Perjalanan Harian Karimunjawa, Cerita ITroSCo

Perjalanan Harian Karimunjawa, Cerita ITroSCo

FPIK, SEMARANG -​​ (Agustus/07) Trip Karimunjawa dimulai dengan pemberangkatan dari Semarang jam setengah 1 pagi panitia dan peserta transit di DSTP terlebih dahulu jam 2.30 – 4.30, kapal tujuan Karimunjawa berangkat jam 7.00 sampai jam 5.00 berangkat dari DSTP. Perjalanan menuju Pulau Karimunjawa dari Jepara menggunakan perahu Siginjai selama kurang lebih 5 jam setelah sampai kita istirahat sampai sekitar jam 3 sore kemudian menuju ke Bukit Love (Bukit Cinta). Bukit Love merupakan salah satu destinasi wisata di Pulau Karimunjawa yang berada di kawasan dataran tinggi dengan pemandangan Pulau Karimunjawa dan lautan yang sangat indah. Para peserta sangat senang menjelajahi Bukit Love dan sangat antusias untuk mengambil foto dimana terdapat salah satu patung ikonik berupa tulisan Karimunjawa dan para peserta berfoto bersama di sana.

Foto: Peserta ITroSCo berfoto bersama di Karimunjawa.

Setelah Bukit Love, tujuan selanjutnya adalah tracking mangrove. Di sana dijelaskan apa saja jenis mangrove yang ada dan apa peranan ekosistem mangrove terhadap kelestarian lingkungan di sana. Tracking Mangrove di Karimunjawa dikelola oleh BTNKJ (Balai Taman Nasional Karimun Jawa) atau Balai Taman Nasional Karimun Jawa dan saat itu sedang dilakukan renovasi tracking agar lebih baik dan aman. Dan tujuan akhir di hari pertama adalah di pantai Tanjung Gelam dimana panitia dan peserta menikmati pemandangan pantai sambil menunggu matahari terbenam. Sore hari setelah sampai di homestay dan setelah makan malam para peserta bebas menuju alun-alun kota untuk mencari oleh-oleh atau sekedar menikmati suasana malam.

Foto: Peserta ITroSCo menikmati keindahan pantai Karimunjawa.

Foto: Peserta ITroSCo berfoto di depan kapal penyeberangan.

(Agustus/08) Trip Karimunjawa hari kedua diawali dengan acara pelepasliaran bayi penyu atau tukik ke laut di pantai Tanjung Gelam, acara pelepasliaran ini diadakan oleh BTNKJ dengan tujuan untuk memperkenalkan bahwa penyu adalah hewan yang dilindungi dan kelestariannya harus dijaga.

Hari kedua fokus pada aktivitas air yaitu snorkeling. Snorkeling dilakukan di 2 tempat dekat pulau Cemara besar dan cemara kecil. Para peserta sangat antusias melakukan snorkeling, meski ada juga yang masih merasa takut karena baru pertama kali melakukan snorkeling. Sembari snorkeling, beberapa peserta juga mengambil foto di bawah air dengan latar belakang karang dan ikan. Foto bawah airnya sangat bagus sehingga ada yang ingin mengambil beberapa foto. Menjelang tengah hari sekitar jam 10 pagi kami berangkat ke Pulau Cemara besar untuk melakukan bersih-bersih pantai. Seluruh peserta dibagi menjadi 6 kelompok dan mereka berkompetisi untuk mendapatkan sampah terbanyak. Setelah lelah melakukan bersih-bersih pantai kami makan siang dengan ikan bakar segar yang langsung dibakar setelah ditangkap.

Foto: Peserta ITroSCo melakukan bersih pantai.

Setelah dari Cemara Besar kita menuju Pulau Menjangan Besar untuk melihat penangkaran hiu, disini peserta bisa berfoto bersama hiu-hiu yang jinak, cukup banyak hiu yang dipelihara disini sehingga bisa dikatakan penangkaran hiu disini sukses. Selain hiu, ada juga bintang laut dan hewan endemik lainnya. setelah puas berfoto akhirnya kegiatan hari kedua selesai, peserta kembali ke homestay untuk menikmati makan malam dan waktu luang untuk ke alun-alun kota lagi atau istirahat karena besok pagi kapal berangkat jam 7 pagi.

