FPIK, SEMARANG -​ Peristiwa tenggelamnya perahu di Waduk Kedung Ombo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali menarik rasa kemanusiaan bagi setiap orang. Salah satunya tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP). Mereka adalah Abat (23) Nabil (20), dan Zigro (23) yang tergabung di UKSA-387 (Unit Kegiatan Selam Air) UNDIP.

Pada Minggu (16/5/2021) pukul 09.30 WIB, Abat dan Nabil melakukan penyelaman di lokasi terbaliknya perahu wisata, sementara Zigro siap siaga di daratan area waduk untuk melakukan monitoring dan komunikasi dengan kedua rekannya selama penyelaman. Terjun menyelam di Waduk Kedung Ombo menjadi pengalaman petama dalam operasi SAR (Search and Rescue) pencarian korban tenggelam.

Mahasiswa FPIK UNDIP itu menceritakan kali pertama mendapat kabar dari seorang senior UKSA yang saat ini bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah untuk bergabung dalam operasi SAR di Kedung Ombo. Saat kejadian, SARDA Jateng sedang membutuhkan tenaga penyelam untuk pencarian korban tenggelam.

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP yang tergabung dalam UKSA-387 terjun dalam operasi pencarian dan penyelamatan korban tenggelam di Waduk Kedung Ombo. (Sumber: iNewsJateng.id)

Nabil dan Abat melakukan penyelaman selama sekitar 25 menit di kedalaman 25 meter. “Di kedalaman 15 meter ke permukaan visibiltasnya kurang bagus, kemudian selama menyelam kami ikutin jalur pasang di dasar, saat itu juga kami menemukan kerudung anak kecil berwarna abu-abu,” kata Nabil. “Namun kami kurang tahu juga apakah kerudung tersebut milik korban,” tambah mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan ini. “Jadi untuk relasi dengan SAR sudah lama. Terutama terkait dengan yang evakuasi di perairan, dari Tim SAR Jateng, kita sering dilibatkan,” jelas Nabil. Saat terjadi musibah kecelakaan pesawat Lion Air pada 29 Oktober 2018, di Laut Jawa sebelah utara Karawang Jawa Barat, UKSA-387 juga mengirim personelnya ke sana. “Kami menerjunkan anggota ke sana. Sebenarnya sudah sangat sering kami ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyelamatan dan pencarian.”

Foto: Aktivitas tim SAR bersama UKSA-387 dalam pencarian korban tenggelam di area waduk. (Sumber: UKSA-387)

Mendengar kisah ketiga mahasiswa FPIK UNDIP ini, Rektor UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum memberikan apresiasi kepada para mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UKSA-387. Aksi yang dilakukan oleh personel UKSA-387 dipandang Rektor sebagai kepedulian terhadap masalah kemanusiaan dan patut dijadikan contoh.

Sebagai bentuk apresiasi, Kamis (27/5/2021) Rektor memberikan piagam resmi dari UNDIP yang menyatakan mereka sebagai “Pahlawan Kemanusiaan”. Piagam tersebut diberikan secara langsung oleh Rektor kepada kepada Muhammad Ramadhan (S1 Oseanografi 2016), Bariq Nabil Ramadhan (S1 Ilmu Kelautan 2018, dan Zigro Taqwagie (S1 Ilmu Kelautan 2019).

Foto: Tiga mahasiswa FPIK UNDIP sedang menerima penghargaan dari Rektor Universitas Diponegoro.

Dalam pernyataannya, Prof Yos memuji tindakan yang dilakukan anggota UKSA-387 UNDIP. “Universitas menghargai yang Anda lakukan. Karena lebih mementingkan keselamatan jiwa orang lain. Kalian memiliki jiwa kepedulian kepada orang lain. Selaku Rektor saya berterima kasih Anda telah memberi contoh yang baik kepada mahasiswa lain dan orang lain,” kata Rektor.

Rektor mengatakan, semua kegiatan mahasiswa dan dosen di bidang kemanusiaan merupakan bentuk nyata dari Tri Dharma UNDIP kepada masyarakat. Karena itu, universitas pun selalu mendukung dan mendorong civitas akademika untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan.

UKSA-387 UNDIP berdiri sejak Maret 1987. Saat ini jumlah anggota aktifnya sekitar 25 orang.  Ada lima peminatan di dalam wadah UKM ini, yakni scientific diving (kegiatan penyelaman yang berhubungan dengan ilmiah), underwater photographyunderwater work (berhubungan dengan pekerja komersial), SAR, dan kejuaraan (atlet). Para anggota UKSA semuanya memiliki lisensi selam.

Untuk pelatihan, khususnya yang berhubungan dengan SAR, dilakukan oleh kakak-kakak senior. ‘’Kita dilatih untuk mencari korban di dalam air, penyelamatan pertama pada korban yang ditemukan, dan lain-lain. Sehingga tim terbiasa membantu kecelakaan di dalam air,” Zigro menuturkan. Sementera itu Nabil menambahkan, jika dalam setiap terjun ikut evakuasi korban di perairan, UKSA-387 punya alat sendiri. ‘’Kita punya alat selam sendiri, ketika dapat panggilan, maka kita siapkan alat sendiri. Kita juga punya base camp sendiri. Namun kalau perahu karet memang belum ada. Kalau di lapangan, ada tim SAR maka kita pakai kapal mereka,’’ jelas Nabil yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua dalam UKSA-387 ini.

Untuk latihan, tim memiliki jadwal yang kontinyu. Biasanya, tim berlatih di kolam renang Kodam IV/Diponegoro dan juga di sejumlah perairan. Keanggotaan UKSA terbuka bagi mahasiswa Undip dari semua fakultas. Dikutip dari manunggal.undip.ac.id, lahirnya UKM UKSA-387 karena besarnya keinginan dan rasa penasaran serta kuatnya jiwa berpetualang di bawah air. Alumni pertama UKSA-387 di antaranya Gatot (Fakultas Hukum), Antok (FPIK), Rifki (Fakultas Kedokteran) & beberapa mahasiswa dari jurusan Teknik Sipil, yang bersepakat untuk membentuk UKM selam.

Pada masa-masa awal ini hampir setiap bulan UKSA-387 mengadakan ekspedisi ke berbagai pulau di jawa seperti Kepulauan Karimunjawa, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Bawean, dan Kepulauan Seribu. Ekspedisi tak jarang pula dilakukan di luar Pulau Jawa seperti di Sanur, Nusa Penida di Pulau Bali, dan Gili Air, Trawangan, Meno, Sugiri, dan Lombok Timur, di Pulau Lombok. (Adm & Tim Humas)