FPIK, SEMARANG - Pada hari Sabtu (2/10), sebanyak 10 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) angkatan 2018 – 2020, diantaranya Fathiyah, Aen, Zalza, Taqiya, Talitha, Rofiatul, Inda, Hafidz, Dika, dan Gindo telah melaksanakan kunjungan ke salah satu desa di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan survei lingkungan serta kondisi pengelolaan sampah di Desa Kedung Malang, Desa Kedung Mutih dan Desa Morodemak yang didampingi oleh dosen FPIK yakni Agus Trianto, S.T., M.Sc., Ph.D., Faik Kurohman, S.Pi., M.Si,. Sigit Febrianto, S.Kel, M.Si,. Oktavianto Eko Jati, S.Pi, M.Si dan Kukuh Prakoso, S.Pi., M.Si. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program kerja sama FPIK UNDIP yang diinisiasi oleh Agus Trianto, S.T, M.Sc, Ph.D Bersama Yayasan Rumah Ilham, GotBag dan beberapa mahasiswa dari RheinMain University of Applied Science, Jerman.
Bu Lurah menyatakan bahwa masyarakat Desa Kedung Malang masih belum acuh terhadap sampah, setiap 3 hari sekali ada penarikan sampah dengan biaya Rp.6.000,- tetapi penarikan itu juga masih sulit dilakukan karena warga sulit membayar. Warga berkeinginan sudah ada pemilahan sampah kering dan basah dari wilayah hulu, sehingga pengelolaan sampah akan lebih mudah, dan ingin dibuatkan program untuk hal ini. Selain itu, dari kelompok sampah Mutiara Laut Srikandi yang ada di Kedung Malang ingin memiliki badan hukum untuk mempermudah kegiatan pengelolaan sampah di daerah tersebut. Desa Kedung Malang memiliki beberapa kendala lain, seperti kurangnya sumber daya manusia untuk mengangkut dan mengelola sampah, dan tidak tersedianya TPA. Lokasi sementara TPA selama ini berada di lahan untuk pembangunan GOR, akan tetapi pembangunan GOR saat ini sedang berlangsung, sehingga warga memerlukan lahan baru sebagai TPA.

Foto: Diskusi dengan Bu Lurah dan Yayasan Rumah Ilham. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Berbeda dengan Desa Kedung Malang, Bu Lukis sebagai salah satu warga Desa Kedung Mutih menginisiasi adanya program pengelolaan sampah. Kegiatan yang telah dilaksanakan yakni sosialisasi yang direspon baik oleh masyarakat, namun masih sedikit perubahan dari masyarakat. Sebelumnya, masyarakat telah rajin mengumpulkan sampah dan ditukar dengan uang yang direkap dalam tabungan bahkan masyarakat dapat mengumpulkan hingga 34 ton sampah apabila tidak terhalang pandemi. Adanya program dari desa untuk penukaran sampah dengan uang, masyarakat berlomba-lomba untuk mengumpulkan sampah. Para nelayan selain mencari ikan juga mencari sampah di laut. Hal ini membuat pinggiran sungai menjadi bersih dan ikan-ikan muncul ke perairan. Kendala dari program ini hanya kekurangan armada untuk pengumpulan sampah, karena tidak adanya armada yang mengambil sampah dari setiap rumah, ibu-ibu yang telah mengumpulkan sampah malah membuang sampah sembarangan karena sudah menumpuk.
Dari Rumah Ilham memberikan solusi untuk sampah plastik berbahan polymere atau cepat rapuh, sampah plastik tersebut dijual ke pabrik semen untuk menjadi bahan baku tambahan.
Kedung Mutih memiliki organisasi penggerak yang biasa disebut organisasi mutiara laut srikandi, terdiri dari ibu-ibu di wilayah kedungmutih. Kendala mereka yaitu kurangnya dukungan dari desa, tidak adanya TPA, Armada dan mobil pemungutan sampah sehingga pengelolaan sampah menjadi terhambat. (Adm)

Foto: Sosialisasi dan Diskusi dengan kelompok Mutiara Laut Srikandi. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)