Foto: Peserta ITroSCo snorkeling.

Foto: Peserta ITroSCo berfoto di area penangkaran hiu.

FPIK Tingkatkan Kualitas Keselamatan bersama Komunitas HSE

FPIK Tingkatkan Kualitas Keselamatan bersama Komunitas HSE

FPIK, SEMARANG -​​ Pada tanggal 29/09/2023, sosialisasi dan praktik pemadaman api menggunakan Alat Pemadam Kebakaran APAR yang dilaksanakan di halaman Gedung G, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK Undip). Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja komunitas kelompok studi (Health, Safety & Environment/HSE) berbentuk pembelajaran K3 berbasis seminar serta praktiknya untuk civitas akademika FPIK Undip. Kegiatan ini bernama HSE CLASS dengan tema yang diusung yaitu “Pengenalan K3 di Lingkungan Universitas: Usaha dalam Peningkatan Kualitas Keselamatan”.

Komunitas HSE Kelautan Undip adalah Komunitas kelompok studi mahasiswa pada program studi Ilmu kelautan dan Oseanografi, FPIK Universitas Diponegoro sebagai bagian dari kegiatan K3 dilingkungan fakultas/kampus.

Foto: Pemaparan materi oleh perwakilan Pemadam Kebakaran (Damkar) Pusat Kota Semarang.

Kegiatan HSE CLASS 2023 di awali dengan sambutan oleh Rikha Widiaratih, S.Si., M.Si. dan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh perwakilan Damkar Pusat Kota Semarang (Agus Riyanto). Pemaparan materi tentunya berkaitan dengan upaya penanggulangan awal kebakaran, teori dasar api dan dilanjutkan dengan praktik penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Perwakilan Damkar Pusat Kota Semarang juga mengajarkan praktik pemadaman api menggunakan APAR, pemadaman api pada kebocoran tabung gas, dan teknik tradisional pemadaman api menggunakan karung goni basah.

Para mahasiswa dan staff FPIK Undip secara bergantian melakukan praktik memadamkan api dengan karung basah dan APAR, tentunya didampingi oleh Perwakilan Pemadam Kebakaran Pusat Kota Semarang. Para mahasiswa dan staff juga diberikan kesempatan untuk bertanya dalam sesi tanya-jawab. Perwakilan Damkar Pusat Kota Semarang menekankan untuk langsung menghubungi 112 jika terjadi musibah atau kecelakaan. Adanya kegiatan HSE CLASS 2023 ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam penanggulangan dan pencegahan terjadinya kebakaran bagi seluruh pihak civitas akademika FPIK Undip. (Adm)

Semakin Unggul! UNDIP Cetak 42 Guru Besar Baru dan FPIK Sertakan 5 Profesor

Semakin Unggul! UNDIP Cetak 42 Guru Besar Baru dan FPIK Sertakan 5 Profesor

FPIK, SEMARANG -​​ Universitas Diponegoro kembali mengukir peristiwa sejarah yang luar biasa yakni Pengukuhan Guru Besar dengan jumlah terbanyak sepanjang tahun 2023 ini sejumlah 42 (empat puluh dua) Guru Besar. Acara prosesi pengukuhan Guru Besar akan berlangsung 2 (dua) tahap. Diawali prosesi pengukuhan 25 (dua puluh lima) Guru Besar yang diagendakan pada rentang waktu mulai 5 s.d. 19 September 2023. Menyusul prosesi pengukuhan 17 (tujuh belas) Guru besar berikutnya. Prosesi pengukuhan digelar di gedung Prof Soedarto, SH kampus Undip Tembalang. Dalam satu hari prosesi pengukuhan terbagi dalam 2 (dua) sesi yakni sesi pagi dan siang. Saat ini Universitas Diponegoro memiliki 195 (seratus sembilan puluh lima) guru besar aktif.

