FPIK, SEMARANG – Momentum dilantiknya Prof Ir Tri Winarni Agustini M.Sc, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) periode 2019-2024 seolah membongkar kesan bahwa dunia perikanan dan kelautan adalah dunia lelaki. Setidaknya kesan maskulin di lingkungan pendidikan tinggi perikanan dan kelautan luruh saat Rektor UNDIP, Prof Dr Yos Johan Utama, mengambil sumpah Prof Winarni sebagai orang pertama di FPIK.

Peristiwa alih kepemimpinan dari Prof Dr Ir Agus Sabdono M.Sc kepada Prof Tri Winarni Agustini yang terjadi di Gedung SA-MWA (Senat Akademik-Majelis Wali Amanat) UNDIP Tembalang, Senin  (05/08/2019) juga dicatat sebagai hadirnya perempuan pertama di Kursi Dekan FPIK UNDIP. “Kalau saya menjadi perempuan pertama yang menjadi Dekan sejak FPIK UNDIP lahir, itu benar. Tapi kalau kehadiran perempuan di dunia perikanan dan kelautan, apalagi dalam konteks keilmuannya, saya kira sudah jamak,” kata pakar teknologi pengolahan ikan (Fish Processing Technology) kelahiran Kebumen, 21 Agustus 1965 ini.

Setamat dari SMA Negeri 1 Kebumen, tahun 1984 Winarni masuk ke Jurusan Perikanan di Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP. Setelah meraih gelar insinyur pada tahun 1989, Winarni muda memilih mengabdi di almamaternya sebagai dosen. Pilihan tersebut memberinya kesempatan untuk studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Tahun 1991, Winarni muda mendapat kesempatan belajar di University of Humberside, Inggris dan menyelesaikan program Master of Food Science and Technology di tahun 1993. Adapun jenjang Strata 3 dijalani di Tokyo University of Fisheries-TUF (sekarang Tokyo University of Marine Science and Technology-TUMSAT), Jepang dan berhasil mengantongi gelar Ph.D (Doctor of Philosophy) tahun 2001. “Studi lanjut di luar negeri memang menarik. Tapi kita juga harus menyadari banyak tantangan yang harus dihadapi,” ujarnya mengingatkan perlunya membiasakan untuk melihat satu hal dari beberapa sisi.

Pencapaian tertinggi jabatan akademisi sebagai profesor diraihnya pada Desember 2017 dan pada hari Rabu (14/3/2018) dikukuhkan Tri Winarni sebagai Guru Besar di FPIK UNDIP. Pidato ilmiah yang mengusung tema Produk Pangan Masa Depan Berbasis Sumberdaya Ikan” yang dipaparkannya dalam Sidang Senat Terbuka di Gedung Prof.Soedarto SH, Kampus UNDIP Tembalang, menjadi penanda keabsahan memakai gelar Prof di depan namanya.

Rupanya, tidak hanya karir akademik dari penulis puluhan jurnal ilmiah dan reviewer jurnal ini. Karir strukturalnya di Kampus Diponegoro juga melaju dengan baik. Sebelum diambil sumpahnya menjadi Dekan FPIK Periode 2019-2024, pemilik NIDN (Nomer Induk Dosen Nasional) 0021086501 ini dipercaya menjadi Sekretaris Prodi PSP (Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, kini menjadi Prodi Perikanan Tangkap) di tahun 2001-2003; kemudian menjadi Sekretaris Prodi THP (Teknologi Hasil Perikanan) pada rentang waktu 2003 – 2007; pada tahun 2007-2010 menjadi Staf ahli Lembaga Penelitian dan di tahun 2016-2019 mengemban amanah sebagai Sekretaris LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNDIP.

