seperti Kampus Mengajar. Dalam konteks ini, setiap kegiatan mahasiswa di luar Kampus akan dikonversikan dengan mata kuliah yang ada di program studi. Kurikulum terbaru yang dipakai saat ini merupakan hasil evaluasi dari kurikulum sebelumnya berdasarkan masukan dari stakeholder yang ada. “Kurikulum selalu diperbarui setiap 5 tahun untuk menyesuaikan dengan tuntutan pengguna atau stakeholder,” tukasnya. (Tim Humas UNDIP)