Pada Kamis (7/9) di Gedung Prof. Soedarto, S.H. Undip Tembalang. Ketiga guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Munasik, M.Sc. (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan); Prof. Dr. Drs. Hardi Warsono, M.T. (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik); dan Prof. Bagus Hario Setiadji, S.T, M.T., Ph.D. (Fakultas Teknik).

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Munasik

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Hardi

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Bagus

Prof. Munasik menyampaikan pidato dengan berjudul “Desain Ekologis Pintar Artificial Patch Reef untuk Pemulihan Ekosistem Terumbu Karang Indonesia”. Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang terluas di dunia, hampir seperlima dari seluruh luasan terumbu karang global dengan keragaman jenis tertinggi. Akan tetapi kesehatan ekosistem tersebut menurun, hingga kondisi terbaiknya hanya tersisa kurang dari 10%. Untuk itu upaya pemulihan terumbu karang diperlukan melalui restorasi agar ekosistem tersebut tidak punah.

“Desain ekologis pintar Artificial Patch Reefs (APR) memberikan solusi pemulihan ekosistem terumbu karang, yaitu terbentuknya habitat baru lebih cepat, hemat, sehingga hasilnya dapat berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan (SDGs) terutama dalam peningkatan indeks kualitas lingkungan hidup dan indeks kesehatan laut Indonesia,” terangnya.

Sementara Prof. Hardi membawakan pidato ilmiah berjudul “Collaborative Governance dan Reformasi Birokrasi dalam Kerjasama Daerah Menuju Indonesia Emas 2045”. Deliniasi kawasan administratif seringkali tidak sama dengan deliniasi fungsional. Fungsi alamiah seperti daerah aliran sungai (DAS), jalan regional, sebaran penyakit, baik penyakit fisik maupun sosial  sering kali melewati batas wilayah administratif.  Oleh karena itu, penanganan masalah yang sepotong-sepotong sebatas wilayah administratif sering kali tidak efektif, oleh karenanya diperlukan sinergi melalui kerjasama antar daerah.

“Untuk dapat mewujudkan Tata Kelola Birokrasi yang Collaborative menuju Indonesia Emas tahun 2045, diperlukan reformasi birokrasi terus menerus dalam pengelolaan kerjasama yang melibatkan dua atau lebih daerah otonom, tidak bisa lagi dikelola dengan pendekatan birokratis kaku, tetapi semestinya dikelola dengan pendekatan networking dan menuju kolaboratif,” ujar Prof Hardi.

Sedangkan Prof. Bagus menyampaikan kemantapan jalan merupakan suatu indikator yang menjadi target capaian kinerja dari instansi teknis kebinamargaan. Tingkat kemantapan jalan tidak bernilai tetap, tetapi selalu berfluktuasi selama umur layan perkerasan jalan.

“Pelibatan teknologi saat identifikasi, pengukuran dan kompilasi data kondisi fungsional jalan sangat direkomendasikan untuk menghindarkan adanya measurement error dan human error, ditambah dengan metode evaluasi yang ditingkatkan untuk mendapatkan hasil kondisi fungsional jalan yang lebih akurat,” pungkasnya.

Pada hari ketiga pengukuhan ini pula, Kamis (7/9) di Gedung Prof. Soedarto, S.H., Undip Tembalang. Guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. Sarjito, M.App.Sc. (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan); Prof. Dr. Ing. Ir. Silviana., S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng. (Fakultas Teknik); dan Prof. nat. Ir. Thomas Triadi Putranto, S.T., M.Eng., IPU, ASEAN Eng. (Fakultas Teknik).

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Sarjito

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Silviana

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Thomas

Dalam pidato ilmiahnya tentang “Penanganan Penyakit Ikan Berbasis Bahan Alami dalam Rangka Mewujudkan Akuakultur Berkelanjutan”, Prof. Sarjito mengatakan banyak berbagai laporan kematian massal pada kegiatan akuakultur akibat penyakit ikan pada organisme akuakultur, antara lain, kepiting, krustasea, udang dan ikan ekonomis penting seperti kerapu, ikan lele dan nila, ikan mas, dan koi.  Upaya untuk menanggulangi ikan yang terserang penyakit umumnya masih menggunakan antibiotik dan bahan kemotherapi. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama dan dengan jumlah yang tidak tepat dapat menimbulkan resistensi terhadap bakteri patogen dan menghasilkan residu pada produk akuakultur serta munculnya anti mikrobial Resisten (AMR) di lingkungan perairan.