Kini, sebagai orang pertama di FPIK yang mengelola 10 program studi dan memiliki sumber daya 19 profesor serta 55 dosen bergelar doktor, Prof Winarni yang juga aktif menggeluti bidang Halal Pangan (wakil Pusat Studi Halal UNDIP) berupaya keras agar bukan hanya kualitas pendidikan dan akreditasinya unggul, tapi juga harus berupaya keras agar program studi yang ada lebih dikenal dan menjadi dekat dengan masyarakat. Tri Winarni yang menjalani masa kecil sampai remaja di wilayah pesisir selatan Jawa ini mengajak anak muda mau terjun mengelola potensi laut dan perairan Indonesia yang begitu besar untuk kesejahteraan bersama.

“Siapa yang harus mengelola potensi laut dan perairan kita kalau bukan anak bangsa? Masak kita mau membiarkan orang asing yang menikmati kekayaan laut kita? Laut kita sangat kaya, luas dan cukup untuk bisa mensejahterakan warga bangsa kita,” katanya, bersemangat.

Foto: Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D.

Beliau mengatakan bahwa FPIK UNDIP merupakan kampus yang siap mendidik kawula muda mempelajari perikanan dan kelautan. Di program sarjana, ada enam Prodi yang bisa dipilih mulai dari Prodi Akuakultur, Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Prodi Oseanografi, Prodi Perikanan Tangkap, Prodi Teknologi Hasil Perikanan, serta Prodi Ilmu Kelautan. “Untuk jenjang S1, kami termasuk yang cukup lengkap. Perlu diketahui, Prodi Oseanografi hanya ada di Undip dan ITB,” tuturnya.

Untuk jenjang pascasarjana, di jenjang S2 ada Prodi Magister Ilmu Kelautan dan Magister Manajemen Sumber Daya Perairan. Sedangkan di jenjang S3 ada Program Doktor Manajemen Sumber Daya Perairan dan Program Doktor Ilmu Kelautan. Yang pasti, sebagai penyelenggara pendidikan tinggi FPIK Undip juga banyak melakukan penelitian-penelitian tentang perikanan dan kelautan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kerja sama dengan pihak lain. FPIK juga memiliki jurnal ilmiah terindeks Scopus yakni Jurnal IJMS (Indonesian Journal of Marine Science) serta beberapa jurnal terakreditasi nasional (Sinta 2 dan3) yang bisa dibanggakan.

Dalam konteks memperkuat wawasan mahasiswanya, FPIK juga selalu mengadakan kuliah umum dari narasumber yang sangat berkompeten. Diantaranya dengan mengundang beberapa pakar dari Lembaga pemerintah, para praktisi sekaligus para diaspora seperti Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Kapushidrosal), Laksamana Muda TNI Dr Ir Harjo Susmoro SSos SH MH, Prof Irwandi Jaswir, untuk memberikan pemahaman dan tambahan wawasan serta pengenalan dunia nyata dalam industri kepada para mahasiswa terkait perkembangan ilmu dibidang perikanan dan kelautan

“Kerja sama dengan semua lembaga baik pemerintah maupun swasta adalah langkah nyata untuk mendekatkan dunia akademik dengan realitas. Apalagi di era teknologi informasi yang begitu kencang mendera. Sinergitas dan kolaborasi adalah sebuah keniscayaan,” ujarnya sembari menunjukkan beberapa dampak disrupsi dunia digital.

Ditanya program dalam masa jabatannya sebagai Dekan FPIK, peningkatan kualitas akademik baik itu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat adalah prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar. Kualitas bukan hanya kurikulum dan sarana penunjang seperti laboratorium yang update; tapi juga akreditasi sebagai bentuk pengakuan yang sah harus diraih. “Kami berjuang supaya semua Prodi di FPIK memiliki akreditas unggul dari lembaga nasional maupun internasional. Saat ini kami sedang merintis akreditasi internasional ASIIN untuk Prodi IK, Oseanografi dan Akuakultur. Harapannya tahun ini atau tahun depan dapat diraih. Membangun lebih banyak kerja sama dengan perguruan tinggi asing juga penting. Arah kami jelas, berkontribusi nyata membawa UNDIP masuk World Class University,” pungkasnya. (Tim Humas UNDIP)