“Untuk menghindari efek negatif dari penggunaan antibiotik pada kegiatan akuakultur maka diperlukan alternatif pengobatan menggunakan bahan alami ramah lingkungan. Penyakit yang sering menyerang organisme akuakultur adalah akibat infeksi virus, jamur dan bakteri serta faktor lingkungan. Penggunaan bahan alamai, terutama tanaman alami dan bakteri asosiasi merupakan salah satu cara yang direkomendasikan bagi pembudidaya ikan, sekaligus menekan biaya produksi, menurunkan bakteri resistensi, mengurangi dampak terhadap lingkungan akuakultur dan sekaligus menjaga keamanan pangan,” jelasnya.

Dilanjutkan presentasi karya ilmiah Prof. Silviana yang berjudul “Pengembangan Teknologi Adsorben Selektif Berbahan Silika Termodifikasi untuk Peningkatan Kualitas Energi Alternatif”, membahas tentang fokus pengembangan teknologi material baru mengenai pembuatan partikel adsorben selektif berbahan silika bagi peruntukan peningkatan kualitas energi alternatif yaitu biodiesel, biogas, dan syngas. Partikel adsorben selektif yang terbentuk tersebut perlu dikonfirmasi dengan karakterisasi serta kajian kinetika untuk mendapatkan informasi lanjut akan kebutuhan partikel adsorben selektif berbahan silika termodifikasi dalam menurunkan konsentrasi impuritas dalam biodiesel, biogas, dan syngas.

“Tahap uji kelayakan produk adsorben tersebut dalam suatu proses pemurnian merupakan bagian dari peluang munculnya inovasi proses diagram alir produk berkualitas dengan ditunjukkan peningkatan nilai kalor, kemurnian, dan nilai ekonomi. Kendala yang muncul menjadi peluang untuk berkolaborasi dengan industri terkait baik sebagai fasilitator maupun konsultan,” ungkap Prof Silviana.

Sementara Prof. Thomas dalam materinya berjudul “Kondisi dan Rekomendasi Pengelolaan Air Tanah Berwawasan Lingkungan di Kota Semarang”, menjelaskan tentang besarnya pemanfaatan air tanah di Indonesia memberikan dampak pada ketersediaan dan kualitas air tanah. Pemanfaatan air tanah yang tidak berwawasan lingkungan akan memberikan dampak buruk terhadap kondisi air tanah. Dampak primer yang timbul sebagai akibat pengelolaan air yang kurang tepat adalah berkurangnya ketersediaan air tanah. Selanjutnya dapat muncul dampak lanjutan seperti penurunan muka tanah (land subsidance), masuknya air laut ke daratan (rob) dan peristiwa masuknya air laut ke dalam lapisan air tanah (intrusi air laut) yang dapat terjadi terutama di kawasan pesisir. Dampak-dampak yang muncul akan berakibat pada kerusakan lingkungan air tanah yang lebih luas, seperti penurunan kualitas air tanah.

“Kegiatan pengelolaan air tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pembangunan sumur pantau secara online/realtime untuk pengamatan muka air tanah dan kualitasnya, pembangunan sumur resapan dalam dan resapan dangkal, pemetaan potensi dan konfigurasi air tanah serta pemetaan zona pemanfaatan dan konservasi air tanah, pengawasan dan sosialisasi pengendalian pemanfaatan air tanah, serta pemodelan numerik aliran air tanah dan pergerakan partikel kontaminan,” pungkasnya.

Pada hari selasa (12/9) di Gedung Prof. Sudarto, S.H. Tembalang. Dalam pengukuhan sesi pagi, ketiga guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Dian Wijayanto, S.Pi., M.M., M.S.E. (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan); Prof. Dr. Ir. Endang Purbowati, M.P. (Fakultas Peternakan dan Pertanian); dan Prof. Dr. Ir. Heru Prastawa, D.E.A. (Fakultas Teknik).

 

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Dian Wijayanto

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Endang Purbowati

Foto: Prof. Yos bersama Prof. Heru Prastawa

Dalam pidato ilmiahnya Prof. Dian menyampaikan permasalahan overfishing (penangkapan berlebihan), ia menyebutkan saat ini telah menjadi permasalahan utama perikanan tangkap di dunia, termasuk Indonesia, yaitu sekitar 35% stok ikan dunia sudah mengalami overfished (eksploitasi berlebihan).  Hal itu perlu menjadi perhatian dunia mengingat perikanan tangkap memiliki kontribusi relatif besar dalam suplai pangan, penyediaan lapangan pekerjaan, pengentasan kemiskinan maupun pertumbuhan ekonomi.

“Permasalahan penangkapan berlebihan dapat dicegah dan dikurangi melalui manajemen perikanan yang berkelanjutan, diantaranya penetapan jumlah tangkapan diperbolehkan (kuota), pembatasan pada alat, daerah penangkapan ikan, waktu penangkapan, ukuran minimal ikan yang boleh ditangkap, jumlah armada dan upaya penangkapan, serta kebijakan pajak, subsidi, maupun lisensi. Tim peneliti dari Undip sudah mengembangkan beberapa model bioekonomi sebagai salah satu sumbangsih pada pengembangan ilmu bioekonomi,” terangnya.

Sementara Prof. Endang menyampaikan pidato ilmiahnya yang berjudul “Produksi Daging Domba Rendah Lemak, Berkelanjutan, dan Ramah Lingkungan: Sebuah Paradigma Baru”. Peningkatan jumlah populasi domba untuk pangan sangat tidak disarankan, mengingat gas metana akibat hasil pencernaan akan mempengaruhi perubahan iklim, ditambah semakin menipisnya lahan produksi pangan karena semakin bertambahnya lahan hunian. Solusinya, meningkatkan dan memperpendek waktu produksi. Saat ini konsumen menginginkan daging rendah lemak, sehingga perlu strategi dalam produksi daging domba rendah lemak, yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

“Produktivitas ternak dipengaruhi faktor ternak dan pakan. Penggemukan domba lepas sapih selama 3 bulan lebih efisien, serta dapat menghasilkan daging yang empuk dan rendah lemak pada bobot potong 20 kg.  Pakan komplit bentuk pellet untuk menghasilkan daging domba rendah lemak adalah dengan protein kasar (PK) 15% dan total digestible nutrients (TDN) 60%. Penggantian rumput gajah dengan sisa agroindustri tidak berdampak buruk terhadap lingkungan,” ungkapnya.

Selanjutnya Prof. Heru Prastawa dalam materi ilmiahnya yang berjudul “Rekayasa Faktor Manusia dan Masyarakat 5.0: Membentuk Masa Depan yang Berpusat pada Manusia” membahas pada masyarakat 5.0, masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Rekayasa Faktor Manusia/Human Factor Engineering/Ergonomi mempelajari prinsip-prinsip kerja yang dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan elemen-elemen dalam sebuah sistem. Dalam Ergonomi, keterbatasan dan kelebihan manusia diharmonisasikan dalam sebuah sistem kerja untuk mencapai kinerja yang efisien, nyaman, aman, sehat dan efektif. Kehadiran Masyarakat 5.0 tidak dapat dihindari. Masyarakat dituntut untuk memiliki Kemampuan HOTS (High Order Thinking Skills) yaitu memiliki pemikiran kritis dan lebih cepat dalam menghasilkan solusi untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk menyikapi pengaruh Masyarakat 5.0, maka perlu meningkatkan kemampuan adaptability (beradaptasi), agility (kelincahan), mobility (mobilitas), dan reaktivity (reaktivitas) yang menjadi kata kunci dalam kehidupan masyarakat 5.0, juga perlunya meningkatkan kolaborasi dalam segala aspek.

“Rekayasa Faktor Manusia memainkan peran penting dalam membentuk masa depan yang berpusat pada manusia di Masyarakat 5.0. Dengan berfokus pada desain yang berpusat pada pengguna, memfasilitasi kolaborasi manusia-mesin, mengatasi adaptasi tenaga kerja, dan memperhatikan pertimbangan etis, HFE memastikan bahwa teknologi meningkatkan kesejahteraan, produktivitas, dan keberlanjutan,” pungkasnya. (LW/Warnoto-Humas)

“Begitu pesatnya peningkatan jumlah guru besar di Undip membuktikan keberhasilan program yang dijalankan yakni program OPOC (One Profesor One Candidate). Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah Guru Besar sesuai Rencana Strategis Universitas Diponegoro Tahun 2020-2024, yakni meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan profesional yakni salah satunya dengan meningkatkan jumlah profesor,” kata Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Yos. (Adm)

Sumber: undip.ac.id

Peringati Dies Natalis ke-29, FPIK Undip Gelar Marlin Fest

Peringati Dies Natalis ke-29, FPIK Undip Gelar Marlin Fest

FPIK, SEMARANG -​​ Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK Undip) telah sukses menyelenggarakan Marlin Fest 2023. Acara puncak Dies Natalis ke-29 FPIK Undip itu digelar di Halaman FPIK kampus Undip Tembalang pada Sabtu, 26 Agustus 2023 pukul 14.00 WIB.

Acara ini merupakan acara puncak dari rangkaian acara menyambut Dies Natalis FPIK ke 29. Sebelumnya, telah diadakan acara seperti: Marlin Cup, Marlin League, berbagai Webinar serta beberapa kegiatan lainnya.

Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor IV bidang Riset, Inovasi dan Kerja Sama, Sekretaris Majelis Wali Amanat, Dekan FPIK Undip, Wakil Dekan FPIK Undip, Dekan Fakultas/Sekolah, Ketua IKA Undip, Ketua KEKAL Undip, Ketua KERAPU Undip, Ketua DWP FPIK Undip, serta seluruh civitas akademika FPIK UNDIP. Kegiatan Marlin Fest 2023 berlangsung meriah dengan menampilkan berbagai kegiatan seperti Marlin Expo, pertunjukan seni, penampilan band-band peserta Marlin League, pembagian ikan gratis, dan penampilan beberapa Guest Star.

Foto: Aktivitas penebaran benih ikan di anak sungai area joging kampus Undip.

Dekan FPIK Undip Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D. dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan Dies Natalis ke-29 FPIK Undip jatuh pada tanggal 25 Juli. “Hari ini adalah acara puncak dari serangkaian acara Dies Natalis ke-29 FPIK Undip dan sekaligus Closing Ceremony untuk ODM di FPIK Undip. Kami mengapresiasi penampilan mahasiswa baru perwakilan dari semua prodi di FPIK Undip, itu sangat membanggakan,” ungkap Prof Tri Winarni.

“Pada kegiatan ini kita juga melaksanakan program Gemar Makan Ikan. Tadi pagi kita sudah melakukan penebaran ikan di area kampus dan sekarang kita akan memberikan ikan gratis kepada masyarakat sekitar. Ikan berasal dari sumbangan Alumni yang bekerja sama pula dengan DWP (Dharma Wanita Persatuan) FPIK Undip. Setiap tahun kita selalu melaksanakan program Gemar Makan Ikan. Hal ini turut mendukung program dari Pemerintah, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan,” jelasnya. (Adm)

International Tropical Summer Course (ITroSCo) Online Camp FPIK UNDIP 2023

International Tropical Summer Course (ITroSCo) Online Camp FPIK UNDIP 2023

FPIK, SEMARANG -​​ Tahun ini merupakan yang ke lima kalinya International Tropic Summer Course (ITroSCo) diselenggarakan. ITroSCo telah diinisiasi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro sejak 2019 oleh Dr. Tita Elfitasari sebagai pendirinya. Tema Coral Reef : Biodiversity For Suistainable Future dirancang untuk menambah pengetahuan tentang pengalaman bawah air khususnya terumbu karang. Para pakar yang terlibat tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri yaitu, Dr. Takashi Nakamura (Jepang) dan Maria Vanessa Baria-Rodriguez, Ph.D. (Filipina). Sementara pakar dari dalam negeri yaitu, Peni Ahmadi, Ph.D.; Dr. Frida Purwanti; Dr. Dwi Haryanti; Dr. Muhammad Helmi; Prof. Slamet Budi Prayitno; Dr. Ofri Johan dan Dr. Tita Elfitasari.

Foto: Sesi pembukaan oleh ketua panitia ITroSCo Pre-Camp 2023

Foto: ITroSCo Pre-Camp Online.

Panitia telah memilih 43 (empat puluh tiga) peserta mahasiswa dari berbagai kebangsaan. Mereka berasal dari 16 negara berbeda yang meliputi benua Asia, Afrika, Australia, dan Amerika Selatan. Enam belas negara tersebut antara lain Bangladesh, Pakistan, Filipina, Jepang, India, Papua Nugini, Nigeria, Thailand, Republik Kyrgyzstan, Yaman, Trinidad dan Tobago, Sierra Leone, Kenya, Afghanistan, Kepulauan Fiji, dan Indonesia. ITroSCo Pre-Camp Online dimulai pada tanggal 21 Agustus 2023 melalui aplikasi Zoom. 

Tahun ini, ITroSCo tidak hanya diselenggarakan secara daring, field trip to Karimunjawa menjadi salah satu rangkaian kegiatan ITroSCo yang diadakan secara luring. Dua puluh empat (24) peserta ITroSCo versi luring yang hadir merupakan perwakilan dari 14 negara dan 3 benua, seperti negara Filipina, Thailand, Singapura, dan Brunei hingga Timor Leste Iran, Yemen, Sudan, Kamerun, Gambia, Amerika Serikat, Uganda, Mauritius, dan Côte d’Ivoire. (Adm)

Foto: Peserta ITroSCo 2023 versi luring.

FPIK Mewakili Indonesia dan Raih Medali Perak di Worldinvent Singapore 22+23 (WoSG)

FPIK Mewakili Indonesia dan Raih Medali Perak di Worldinvent Singapore 22+23 (WoSG)

FPIK, SEMARANG – WorldInvent Singapore 22+23 (WoSG) adalah pertemuan yang diikuti oleh para penggemar teknologi, penemu, dan inovator dari segala usia. Kegiatan ini berupa pameran penemuan dan inovasi, yang menampilkan ide-ide baru, produk baru, dan pendekatan baru.

Indonesia turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, melalui mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK Undip), antara lain Rafi Zulmy Saputra, Supo Friza Rendishatara dan Aulia Rasyad Aqila Hernanda. Kontes bergengsi ini diadakan di D’ Marquee, Downtown East di Republik Singapura antara tanggal 4-6 September 2023 lalu. Di tahun ini, mahasiswa FPIK Undip telah berhasil meraih medali perak dengan persembahan karya “Pengumpul Data Modular Serba Guna untuk Melakukan Penelitian Bawah Air”.

Foto: FPIK Undip raih medali perak di WorldInvent Singapore 22+23 (WoSG) 2023.

WorldInvent TM 22+23 Singapore International Invention Show (WoSG) diselenggarakan oleh Innovation Design & Entrepreneurship Association (IDEA), badan internasional untuk promosi penemuan dan inovasi. Akademisi dari berbagai negara yang turut berpartisipasi pada kontes tahun ini mencapai lebih dari 300. Penemuan dan karya inovasi mereka dipamerkan baik secara online maupun di tempat. Lebih dari 20 negara turut berpartisipasi seperti Arab Saudi, Maroko, Malaysia, Indonesia, Qatar, Republik Tiongkok, Vietnam, dan Thailand. (Adm)

Sumber berita :

https://www.eventbrite.com

https://worldinvent.com

https://thailand.postsen.com